I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

dokumen-dokumen yang mirip
Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... Lembar Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Intisari... Abstract... BAB I PENDAHULUAN...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Adapun...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

Hukum Persaingan Usaha

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

HUKUM PERSAINGAN USAHA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 Undang-Undang No. 3

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 1. Status dan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

OPTIMALISASI PERAN KOPERASI MEMBANGUN SISTEM PERSAINGAN BERKEADILAN

ETIKA DAN HUKUM KEWIRAUSAHAAN oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor 5

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

COMPETITION LAW: HARAPAN dan KENYATAAN

Kerangka Logis Perencanaan Strategis: Beberapa Pemikiran untuk KPPU

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

KAJIAN YURIDIS PEMBATASAN PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK OLEH UU NO

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. Dasar hukum pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

SILABUS NTAG. Mata Kuliah : Hukum Persaingan n Usaha Kode Mata Kuliah : HKIn 2059 SKS : 2 : 1. Enny Patria, S.H., M.H. 2. Siti Mariam, S.H., M.H.

SKRIPSI. . INDIKASI PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USABA TIDAK SERAT YANG DILAKUKAN OLEH ClNEPLEX 21 GROUP )C/~ YUSNITA AMRI WARDHANI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis yang telah diuraikan pada

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

DRAFT PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 19 UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. terbitnya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU No.

BAB I LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. Persaingan usaha dan Monopoli adalah dua hal yang sangat penting dalam

PELANGGARAN ASAS HUKUM PERSAINGAN USAHA (DEMOKRASI EKONOMI) OLEH RETAIL MODERN

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan

TINJAUAN TERHADAP MEKANISME PENANGANAN PERKARA PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan tercipta kemanfaatan

STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study) Pengadaan Gudang Barang Pemerintah Kota Tarakan

I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai

Sulit Berantas Kartel, KPPU Butuh Apa Lagi? Oleh: M. Nurfaik *

I. PENDAHULUAN. negara dalam mengelola kegiatan perekonomian yang berorientasi pasar. Langkah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB 3 PERJANJIAN WARALABA DITINJAU DARI PERATURAN DIBIDANG ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (STUDI PERJANJIAN WARALABA DI PT.

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

Peranan KPPU dalam mengawasi Persaingan Usaha di Indonesia

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi. 7 Pengertian

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 27 (PEMILIKAN SAHAM) UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

HOLDING BUMN: SELURUH SAHAM PEMERINTAH DI PGN DIALIHKAN KE PERTAMINA

MENCIPTAKAN PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI INDONESIA (Analisis Terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi persaingan merupakan satu karakteristik yang melekat dengan kehidupan manusia, dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya bentuk persaingan dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah persaingan usaha, dimana dalam persaingan ini manusia berlomba-lomba mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya. Dalam persaingan usaha, para pelaku usaha mempunyai dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab hukum (legal responsibility) dan tanggung jawab sosial (social responsibility). Tanggung jawab hukum meliputi aspek perdata (civil liability) dan aspek pidana (crime liablity), sedangkan tanggung jawab sosial meliputi aspek etis (norma-norma yang berlaku dalam masyarakat) yang berarti bahwa, sekalipun suatu persaingan usaha secara hukum (perdata dan pidana) tidak melanggar undang-undang atau peraturan, tetapi apabila melanggar moral masyarakat atau merugikan masyarakat maka persaingan usaha tersebut dianggap persaingan yang tidak etis. Contoh-contoh perbuatan tidak etis yang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat adalah seperti memberikan informasi yang tidak benar mengenai bahan mentah, karakteristik/ciri dan mutu suatu produk, melakukan persekongkolan tender, dan melakukan praktik persaingan usaha tidak sehat. Agar para pelaku usaha dapat mengemban tanggung jawabnya maka dibuatlah Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, yang selanjutnya disebut UU No. 5/1999. dalam undang-undang ini diatur tentang perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, posisi dominan dan komisi yang mengawas pelaksanaannya yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut KPPU. Perjanjian yang dilarang dalam UU No. 5/1999 adalah oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar negeri. Kegiatan yang dilarang adalah monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, dan persekongkolan. Posisi dominan yang dilarang adalah jabatan rangkap, pemilikan saham dan P3 (penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan). KPPU adalah lembaga independen (terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain) yang bertanggung jawab mengawasi implementasi dan menegakkan law enforcement (UU No. 5/1999). Dari banyaknya bentuk persaingan usaha tidak sehat yang terjadi, salah satu yang perlu diperhatikan adalah pemilikan saham mayoritas. Pemilikan saham mayoritas ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang. Pemilikan saham mayoritas yang dibolehkan apabila berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur oleh undang-undang. Pemilikan saham mayoritas dilarang karena pemilikan saham mayoritas tersebut mencerminkan kontrol terhadap perusahaan-perusahaan yang dimilikinya, sehingga pemilik saham mayoritas dapat melakukan praktik usaha tidak sehat. Pemilik saham mayoritas dapat dilakukan oleh para pelaku usaha dengan cara pembelian langsung di Bursa Efek maupun dengan MAPS (merger, akuisisi, pengambilalihan saham perusahaan). MAPS dapat dilakukan ke segala arah, pertama MAPS dapat dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang bergerak di pasar yang sama (horisontal), kedua MAPS terhadap perusahaan lain yang termasuk dalam rangkaian proses produksi dan atau

distribusi (vertikal), dan ketiga MAPS terhadap perusahaan lain yang seolah-olah tidak termasuk dalam satu pasar atau rangkaian proses produksi/distribusi (konglomerasi). Dalam menegakkan UU No. 5/1999 atau juga dapat dikatakan hukum persaingan usaha, maka dikenal pembedaan pendekatan yang berdasarkan pada pembuktian substantif, yaitu per se illegal dan rulle of reason. Per se illegal adalah metode pendekatan yang menganggap tindakan tertentu sebagai ilegal, tanpa menyelidiki lebih lanjut mengenai dampak tindakan tersebut terhadap persaingan. Rule of reason adalah pendekatan yang menggunakan analisis pasar serta dampaknya terhadap persaingan, sebelum dinyatakan sebagai melanggar undangundang. KPPU memiliki kewenangan untuk menggunakan salah satu dari kedua pendekatan yang paling baik dalam hal efisiensi dan kesejahteraan konsumen, dan pendekatan yang digunakan pada kasus pemilikan saham mayoritas yang dilarang adalah pendekatan rule of reason. Satu-satunya kasus yang telah diputus oleh KPPU tentang pemilikan saham mayoritas yang dilarang adalah kasus Ciniplex 21 (bioskop 21), pada kasus ini diduga telah terjadi pelanggaran pemilikan saham mayoritas di beberapa perusahaan yang terafiliasi yaitu bisnis bioskop, distribusinya dan impor film oleh PT Nusantara Sejahtera Raya. Kasus ini diputus pada Putusan No. 05/KPPU-L/2002 tanggal 12 April 2003. Putusan ini menetapkan bahwa PT Nusantara Sejahtera Raya telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 UU No. 5/1999 tentang larangan pemilikan saham mayoritas, dimana PT Nusantara Sejahtera Raya memiliki saham lebih dari 50% pangsa pasar, pada perusahaan yang bergerak di bidang perbioskopan yaitu PT Intra Mandiri dan PT Wedu Mitra di pasar bersangkutan yang sama yaitu di Surabaya. PT Nusantara Sejahtera Raya dikenai sanksi, berupa sanksi administratif yaitu mengurangi kepemilikan sahamnya di

PT Intra mandiri dan PT Wedu Mitra, dan sanksi pidana denda sebesar Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) apabila sanksi administratif tidak dilaksanakan. Berdasarkan uraian, peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti kasus Ciniplex 21, karena kasus ini adalah satu-satunya kasus tentang pemilikan saham mayoritas yang sudah diputus oleh KPPU sampai saat ini. Untuk itu judul penelitian adalah Deskripsi Pemilikan Saham Mayoritas yang Dilarang Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Putusan No. 05/KPPU-L/2002). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan adalah: 1. Deskripsi pemilikan saham mayoritas yang dilarang menurut Pasal 27 UU No. 5/1999 2. Bagaimana bentuk pelanggaran pemilikan saham mayoritas yang dilarang pada kasus Ciniplex 21 dalam Putusan No. 05/KPPU-L/2002? Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas maka peneliti membatasi ruang lingkup penulisan penelitian ini. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada pelanggaran pemilikan saham mayoritas yang dilarang menurut UU No. 5/1999 pada kasus Ciniplex 21. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi batasan ketentuan larangan pemilikan saham mayoritas yang dilarang dan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

2. Menganalisis pelanggaran dalam pemilikan saham mayoritas pada kasus Ciniplex 21 pada Putusan No. 05/KPPU-L/2002. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum ekonomi khususnya tentang pemilikan saham mayoritas yang dilarang menurut UU No. 5/1999. 2. Kegunaan Praktis a. Upaya perluasan pengetahuan bagi peneliti tentang pemilikan saham mayoritas yang dilarang menurut UU No. 5/1999 b. Sebagai data informasi dan bahan kajian bagi pihak-pihak yang berkepentingan. c. Diharapkan penulisan penelitian ini dapat menambah bahan bacaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung d. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan strata satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Lampung