BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Penilaian risiko..., Adis Arzida Lanin, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB I PEDAHULUAN. memerlukan perlindungan tubuh atau memberikan training sebelumnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

ANALISA BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA STORAGE TANK BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PREMIUM DENGAN METODE DOW S FIRE AND EXPLOSION INDEX

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

Hasbi Ibrahim 1. : Kesehatan dan keselamatan kerja, pengemudi, BBM, pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. lain, misalnya industri pabrikan (manufacture), maka bidang konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

Transkripsi:

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi dunia industri, khususnya Indonesia. Indonesia sudah menghadapi pasar bebas Asean Free Trade Ageement (AFTA). Perkembangan dunia industri juga diiringi dengan perkembangan teknologi, namun pada kenyataannya pemanfaatan teknologi dalam proses industri mengandung berbagai risiko. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya terhadap terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja (Jacob, 2002). Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan

16 produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan karena tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar (Erman, 2007). Penerapan K3 di sektor industri masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, tapi tidak tertutup kemungkinan hal ini juga bisa terjadi pada industri skala besar. Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di lapangan. Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih zero accident hanya 66 perusahaan (Santoso, 2002). Kebakaran dan ledakan mengakibatkan kecelakaan yang serius dan menghasilkan kerugian materi serta kehidupan yang besar (Less, 1996). Berdasarkan hasil studi dari The International Association for the Study of Insurance Economics

17 atau yang dikenal dengan The Geneva Association, diketahui bahwa kerugian akibat kebakaran dibanyak negara maju di dunia sebesar satu persen dari GDP (Gross Domestic Product). Pada Desember 2005, kebakaran dan ledakan terjadi di depot penyimpanan bahan bakar Buncefield di Inggris. Kebakaran dan ledakan tersebut menyebabkan kerugian properti terbesar di Inggris sejak Perang Dunia II. Kebakaran dan ledakan merusak instalasi dan menyebabkan kehilangan bahan bakar dalam jumlah yang sangat besar. Akibat kejadian tersebut, diperkirakan depot tidak dapat dioperasikan kembali. Selain itu, ledakan juga menyebabkan kerusakan yang serius pada banyak bangunan di area sekitar depot dengan perkiraan kerugian materi melebihi 80 juta (http://indocase.nl/wp-content/uploads/2009/02/35-buncefield.pdf). Demikian juga kasus kebakaran tangki Premium pernah terjadi di Instalasi Surabaya Grup, PT. Pertamina. Kebakaran terjadi pada tanggal 5 November 2001 akibat sambaran petir (Fire Assesment Depot X, 2002). Pada Januari 2009, ledakan dan kebakaran juga terjadi di Depot Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Ledakan dan kebakaran menyebabkan kehilangan bahan bakar dalam jumlah besar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Juru Bicara Pertamina Anang Rizkani Noor, Dia menjelaskan bahwa yang terbakar adalah tangki 5.000 kiloliter premium. Secara keseluruhan, Depot Plumpang memiliki cadangan pasokan premium 50-60 ribu kiloliter. Kejadian tersebut mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan dan warga yang bermukim di sekitaran depot (Kompas, 2009). Bahkan pada Maret 2008 lalu juga terjadi insiden kebakaran pada pipa penyaluran bahan bakar minyak (BBM) milik PT. Pertamina (Persero) di Belawan,

18 Medan (Sib, 2008). Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensitas kerja operasionil dan tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran secara intensif dari para pekerja yang akan mengakibatkan kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan (Penjelasan UU RI No.1 Tahun 1970). Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 500.000 kematian terjadi dari 270 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian disebabkan penyakit akibat hubungan pekerjaan dan kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha (Erman, 2007). Saat ini perkembangan industri migas sangat besar di Indonesia. Kegiatan industri migas mulai dari produksi, pengolahan maupun transportasi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran. Karena itu, untuk pengelolaan minyak dan gas bumi tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, sehingga bangsa Indonesia akan survive dalam

19 menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri minyak dan gas bumi (Migas), disamping high technology dan high cost, juga mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi (high risk). Demikian juga dengan proses distribusi yang dilakukan di depot bahan bakar minyak, juga pasti mempunyai tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Dengan demikian, peraturan tentang Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan Hidup (K3LH) bagi orang-orang yang bekerja didalam perusahaan tersebut merupakan hal mutlak yang harus diberlakukan (Mursali,2006). Instalasi Medan Group yang telah berubah nama menjadi Terminal BBM Medan Group merupakan salah satu instalasi/depot terbesar di SUMBAGUT, sehingga memiliki fungsi yang sangat vital. Jika terjadi gangguan terhadap operasi depot maka akan timbul dampak yang luas baik sosial, ekonomi maupun politik. Instalasi ini berada di bawah pengawasan Kepala Instalasi Labuhan Deli yang berada dalam areal kerja PERTAMINA UPMS I (Unit Pemasaran I). Fungsi instalasi ini sebagai tempat penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak). Proses kerja/kegiatan yang berlangsung dalam instalasi tersebut adalah: (1) penerimaan BBM dari dermaga yang dikirim/ditransfer dengan menggunakan kapal tanker melalui single point mooring (SPM) menuju tanki timbun, (2) penimbunan BBM dalam tanki timbun dan (3) penyaluran BBM dengan bridger dan RTW ke beberapa depot-depot di Provinsi Sumatra Utara. Lokasinya berada di Jalan Medan- Belawan Km 19,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Luas arealnya adalah 30,8 HA dengan rincian areal instalasi 158.380 m 2 dan

20 jalur pipa 102.555 m 2 dengan status tanah HGB (Fire Assesment IMG, 2006). Di lokasi instalasi pernah terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan mesin/peralatan kerja dan akibat kelalaian, seperti yang terjadi (a) Pada tanggal 24 Juni 2010 pukul 09.00. Pada saat Mobil Tangki BK 8283 LK produk Solar kapasitas 18 kl selesai melakukan pengisian di filling shed no. 15 Instalasi Labuhan Deli, sopir Mobil Tangki Suyanto lalai melepas koneksi bottom loading dan menjalankan Mobil Tangki tersebut. Hal ini menyebabkan loading arm tertarik dan putus pada selang arm, pipa quick coupling bengkok dan handle quick coupling patah. Selain itu minyak yang terdapat pada selang loading arm tumpah sekitar 20 L. (b) Pada tanggal 06 Juli 2010 pukul 17.00. Pada saat Mobil Tangki BK 9520 CF produk Premium kapasitas 18 kl selesai melakukan pengisian di filling shed no. 11 Instalasi Labuhan Deli, sopir Mobil Tangki lalai melepas koneksi bottom loading dan menjalankan Mobil Tangki tersebut. Hal ini menyebabkan loading arm tertarik dan patah pada bagian pipa arm dan pipa quick coupling loading arm bengkok. Pipa bottom loader MT juga mengalami kebocoran akibat kejadian tersebut sehingga menyebabkan tumpahan minyak yang cukup banyak yaitu sekitar 80 L,(c) Pada tanggal 8 September 2010, sekitar jam 10.00 WIB, terjadi kebakaran di area jalur pipa bawah laut dari SPM. Api diperkirakan setinggi 8m dari permukaan air, dan juga kejadian kecelakaan kerja yang lain seperti terjepit, tertimpa, terjatuh, terbentur, terpeleset, tertabrak/terlindas ban mobil. Premium yang merupakan salah satu produk Instalasi Medan Group Labuhan Deli merupakan flammable liquid. Oleh karena itu, salah satu potensi bahaya yang harus diperhatikan juga secara serius di Instalasi Medan Group Labuhan Deli adalah

21 adanya kemungkinan terjadinya kebakaran dan ledakan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, sepatu yang sesuai standar K3, masker dan juga sebagian dari pekerja ada yang lalai (kurang konsentrasi) ketika melakukan pekerjaan. Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi kecekatan dalam bekerja (kurang bebas bergerak). Menyadari pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini, maka peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terminal BBM Medan Group PT. Pertamina (Persero) Region I Sumbagut Labuhan Deli-Belawan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilaksanakan pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli. 1.3 Tujuan Penelitian 1. 3. 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada Terminal BBM Medan Group PT Pertamina di Labuhan Deli.

22 1. 3. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penerimaan/supply BBM di Terminal BBM Medan Group. 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penimbunan/storage BBM di Terminal BBM Medan Group. 3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penyaluran/distribution BBM di Terminal BBM Medan Group. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberi informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang pentingnya penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi PT. Pertamina khususnya Terminal BBM Medan Group. 2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya penerapan K3. 3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan penerapan aspek K3.