BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlindungan sosial merupakan komponen penting dari kebijakan sosial yang didasari atas hak sosial dan hak ekonomi yang dinikmati oleh warga negara di negara demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk memastikan bahwa berbagai barang publik disediakan untuk seluruh warga negara dan menjamin mereka menikmati serangkaian jaminan sosial minimal dalam hal penghasilan, standar kehidupan, perlindungan dan pekerjaan. Jaminan sosial merupakan perlindungan yang diberikan masyarakat untuk para anggotanya, melalui serangkaian tindakan publik guna mengantisipasi hilangnya penghasilan akibat berbagai kemungkinan. Penyelenggaraan Jaminan Sosial merupakan wujud nyata dari Negara sejahtera, sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu pemerintah telah menyusun UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS), serta perangkat peraturan pelaksanaannya. 1
Jaminan Sosial khususnya bidang ketenagakerjaan telah melalui perjalanan yang sangat panjang. Pada saat ini Jaminan Sosial memasuki babak baru dari yang sebelumnya hanya dirasakan bagi sebagian kelompok masyarakat tertentu saja, sedangkan saat ini mencakup seluruh lapisan masyarakat tanpa ada kecualinya. Demikian pula badan penyelenggara jaminan sosial mengalami perubahan yang sangat mendasar (metamorphosis) dari yang sebelumnya pada tahun 1964 dikelola oleh Yayasan Dana Jaminan Sosial, kemudian pada tahun 1977 berubah menjadi Perum Astek, selanjutnya pada tahun 1990 menjadi PT Jamsostek (Persero) dan pada akhirnya saat ini bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Terhadap transformasi jaminan sosial dimaksud, Pemerintah melalui Kemnakertrans senantiasa mengawal dan menjaga agar segala asset dan hak yang merupakan milik pekerja/buruh tetap terjaga serta manfaat jaminan sosial dapat dirasakan oleh seluruh pekerja/buruh sehingga ketenangan bekerja yang bermuara pada produktifitas kerja. Reformasi jaminan sosial dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 24 tahun 2011. Melaksanakan kedua undangundang itu, PT Jamsostek (Persero) pada tanggal 1 Januari 2014 di nyatakan bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan PT Persero ASKES menjadi BPJS Kesehatan. Pada saat itu Saldo Jaminan Hari Tua yang dikelola PT Jamsostek (Persero) per 31 Desember 2013 (unaudited) berjumlah 133,2 triliun rupiah dengan saldo non 2
Jaminan Hari Tua sebesar 11,8 triliun rupiah. Dan PT Persero ASKES juga memiliki sejumlah Cadangan Teknis. Sebagai pelaksanaan UU-BPJS No. 24 tahun 2011 keduanya dinyatakan bubar tanpa likuidasi, dan keseluruhan dana tersebut menjadi Dana Jaminan Sosial (pasal 1 ayat 7) masing-masing program. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sebagai pemegang mandat atas dana yang terkumpul dari masyarakat berkewajiban untuk mengelola dana tersebut secara optimal. Pengelolaan ini meliputi pengelolaan dalam pemenuhan dana untuk pembayaran jaminan dan Beban Usaha & Belanja Modal (selanjutnya disingkat dengan BUBM) secara Nasional, pemenuhan kewajiban pada pemerintah dalam bentuk pembayaran pajak dan juga pengembangan dana dalam instrumen investasi. Dalam upaya pengelolaan dana inilah peran cash flow management berperan penting. Tanpa cash management fungsi pengelolaan yang secara garis besar terbagi atas 2 kepentingan besar yaitu: menjaga likuiditas dan pengembangan dana tidak akan mencapai titik optimal. Optimalisasi pengelolaan dana secara prinsip adalah dengan mempertemukan 2 kepentingan tersebut tanpa ada residu (idle) yang berarti. Secara umum cash flow perusahaan terbagi atas 2 bagian yaitu : Cash In dan Cash Out. Cash In adalah aliran dana yang masuk ke kas (bank) pada periode tertentu. Cash Out adalah aliran dana keluar dari kas (bank) perusahaan pada satu periode tertentu. Demikian pula pada cash flow Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan hanya ada 1 faktor tambahan lain yang membedakan yaitu Dana 3
Investasi (Investible Fund), yaitu selisih lebih Cash In dari Cash Out yang dialokasikan untuk investasi. Opportunity Cost dari idle cash Cash In di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bersumber dari Rekening Operasional. Rekening Operasional adalah aliran kas masuk yang berasal dari iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Nasional. Cash Out adalah aliran kas keluar yang digunakan untuk pembayaran Jaminan (program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian & Jaminan Pensiun) dan BUBM (Beban Usaha & Belanja Modal) Nasional. Dana Investasi adalah dana yang secara harian dialokasikan untuk investasi (dihitung dari selisih lebih dana harian setelah dikurangi dengan proyeksi kebutuhan dana harian). Sedangkan Cadangan adalah selisih antara dana bersih (cash in dikurangi cash out) dengan dana investasi. Atau dalam persamaan : Cadangan = (Cash In Cash Out) Dana Investasi. Secara teoritis optimalisasi cash management adalah matching antara Cash In dengan Cash Out ditambah Dana Investasi tanpa adanya Cadangan (residu) yang berlebihan. Cadangan tersebut berfungsi sebagai reserve likuiditas karena dalam mekanisme harian faktor Cash In dan Cash Out berpegang pada nilai proyeksi (perkiraan). 4
Proyeksi Cash In berasal dari perkiraan penerimaan iuran (program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian & Jaminan Pensiun) dari peserta. Proyeksi penerimaan iuran harian tersebut tidak dapat tepat karena tiap perusahaan (peserta) tidak menyetorkan iuran secara serentak dikarenakan peraturan pembayaran iuran memiliki ketentuan bahwa dilakukan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Dari sisi waktu tidak dapat dipastikan, demikian pula dari nilai nominalnya karena ada kemungkinan perubahan data dan upah tenaga kerja. Dengan adanya ketentuan tersebut terdapat pola yang berulang untuk penerimaan iuran (nasional) yang dapat dipakai sebagai alat proyeksi penerimaan iuran. Proyeksi Cash Out berasal dari perkiraan Jaminan yang dibayarkan (program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian & Jaminan Pensiun), Beban Usaha dan Belanja Modal dan pemenuhan kewajiban pada pemerintah (pajak). Untuk Beban Usaha & Belanja Modal dan pemenuhan kewajiban pada pemerintah nilai dan waktu realisasi dapat diperkirakan lebih pasti. Sedangkan pembayaran Jaminan (program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian & Jaminan Pensiun) nilai proyeksinya tidak dapat tepat karena prinsip one day service yang pada umumnya diterapkan oleh kantor cabang, dimana berkas/dokumen klaim yang lengkap dapat dibayarkan (dicairkan) pada hari yang sama. Dengan adanya prinsip tersebut proyeksi pembayaran Jaminan (program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian & Jaminan Pensiun) memiliki tingkat keakuratan yang rendah. Pada satu sisi apabila diproyeksikan akan ada pembayaran jaminan tinggi padahal realisasinya rendah akan 5
mengakibatkan idle cash yang tinggi, sebaliknya apabila realisasi lebih besar daripada nilai proyeksi dikhawatirkan likuiditas akan terganggu. Dengan adanya risiko tersebut di atas, nilai Cadangan harus tetap ada karena prinsip pelayanan kepada peserta menjadi dasar dalam operasional sehari-hari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Berdasarkan kenyataan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan seperti diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa efektif nilai Cadangan yang ada dengan mempertimbangkan cost of fund untuk menghitung opportunity cost yang timbul dari cadangan tersebut. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan dinamis makin banyak tantangan dan peluang yang harus dihadapi oleh manajemen dalam mengelola usahanya, oleh karena itu diperlukan adanya cash management untuk mengendalikan dan mengelola arus kas yang efektif. Cash management yang efektif akan : 1. Mempercepat penerimaan dana (cash inflow) yang selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, seperti untuk investasi, biaya operasional seharihari atau membayar kewajiban. 2. Mengatur pengeluaran dana (cash outflow) sedemikian rupa sehingga pengeluaran dana lebih terkoordinir, dengan adanya cash management yang baik maka Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan akan lebih mudah memantau aktivitas dan posisi rekeningnya setiap waktu dan memperoleh beragam laporan yang informatif (laporan aktivitas rekening dan rekonsiliasi). 6
Upaya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dalam mengoptimalkan laba melalui investasi di pasar modal mengalami kendala, dimana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan terikat dengan Peraturan Pemeritah (PP) no 99 tahun 2013 tentang PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN yang mengatur batas komposisi investasi dana kelolaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dirumuskan adalah seberapa efektif nilai Cadangan yang ada dengan mempertimbangkan cost of fund untuk menghitung opportunity cost yang timbul dari cadangan tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Idle Cash (program Jaminan Hari Tua) pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan? 2. Berapa saldo kas cadangan (program Jaminan Hari Tua) yang paling optimal, baik dalam menjaga likuiditas dengan mempertimbangkan Idle Cash yang paling ideal? 3. Strategi apakah yang harus di lakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dalam menekan Idle Cash (program Jaminan Hari Tua)? 7
Ada beberapa teori dalam menentukan saldo kas ideal (yang selanjutnya disebut target saldo kas). Dalam buku Corporate Finance (2005), McGraw Hill International Edition, mengenai Cash Management, paling tidak ada 2 model yakni Model Baumol dan Model Miller-Orr. Dalam menentukan target saldo kas diperlukan pengujian antara benefit dan cost dari likuiditas. Manfaat (benefit) dari memegang kas pada rekening adalah keleluasaan dari sisi likuiditas untuk perusahaan. Sedangkan cost nya adalah pendapatan yang harusnya diperoleh perusahaan dari idle cash (Cadangan) yang ada. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa seberapa efektif nilai Cadangan yang ada dengan mempertimbangkan cost of fund untuk menghitung opportunity cost yang timbul dari cadangan tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menyumbangkan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Secara teoritis dapat menambah dan memperkaya study cash management, idle cash sebagai upaya optimalisasi penggunaan dana. 2. Secara praktis dapat menjadi bahan masukan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dalam upaya pengendalian cash management. 3. Manfaat bagi Pemerintah adalah dengan adanya penyelenggaraan jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan maka negara sejahtera dapat terwujud. 8
1.6 Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah : 1 Periode yang digunakan adalah data laporan kas harian (cash flow) program Jaminan Hari Tua dan laporan estimasi & realisasi pembayaran jaminan dan Beban Usaha & Belanja Modal (program Jaminan Hari Tua) di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan tahun 2015. 2 Metode pengukuran yang digunakan adalah metode Miller Orr. 1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode deskriptif, dimana dalam metode deskriptif ini mencoba menggambarkan mengenai hasil penelitian atas suatu sistem formulasi serta penerapan didalam kebijakan perusahaan yang menyangkut masalah manajemen dana. Pola pendekatan penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yakni dengan menggunakan desain deskriptif-analitis. Melalui pendekatan study deskriptif-analitis penelitian ini bermaksud memberikan satu gambaran tentang fenomena-fenomena yang terdapat di seputar fokus permasalahan dengan diikuti suatu analisa-analisa dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang ada dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan atau korelasi dari fenomena yang terjadi. 9
1.7.2 Sumber Data Penelitian ini memiliki sumber data sekunder yang diperoleh dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sebagai perusahaan amatan, bentuk data yang diperoleh dari dalam perusahaan berupa data laporan keuangan, data laporan estimasi dan realisasi pembayaran jaminan dan Beban Usaha & Belanja Modal, data laporan aliran dana (cash flow) serta dokumen-dokumen pendukung lain yang diperoleh dari sumber-sumber yang bersifat tidak langsung. 10
1.8 Kerangka Analisis PENGELOLAAN DANA HARIAN PROGRAM JHT COST : - Klaim Jaminan Program JHT ANALISIS INTERNAL REVENUE : - Iuran Peserta Program JHT ANALISIS EKSTERNAL : - Faktor Pertumbuhan Ekonomi - Faktor Regulasi IDLE CASH STRATEGI : Target Cash Balance PENINGKATAN RETURN INVESTASI Gambar 1.1 Kerangka Analisis Penelitian 1. Pembahasan dimulai dari pengelolaan dana yang kurang efektif yang menyebabkan idle cash terlalu besar. 2. Analisis internal terhadap revenue dan cost diharapkan dapat menekan idle cash menjadi lebih effektif dan effisien 11
3. Strategi terhadap pengelolaan dana yang effektif dan effisien selanjutnya menjadi usulan kepada manajemen agar lebih cepat dan tepat dalam menentukan portofolio investasi. 4. Faktor analisis Eksternal berpengaruh terhadap revenue dan cost, karena dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan ekonomi dan regulasi. 5. Selanjutnya dari analisis tersebut di atas diharapkan return dari portofolio investasi semakin meningkat. 1.9 Keaslian Penelitian Analisis tentang cash management pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pernah ditulis sebelumnya oleh Noerbimo Djoko Wasistono dan Dedy Pramiadi (2007) dengan judul Strategi Cash Management Dalam Menekan Idle Cash PT. Jamsostek (Persero). Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : a. Analisis sebelumnya dilakukan ketika belum adanya sistem yang harus di pakai oleh tiap Kantor Cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk menginput data estimasi pengeluaran periode berikutnya (secara harian). b. Analisis sebelumnya dilakukan pada tahun 2006 dimana saat itu PT. Jamsostek (Persero) belum bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJSTK) berdasarkan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS) dan rekening penerimaan maupun pengeluaran masih terpusat menjadi satu rekening untuk penerimaan iuran dan 12
pengeluaran jaminan (program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian & Jaminan Pensiun) maupun Beban Usaha & Belanja Modal. c. Penelitian yang dilakukan sekarang dibatasi hanya pada program Jaminan Hari Tua saja di mana rekening penerimaan maupun pengeluaran sudah terpisah dengan program lainnya begitupun laporan keuangannya. 1.10 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini dibagi dalam 5 (lima) bab pembahasan. Bab bab tersebut adalah sebagai berikut : Bab 1 : PENDAHULUAN Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, kerangka analisis, keaslian penelitian serta sistematika penelitian. Bab 2 : LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan mengenai landasan teori sebagai dasar untuk melakukan penelitian ini, diantaranya teori arti cash management, cash flow dan investasi, metode penelitian, jenis dan metode yang digunakan, pemilihan sample, sumber data, pengumpulan data, analisis data dan teori tentang perencanaan kas. 13
Bab 3 : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisi tinjauan perusahaan yang meliputi gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, proses bisnis. Bab 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bagian pembahasan yang terdiri dari analisis cash management dan cash flow. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk perbaikan sistem cash management serta keterbatasan penelitian. 14