RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

dokumen-dokumen yang mirip
POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

Bab 2 Landasan Teori

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RULA DAN PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA FINISHING BATIK

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA POSTUR KERJA PADA PEWARNAAN BATIK TULIS (CELUP TRADISIONAL) DAN (CELUP MESIN) MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN : EVALUASI POSTUR KERJA PENGRAJIN GERABAH MENGGUNAKAN RULA DAN REBA

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING KARYAWAN TOKO MEGA MAS ELEKTRONIK MAKASSAR.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PEMBUAT BATAKO DI GORONTALO

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS POSISI DAN POSTUR PEKERJA LANTAI PRODUKSI DI PT. SERENA HARSA UTAMA

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB II LANDASAN TEORI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Jurnal Dinamis Vol. II, No. 6, Januari 2010 ISSN

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Postur Kerja Laboratorium Desain Sistem Kerja & Ergonomi 1

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA

ternyata belum mampu membantu banyak dan kurang bernilai positif. Salah satu hal yang menyebabkannya adalah faktor perancangan dimana perancangan ini

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB

TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) (Studi kasus: Home Industry Pembuatan Tahu di Kartasura)

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS TINGKAT RISIKO POSTUR KERJA OPERATOR BATIK CAP MENGGUNAKAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMASANGAN STIKER GITAR UNTUK MENGURANGI KELUHAN DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI TARJO GUITAR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

PERANCANGAN MEJA ERGONOMIS UNTUK PROSES PEMOTONGAN KULIT DI HERATON CRAFT YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I-1

KAJIAN POSTUR KERJA PADA PENGRAJIN TENUN SONGKET PANDAI SIKEK

KATA PENGANTAR. berkat dan karunia-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGGUNAAN BANGKU SEKOLAH UKURAN FIXED DAN ADJUSTABLE UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

Universitas Indonesia

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN METODE KERJA BERDASAR RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI DAN FABRIKASI

Kata kunci: Meja pengikisan, Ergonomi, Usulan perbaikan, Pengembangan produk, Ulrich-Eppinger

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

BAB III METODE PENELITIAN

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Analisis Resiko Postural Stress Pada Pekerja Di UD.XYZ Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) (Studi Kasus : Pengawas Radiasi Pertama di SDPFPI-DPFRZR-BAPETEN)

Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 4 No. 1, Januari 2015 Halaman 39-45

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Program Studi Teknik Industri

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB II LANDASAN TEORI

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar

Transkripsi:

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu merancang metode kerja berdasarkan pada prinsip-prinsip biomekanika. 2. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip-prinsip RULA. 3. Melakukan perhitungan postur kerja dengan metode RULA 4. Mampu mengaplikasikan metode RULA untuk mengurangi resiko kerja 5. Mampu memahami keterbatasan manusia dalam melakukan pekerjaan B. LANDASAN TEORI 1. Definisi RULA (Rapid Upper Limb Assesment) RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham s Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 1993 (Lueder,1996). Rapid Upper Limb Assesment adalha metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak memerlukan piranti khusus dalam memberikan suatu pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan RULA membutuhkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan opeerator. RULA diperuntukan pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993). Teknologi ergonomic tersebut mengevaluasi posture (sikap), kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor

tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazards. Oleh sebab itu RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996). 2. Perkembangan RULA RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut : 1. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat, terutama pemeriksaan paparan (exposure) terhadap resiko gangguan bagian tubuh atas yang disebabkan karena bekerja. 2. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitive yang mengakibatkan kelelahan otot. 3. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau pengukuran ergonomic yang mencakup faktor-faktor fisik, epidemiologis, mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah terjadinya gangguan pada tubuh bagian atas akibat kerja. RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan RULA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau pencatatan postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan system scoring dan ketiga adalah pengembangan skala level tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci. Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang telah dilakukan oleh McAtemey dan Corlett (1993). Tahap-tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : Pengembangan metode untuk pencatatan postur bekerja Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian yang membentuk dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagianbagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur bekerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angkaangka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar memudahkan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja. Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herberts et al, Hagbeg, Schuld et al dan Harms-Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah :

Gambar 2.1 RULA Employee Assessment worksheet

Dengan keterangan sebagai berikut : Gambar 2.2 Range pergerakan postur grup A Gambar 2.3 Range pergerakan postur grup B

Tabel 2.1 Skor pergerakan lengan atas Gambar 2.4 Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah, (b) postur extension dan flexion, (c) postur lengan atas flexion

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah : Tabel 2.2 Skor pergerakan lengan bawah Gambar 2.5 Range pergerakan lengan bawah (a) postur flexion 60 o 100 o, (b) postur alamiah dan (c) postur flexion 100 o + Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sbb : Tabel 2.3 Skor pergerakan pergelangan tangan

Gambar 2.6 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur flexion 15 o +, (c) postur 0-15 o flexion maupun extension, (d) postur extension 15 o + Putaran pergelangan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur netral berdasarkan pada Tichauer. Skor tersebut adalah : +1, jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran +2, jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang putaran Gambar 2.7 Standar RULA putaran pergelangan tangan (a) postur alamiah dan (b) postur putaran pergelangan tangan

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah : Tabel 2.4 Skor rentang postur untuk leher Gambar 2.8 Range pergerakan leher (a) postur alamiah, (b) postur 10 o 20 o flexion, (c) postur 20 o atau lebih flexion, (d) postur extension

Apabila leher diputar atau dibengkokkan Keterangan : +1, jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri. Gambar 2.9 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan (a) postur alamiah, (b) postur leher diputar, (c) postur leher dibengkokkan Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Drury, Grandjean dan Grandjean et al : Tabel 2.5 Skor pergerakan untuk punggung

Gambar 2.10 Range Pergerakkan punggung (a) postur 20 o 60 o flexion, (b) postur alamiah, (c) postur 0 o 20 o flexion, (d) postur 60 o flexion atau lebih Punggung diputar atau dibengkokkan Keterangan : +1, jika tubuh diputar +1, jika tubuh miring ke samping

Gambar 2.11 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a) postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung dibengkokkan Kisaran untuk postur kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut : +1, jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata. +1, jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki, dimana terdapat ruang untuk berubah posisi. +2, jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata. Gambar 2.12 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata, (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata

Tahap 2 : Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam table A untuk memperoleh skor A. Tabel 2.6 Skor Postur Kelompok A Lengan Lengan Pergelangan Tangan Atas Bawah 1 2 3 4 PP PP PP PP 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 5 5 1 3 3 4 4 4 4 5 5 3 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 5 5 5 1 4 4 4 4 4 5 5 5 4 2 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 6 6 1 5 5 5 5 5 6 6 7 5 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 1 7 7 7 7 7 8 8 9 6 2 8 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9

Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher, punggung (badan), dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam table B untuk memperoleh skor B. Tabel 2.7 Skor Postur Kelompok B Punggung Leher 1 2 3 4 5 6 Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan berdasarkan penelitian Drury, yaitu sbb : Skor untuk penggunaan otot : +1, jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit. Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian Putz- Anderson dan Stevenson dan Baida, yaitu sbb : 0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 20 kg dan ditahan 1 jika beban sesekali 20 10 Kg 2 jika beban 2 10 Kg bersifat statis atau berulang-ulang. 2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 Kg 3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis atau berulang 4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari table A dan B, yaitu sbb : Skor A+ skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = Skor C Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = Skor D Gambar 2.13 Perhitungan RULA

Tahap 3 : Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang disebut grand skor, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand skor diperoleh dari tabel berikut ini : C Tabel 2.8 Tabel Grand Skor D 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7 Setelah diperoleh grand skor, yang bernilai 1 hingga 7 menunjukkan level tindakan (action level) sebagai berikut : Action level 1 Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bias diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama. Action level 2 Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan. Action level 3 Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan Action level 4 Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).