BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki ribuan pulau. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BEDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencari suatu konsep wisata yang bertemakan budaya di Indonesia. Seiring

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

HOTEL RESORT DI HULU SUNGAI PEUSANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR, KLATEN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA REKREASI WISATA ALAM CURUG SEWU KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

Institut Seni Indonesia di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki ribuan pulau. Hal ini membuat Indonesia memiliki beraneka ragam wilayah, budaya, adat istiadat,dan bahasa. Banyak daerah yang memiliki potensi wisata. Salah satu potensi yeng dimiliki Indonesia adalah keindahan alam dan kebudayaannya, sehingga penting untuk mengembangkan dan menginvestasikan keindahan alamnya serta keanekaragaman budayanya. Undang undang dasar 1945 pasal 32 menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan kebudayaan daerah bertujuan untuk mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia antara lain puncak-puncak kebuadayaan daerah. Demikian dengan Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2004 2009 disebutkan bahwa pembangunan kebuadayaan nasional dalam kurun waktu 2004 2009 diarahkan untuk menjawab agenda pertama pembangunan nasional tahun 2004 2009, yakni : Mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman dan damai dengan prioritas pembangunan diletakkan kepada pengembangan kebudayaan yang berlandaskan kepada nilai nilai luhur dengan kebijakan yang diarahkan untuk : 1

2 1. mendorong terciptanya wadah yang terbuka dan demokratisbagi dialog kebudayaan agar benturan benturan yang terjadi tidak melebar pada konflik sosial 2. Mendorong tuntasnya proses moderinisasi yang dicirikan dengan terwujudnya Negara kebangsaan Indonesia modern yang berkelanjutan dan menguatkan masyarakat sipil 3. Revitalisasi nilai nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional 4. Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk produk dalam negeri. Kendala yang dihadapi oleh kepariwisataan Indonesia adalah masih terbatasnya dukungan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan pariwisata telah mengakibatkan menurunnya daya tarik obyek wisata tersebut. Pola pengembangan pariwisata yang tidak menyeluruh (comprehensive) telah mengakibatkan menurunnya kawasan wisata, misalnya timbulnya kerusakan lingkungan, meningkatnya urbanisasi ke lokasi kawasan wisata yang telah meningkatkan permasalahan sosial antara lain meningkatnya kegiatan sektor informal yang tidak terkendali dan permasalahan lainnya yang mengakibatkan menurunnya citra pariwisata. Kini pemerintah Indonesia mulai memperhatikan sektor pariwisata menjadi sektor adalan pendapatan devisa yang cukup menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari digerakannya Visit Inonesia 2008. Gerakan tersebut sudah 2

3 dilakukan pemerintah Indonesia sejak tahun 2007, Tiada lain hal tersebut merupakan suatu bentuk sosialisasi kepada masyarakat Indonesia pada khususnya dan pada masyarakat dunia pada umumnya. Pedesaan adalah wilayah yang identik dengan pembangunan saran dan prasarana masih perlu dikembangkan. Intervensi budaya, teknologi, dan modernisasi tidak diterima secepat wilayah kota. Suatu wilayah disebut pedesaan karena mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perkotaan, pedesaan memiliki karakter penduduk, adat istiadat, dan kebisaan yang khas. Karena perbedaan itu membuat pedesaan dapat dijadikan salah satu alternatif pembangunan dan pengembangan pariwisata Indonesia yang potensial. Wilayah Jawa Barat mempunyai jumlah desa sebanyak 5808 desa, dan teridentifikasi sebanyak 12 desa yang masuk kedalam kategori Desa Budaya, dimana masyarakat masih memegang teguh tradisi peninggalan nenek moyang mereka. Secara umum kehidupan sosial budaya pedesaan di Jawa Barat tersebut memiliki kemiripan, seperti lokasi pemukiman, bentuk dan bahan bangunan, adat istiadat, organisasi sosial, larangan-larangan, upacara adat, walaupun memiliki kemiripan namun pada akhirnya terdapat perbedaan antara Desa Budaya yang satu dengan yang lain tergantung pada adaptasi dan norma-norma kultural yang dimiliki oleh penduduk desa tersebut. Atas dasar tersebut, Pemerintah Daerah Jawa Barat memberikan ruang untuk merealisasikan suatu wadah untuk menampung aspirasi masyarakat desa sebagai wujud kemandirian delam berkarya dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai budaya, sehinga tetap teguh walaupun ada pengaruh dari luar yang tidak selaras dengan budaya lokal. Oleh karena itu 3

4 potensi yang dimiliki suatu desa sangat penting untuk dipertahankan dan dikembangakan secara optimal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan dan pengelolan desa berbasis kebudayaan lokal, oleh karena itu keberadaan Desa Budaya yang memiliki kekhasan dan kemandirian sikap, sangat menarik untuk dikaji. Desa Cikondang memiliki potensi yang sangat besar untuk di jadikan sebuah Desa Budaya yang dapat menjadi model dari desa-desa sunda secara umum. Dalam hal ini menitik beratkan pada tata peletakan fasilitas desa Cikondang sebagai Desa Budaya sangat penting agar tewujudnya sebuah Desa Budaya yang ideal dan nyaman bagi aktifitas wisata tanpa menggangu aktifitas masyarakat desa sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan penataan desa Cikondang dalam menunjang menjadi Desa Budaya, diharapkan dapat mewujudnya Desa Budaya Cikondang untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat dengan cara mengaktualisasikan peran masyarakat sebagai budayawan dan dapat mengembangkan kreatifitas yang berlandaskan kepada pelestarian budaya. Harapan dari terwujudnya desa budaya ini adalah untuk melestarikan kebudayaan daerah itu sendiri. Hal terpenting adalah keberadaan Desa Budaya sebagai model dari masyarakat sunda, artinya, keberadaannya cukup representatif guna mewakili tata kehidupan orang sunda masa silam dan dapat memberikan pemahaman atas sejumlah adat istiadat, kepercayaan, sistem kepemerintahan, kesenian, teknologi dan aspek kehidupan masyarakat sunda lainnya. Pelestarian Desa Budaya tersebut sesuai untuk Desa Cikondang karena memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut : 4

5 1. Memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan teknologi 2. Memiliki ciri khusus budaya masyarakat sunda 3. Merupakan contoh terkemuka dari bangunan arsitektur, teknologi lansekap, atau gabungannya (Ditlinbinjarah, 2002) Menyadari akan hal tersebut maka penelitian tentang sebuah desa menjadi desa budaya dianggap penting, karena dapat mengetahui dan merumuskan dengan sistematis tentang kondisi umum, keunggulan, dan kelemahan yang dimiliki desa tersebut sehingga dapat diklasifikasikan kedalam desa budaya, yang kemudian akan menghasilkan sebuah konsep pengembangan dan pembangunan desa budaya yang berkelanjutan. 1.2 Rumusan masalah Ada anggapan bahwa suatu kesuksesan dalam pembangunan adalah mengadakan modernisasi dan anggapan bahwa memegang teguh tatanan yang ditinggalkan nenek moyang adalah sesuatu kemunduran. Hal ini menimbulkan penerapan strategi pembangunan yang tidak sesuai dengan kondisi desa, sehingga dapat berdampak terhadap khazanah sosio-budaya termasuk seluruh sumber daya yang dimiliki desa tersebut. Desa budaya sebagai warisan leluhur yang sangat berharga dan perlu dilestarikan. Konteks pelestarian disini tentu saja bukan mengkonservasi peninggalan dengan cara melarang orang untuk menyentuhnya, karena ini merupakan cara pelestarian yang tidak bijak. Pelestarian dengan cara mengembangankan dan mewariskan tanpa mengurangi kandungan-kandungan dan 5

6 nilai yang esensial yang telah ada sebelumnya kepada generasi-generasi muda merupakan cara pelestarian yang sangat sesuai sehingga diharapkan terciptanya pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, salah satu alternatif pemecahan dari permasalahan tersebut adalah, dengan menciptakan kawasan desa budaya yang representatif agar proses pewarisan budaya kepada generasi muda berjalan dengan baik. Berdasar hal tersebut di atas, penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang ditemui di lokasi penelitian, sebagai berkut: 1. Potensi-potensi dan kekurangan apa saja yang dimikili oleh Desa Cikondang dalam pengembangannya sebagai desa budaya? 2. Prasarana dan Sarana apa saja yang sesuai guna terciptanya desa budaya yang ideal? 3. Bagaimanakah penataan wilayah dan fasilitas yang sesuai dan efektif untuk terwujudnya desa budaya yang ideal? 1.3. Pembatasan masalah Mengingat pengembangan sebuah daerah wisata memiliki cakupan yang luas terhadap berbagai bidang, maka dalam pembahasan disini dibatasi terhadap pengembangan sarana dan prasarana fisik di sekitar desa Cikondang, serta penataan wilayah dan fasilitas yang sesuai dan efektif. Pembatasan penelitian dibatasi dalam satu bidang permasalahan dimaksudkan agar penelitian dapat terfokus sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang akurat. Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini tentulah 6

7 belum cukup, perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam Pergeseran pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat terhadap pembangunan objek daya tarik wisata desa budaya Cikondang guna penerapan strategi yang tepat dalam pelestarian Desa Budaya Cikondang, Diantaranya perlu mengetahui pergeseran pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat terhadap pembangunan objek daya tarik wisata desa budaya Cikondang. Permasalahan ini perlu dikaji lebih lajut sehingga tindakan preventif dapat dilakukan sejak dini. 1.4. Maksud & Tujuan Penelitian Adapun maksud dilakukannya penelitian ini yakni guna menelaah sarana dan prasarana apa saja yang bisa dikembangakan dalam meningkatkan potensi desa budaya. Tujuan yang ingin dicapai penulis secara umum adalah mewujudkan lingkungan wisata budaya yang representatif, nyaman, aman, seimbang, dan berwawasan lingkungan dan tujuan secara khusus yang ingin dicapai adalah: 1. Menemukan potensi serta kekurangan dalam segi sarana dan prasarana yang dimiliki desa Cikondang sehingga kita dapat merumuskan langkah-langkah pengembangan selanjutnya 2. Tersusunnya perencanaan prakonstruksi insfrastruktur desa budaya sebagai pedoman pelaksanaan pengembangan pembangunan di lapangan 3. Terwujudnya pembangunan desa budaya yang nyaman, aman, selaras dan serasi antara sarana dan prasarana, penduduknya dan pengunjung/wisatawan yang dating 7

8 1.5. Manfaat penelitian Manfaat yang diperoleh penulis adalah memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman tentang kepariwisataan khususnya yang berbasis masyarakat dan budaya lokal. Manfaat yang dapat diperoleh oleh masyarakat desa Cikondang adalah mendapat pemahaman mengenai potensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan dengan optimal, sehingga dapat berdampak pada peningkatan taraf kehidupan. Manfaat bagi pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Bandung adalah melalui penelitian ini dapat teridentifikasi potensi-potensi yang dimiliki desa budaya Cikondang, sehingga penulisan ini dapat dijadikan salah satu acuan dalam peningkatan sarana dan prasarana secara riil. 1.6 Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2002 : 53). Metode deskriptif bertujuan untuk mengambarkan secara tepat suatu keadaan, gejala atau topik tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala yang lain (Koentjaraningrat, 1991 : 29) dengan melalui tehnik survey. Adapun tehnik pengumpulan datanya melalui observasi dan wawancara atau interview kepada nara sumber. 8

9 1.7 Definisi operasional Penelitian ini berjudul Perencanaan Pengembangan Desa Budaya Cikondang melalui peningkatan sarana dan prasarana, untuk mempermudah pembahasan dan sekaligus menghindari kesalah pahaman maka perlu penjelasan beberapa konsep yang terkandung dalam tulisan ini. 1. Potensi wisata merupakan potensi suatu wilayah baik itu potensi fisik maupun potensi sosial budaya, aksissibilitas dan keberadaan fasilitas untuk dikembangkan menjadi suatu daerah tujuan wisata. Kriteria penilaian diperoleh melalui adatasi dari pedoman Penyusunan Analisis Daerah Objek Wisata Alam. 2. Pengembangan adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau keadaan suatu temapat atau daerah dalam pembangunan sektor tertentu, dalam hal ini mengacu pada sektor pariwisata. 3. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur keterkaitan padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. 4. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan georgafis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsi dan pengunaan lahan tertentu. 5. Kawasan wisata adalah kawasan yang ditetapkan fungsi utamanya adalah sebagai untuk berwisata atau beraktifitas dan menikmati fasilitas untuk bersenang-senang dan atau menikmati kegiatan yang lain selain bekerja. 9

10 5.1 Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. 5.2 Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk mengelola sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman masyarakat pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, lautan, ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup lainnya melakukan kegiatan serat memelihara kelangsungan hidupnya. 7. Penataan ruang adalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 8. Perencanaan pengembangan adalah perencanaan struktur dan dan pola pemanfaatan ruang yang meliputi tataguna lahan, tataguna air, tata guna sumber lain yang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan yang sesuai ketentuan yang berlaku. 9. Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkunagn hidup termasuk sumberdaya kedalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. 10

11 10. Desa budaya adalah suatu konsep yang memunculkan adanya rekonstruksi tatanan kehidupan budaya pada sebuah wilayah tertentu, dimana wilayah tertentu tersebut adalah sebuah desa. 11. Desa wisata adalah kawasan pemukiman yang ada di daerah pedesaan, baik secara sengaja ataupun tidak, telah menjadi sebuah kawasan yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan karena daya tarik/objek wisata yang ada, dan di desa ini wisatawan dapat menginap. 12. Wisata desa adalah kunjungan yang berlangsung di daerah pedesaan, namun tidak menginap di daerah tujuan tersebut. 13. Masyarakat adat adalah sekumpulan manusia yang masih mempertahankan tradisi, akan tetapi bangunan-bangunan tidak berarsitektur tradisional dan pola pemukimannya tidak berberdasarkan pada ketentuan karuhun sehinga nampak bervariasi. 14. Pengembangan desa budaya adalah suatu upaya mengoptimalkan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam kehidupan masyarakat yang menyati dengan tata cara tradisi yang berlaku di daerah tersebut. 15. Sebuah daerah yang dikembangkan menjadi desa budaya setidaknya harus memenuhi kriteria tertentu, dibawah ini merupakan ukuran atau kriteria tertentu yang harus dimiliki sebuah daerah jika akan dikembangkan menjadi desa budaya, antara lain : 11

12 1.8 Kerangka Pemikiran Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Uma Sekaran, 1992). Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian, pertautan antar variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma harus didasarkan pada kerangka berfikir. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya mambahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka masing masing variabel, tergantung pada argumentasi terhada variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999). 12

13 Gambar 1 Kerangka Pemikiran Desa Cikondang Identifikasi Masalah Pengamatan Lingkungan Lingkungan Eksternal Lingkungan Internal Aspek Tipologis Aspek Kebudayaan Tata Ruang Aspek Fisik Perencanaan Pengembangan Konsep Implementasi Evaluasi Desa Budaya Cikondang Sumber : Diolah Peneliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran Desa Budaya Cikondang 13

14 Dari kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan bahwa langkah yang dapat ditempuh dalam pengembangan desa Cikondang menjadi kawasan desa budaya yaitu dengan mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam lingkungan internal dan eksternal yang terdiri dari aspek tipologis, aspek biotis, aspek tata ruang, aspek fisik dan aspek sosial budaya. Identifikasi masalah tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari identifikasi masalah tersebut akan didapat suatu konsep terapan pola pengembangan desa budaya. Penggalian potensi Desa Cikondang akan dikelompokan berdasarkan zonasi, kebutuhan sarana dan prasarana, dan atraksi wisata yang akan dikembangkan. Dalam perencanaan pengembangan desa budaya, konsep yang akan diterapkan lebih mengarah kepada Pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan Desa Budaya ini bertujuan dalam pelestarian budaya Cikondang, peningkatan ekonomi masyrakat Desa Cikondang serta menciptakan pembangunan desa yang berkelanjutan dengan evaluasi secara periodik dan juga menciptakan masyarakat yang mandiri dan masyarakat yang dapat melestarikan lingkungan. 14

15 1.9 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, pokok permasalahan, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, lokasi penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tentang pengertian-pengertian dan teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini merupakan penjabaran lebih rinci mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang pembahasan atas penelitian berdasarkan teori dan data yang diperoleh melalui wawancara dan studi kepustakaan. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini menguraikan resume atau rangkuman dari penelitian yang berupa kesimpulan dari penulis mengenai Pengembangan Desa Budaya CIkondang Melalui Peningkatan Sarana Dan Prasarana 15

16 16