BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dari tanah liat. Keramik pada awalnya berasal dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

2015 ORGANOLOGI SULING TANAH BUATAN TED I NURMANTO D I JATI WANGI MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Seni merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. seperti pakaian dan alat-alat rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB II METODE PENULISAN

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sunda melengkapi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Kujang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Makalah Perkembangan Kebudayaan Gerabah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah keramik tradisional. Keramik gerabah dikenal sebagai produk benda pakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

2015 KAJIAN VISUAL KERAMIK GEOMETRIS KARYA NATAS SETIABUDHI

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB II KAJIAN TEORITIS. The Concise Colombia Encyclopedia 1995, kata keramik berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin. Banyak teori yang mengemukakan tentang kemampuan manusia dalam memperbaiki kebutuhan hidup, antara lain seperti yang diungkapkan Palgunadi (2007:44) bahwa manusia dikaruniai kemampuan akal untuk berpikir. Sejak manusia hadir di muka bumi, kemampuan akalnya terus berkembang. Kemampuan akal inilah yang memungkinkan manusia sebagai makhluk hidup untuk dapat bertahan, berkembang, serta memperbaiki tingkat dan kualitas kehidupannya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kemampuan terbesar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya diperoleh dari akal pikiran yang terus berkembang. Kemampuan tersebut kemudian diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga peradaban manusia terus berkembang semakin maju. Dalam hidup, manusia akan terus memenuhi kebutuhannya. Palgunadi (2007:44-46) menuturkan, bahwa sejak awal keberadaan manusia, ia akan selalu berusaha melengkapi dan memperbaiki segalanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masih berdasarkan pendapat Palgunadi, diperoleh keterangan bahwa populasi manusia yang selalu bertambah turut serta melahirkan inovasi-inovasi yang baru pula. Semua tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan di Indonesia sendiri banyak muncul karya-karya yang unik. Keanekaragaman hasil karya-karya kebudayaan bangsa Indonesia diungkapkan oleh Wibisana dalam Sunaryo (2009:1), ia menyebutkan bahwa masyarakat di berbagai daerah banyak mengembangkan beraneka macam budaya. Budayabudaya tersebut kemudian terhimpun menjadi kebudayaan Nusantara. Dalam bidang kesenian, setiap tempat mengembangkan sesuai dengan latar sosial-budaya masing-masing sehingga terbentuklah kesenian daerah. Wibisana dalam Sunaryo (2009:1) memaparkan juga, kesenian daerah adalah kesenian yang lebih banyak

2 menggunakan zat dan unsur seni suatu suku bangsa tertentu, sehingga warna dan suasana etnik tampak dan terasa pada kehadirannya. Merujuk pada pernyataan di atas, kriya yang terdapat di daerah-daerah Nusantara pun memiliki kekhasan yang berbeda. Asal mula kriya berbahan tanah liat bahkan ternyata sudah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah, sesuai dengan pendapat yang diutarakan Widayanto (1993:10) tentang kepingan tembikar kasar dan sederhana yang ditemukan para arkeolog ketika menggali situs-situs prasejarah di Kadenglembu, Banyuwangi (Jawa Timur), Klapadua, Bogor, Serpong, Tangerang, di sekitar Danau Bandung (Jawa Barat), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi). Berdasarkan pendapat tersebut, kriya dengan bahan baku tanah liat memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, sangatlah wajar jika di beberapa daerah ditemukan beberapa industri kriya keramik/gerabah. Dilihat dari bentuknya, keramik tidak hanya mengejar penampilan saja tetapi memiliki nilai-nilai filosofi. Berikut adalah pendapat dari Widayanto (1993:10-11) yang menyebutkan tembikar atau gerabah merupakan lambang hubungan antara manusia dan alam, beliau juga memaparkan benda budaya tersebut menggabungkan unsur-unsur bumi, yaitu tanah, air, angin, dan api. Widayanto (1993:11) memaparkan alasan yang menyebut tembikar atau gerabah merupakan gabungan dari unsur-unsur bumi. Ini karena dalam proses pembuatan kriya tersebut, tanah liat yang dibentuk masih dalam kondisi lembek atau mengandung air. Setelah dibentuk, tanah liat tersebut kemudian dikeringkan atau dapat juga dengan cara diangin-angin. Selanjutnya, tanah liat yang telah dikeringkan tersebut dibakar dengan api dalam sebuah wadah pembakaran. Satari dalam Widayanto (1993:12) berpendapat, semakin sederhana bentuk ornamen suatu benda maka semakin mendalam arti simbolik yang terkandung didalamnya. Ia memaparkan pula, benda-benda tersebut pada zaman prasejarah sering kali dikaitkan dengan hal magis dan kepercayaan kepada nenek moyang serta juga dianggap sebagai penolak kekuatan jahat. Tembikar puntelah sejak lama berfungsi sebagai media ekspresi seni, pendapat ini di kemukakan oleh Widayanto (1993:11), kemudian beliau juga

3 menerangkan bahwa tembikar atau gerabah mungkin berawal dari ketidaksengajaan, namun kemudian menjadi sebuah hiasan seperti tembikar atau gerabah neolitik. Lambat laun berkembang dengan hiasan dan pola lainnya yang secara teknis kini dinamakan teknik tera atau tekan (impressed), teknik gores (incised), tusuk, cungkil (excised), tempel (applique) dan teknik cubit. Seperti halnya tempat-tempat lain, di Indonesia juga terdapat berbagai macam suku dan kebudayaan, Cirebon merupakan salah satunya. Pernyataan Marsinah (2003:93) menyebutkan, Cirebon yang berada di wilayah perbatasan antara jawa tengah yang berbudaya jawa dengan jawa barat yang berbudaya sunda, serta mendapat pengaruh dari budaya luar seperti Cina dan Arab, tentulah memiliki identitas budayanya sendiri. bahwa: Pernyataan Marsinah dikuatkan juga dalam blog Cirebon Punya (2009) Cirebon berasal dari kata Caruban atau tempat pertemuan atau persimpangan jalan. Ada juga yang mengatakan nama itu berasal dari kata carub dalam bahasa Jawa yang berarti campuran. Ada pula kemungkinan terpengaruh bahasa Sunda yang berawalan Ci (berarti air atau aliran sungai) karena berada di muara sungai, kota ini pun lama kelamaan disebut Cirebon. Pendapat lain mengatakan Cirebon berasal dari kata yang bermakna sungai yang mengandung banyak udang (rebon berarti udang kecil). Cirebon memiliki sentra industri kriya keramik, tepatnya di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon, sebelah barat Kota Cirebon. Secara administratif, Blok Posong terletak di RW 08 Desa Arjawinangun. Potensi alam yang kaya akan sumber tanah liat menjadikan masyarakat daerah ini berprofesi sebagai kriyawan gerabah atau keramik, walaupun ada beberapa penduduknya yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri tidak membuat industri ini surut dan tetap memiliki peminatnya tersendiri. Problem besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah tingginya pengangguran, pendapat tersebut diutarakan oleh Widjaya (2009:171). Menurut data Badan Pusat Statistik dalam Widjaya (2009:171): Pengangguran terbuka pada tahun 2006 sebesar 10,93 juta orang yang merupakan 10,28% dari angkatan kerja sejumlah 106,93 juta orang. Pada

4 Agustus 2007, pengangguran terbuka sejumlah 10,01 juta orang atau mengalami penurunan sekitar 8,2% dari 10,93 juta orang dibandingkan bulan Agustus 2006. Pada Agustus 2008, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,39% atau 9,39 juta orang dari total angkatan kerja, turun dibandingkan bulan Agustus tahun 2007 sebesar 9,11% atau 10,01 juta orang dari angkatan kerja. Berdasarkan data di atas, Widjaya (2009:171) mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran yang dialami oleh bangsa Indonesia masih sangat tinggi, sehingga yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah industri yang bisa menyerap banyak tenaga kerja atau ia menyebutnya sebagai industri padat karya. Beliau beralasan bahwa industri keramik bukan industri yang menggunakan teknologi canggih, walaupun menggunakan mesin otomatis akan tetapi proses produksi memerlukan keterlibatan tangan atau tenaga manusia. Pergerakan perekonomian bangsa yang dilahirkan dari keberadaan industri keramik memberikan sumbangsih terhadap pendapatan negara, pendapat tersebut diungkapkan oleh Widjaya (2009:174). Ia pun menambahkan, produksi keramik Indonesia sebesar 75% untuk konsumsi di dalam negeri dan 25% untuk tujuan ekspor. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa industri keramik sangatlah potensial jika di dukung dengan baik. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, indutri keramik juga ternyata turut berperan serta melestarikan tradisi budaya bangsa, hal ini senada dengan pendapat yang diutarakan Widjoyo (2009:175), ia menyebutkan industri keramik turut serta berpartisipasi dalam melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Berdasarkan pengamatan langsung peneliti terhadap usaha kerajinan gerabah di Desa Arjawinangun Blok Posong, terdapat beberapa jenis produk kriya gerabah yang dihasilkan, seperti; kendi, tempayan, mainan anak-anak, celengan, dan sebagainya. Proses pembuatan dilakukan dengan cara-cara sederhana, mulai dari proses pengambilan bahan baku, pengolahan, pembuatan, pengeringan, pembakaran, dan pewarnaannya. Alasan peneliti memilih penelitian tentang celengan gerabah tersebut adalah untuk mengangkat kriya tradisional di Desa Arjawinangun. Menurut pernyataan dari bapak Jumadi yang merupakan seorang kriyawan dan tokoh

5 masyarakat setempat, kriya gerabah di Desa Arjawinangun telah ada sejak beberapa generasi. Berdasarkan keterangan dari pak Jumadi, bahan baku tanah liat yang digunakan diperoleh dari tanah sawah. Proses pembuatan masih sangat sederhana dengan menggunakan peralatan yang seadanya. Bentuk-bentuk celengan gerabah di Desa Arjawinangun antara lain adalah gong, ayam jago, singa, ikan, dan semar. Bentuk-bentuk celengan tersebut dihasilkan dari proses pencetakan dengan mengunakan teknik cetak, namun untuk celengan berbentuk gong menggunakan teknik putar. Atas dasar kenyataan tersebut itulah serta untuk lebih memajukan lagi tradisi budaya daerah agar tetap dapat bertahan, dengan ini mendorong keinginan peneliti untuk mengkaji secara visual celengan gerabah di daaerah Posong untuk dapat dituangkan ke dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul Kajian Visual Celengan Gerabah di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon. B. Rumusan Masalah Moleong (1988:92-93) berpendapat, penelitian jenis apapun tidak lain titik tolaknya bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan, lalu ia juga menyebutkan masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis membuat rumusan masalah untuk memudahkan fokus penelitian yang akan dilakukan, yaitu: 1. Bagaimana proses pembuatan celengan gerabah di Desa Arjawinangun? 2. Bagaimana bentuk dan makna celengan gerabah di Desa Arjawinangun? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan celengan gerabah yang terdapat di Desa Arjawinangun.

6 2. Untuk mengetahui bentuk atau tampilan visual celengan gerabah yang ada di Desa Arjawinangun. D. Manfaat Penelitian Dengan hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, antara lain: 1. Bagi Penulis: a. Menambah wawasan tentang kekayaan budaya lokal b. Menambah semangat untuk terus melestarikan dan memajukan kerajinan khas daerah setempat, khususnya celengan gerabah yang terdapat di Desa Arjawinangun. 2. Bagi Pembaca Secara Umum: a. Menambah rasa cinta terhadap budaya bangsa. b. Mendorong generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan kerajinan daerah c. Memperdalam apresiasi terhadap karya seni kria, khususnya kerajinan tradisional. d. Sebagai bahan rujukan atau referensi bagi keperluan-keperluan lain yang relevan. 3. Bagi Instansi Pemerintah: Mendorong pemerintah untuk dapat memberdayakan serta memajukan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM). 4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang kerajianan tradisional Indonesia, khususnya celengan gerabah di Desa Arjawinangun.

7 E. Lokasi dan Objek Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menentukan lokasi dan objek penelitian sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon. Blok Posong sendiri merupakan pusat pembuatan keramik di Desa Arjawinangun tersebut. 2. Objek Penelitian Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Celengan Gerabah dan lebih menitikberatkan pada kajian visual serta proses pembuatannya. F. Sistematika Penulisan Untuk memperjelas dalam pembahasan dan penyusunan penelitian ini, maka peneliti membagi pokok pembahasan yang terdiri sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi dan objek penelitian. 2. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi peneliti dalam menyusun skripsi, serta diuraikan pula mengenai pendapat-pendapat para ahli dan buku-buku yang relevan untuk masalah yang dikaji.

8 3. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan metode atau tata cara yang peneliti tempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan hasil yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang diperoleh penulis. Didalamnya berisi tentang teknik pembuatan dan bentuk celengan gerabah di desa arjawinangun kabupaten cirebon, serta pemecahan masalah yang dikaji dalam skripsi. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian mengenai teknik pembuatan dan bentuk celengan gerabah di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon, juga rekomendasi dari penulis berdasarkan data-data yang telah dianalisis.