BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi dan kerjasama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi menunjukkan capaian yang cukup menggembirakan akhirakhir. persen, sebagaimana tersaji dalam tebel berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan roda perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I. Pendahuluan. ilmu pengetahuan dan juga ekonomi. Kemajuan di bidang ekonomi secara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Peranan hukum secara ideal tidak hanya dalam fungsi pengendalian sosial ( social

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tak dapat di pungkiri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

I. PENDAHULUAN. tersebut sebagian besar memerlukan jasa-jasa bank dan lembaga keuangan lain

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT. hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara berkembang yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor. Dengan semakin meningkatnya pembangunan, otomatis kegiatan usaha juga ikut mengalami peningkatan, baik itu yang dilakukan pihak pemerintah maupun dari pihak swasta. Kemudian keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi dan kerjasama yang baik, antara pihak pemerintah, pengusaha (swasta) dan masyarakat. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, tetapi seringkali dihadapkan pada masalah dana, baik untuk kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif. Kebutuhan konsumtif, misalnya anak sakit, uang sekolah, biaya kematian. Sementara kebutuhan produktif, misalnya membeli pupuk/bibit (untuk petani), modal usaha atau memanfaatkan kesempatan usaha (untuk pedagang), beli bahan baku (untuk industry), dan masih banyak lagi. 1 Melihat pada masalah dana yang dihadapi oleh pedagang, ketersediaan modal usaha merupakan unsur yang paling esensial dalam upaya peningkatan produksi dan keberlanjutan usaha. Kekurangan modal sangat membatasi ruang gerak aktivitas usahanya, yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan. 1 Iin Endang Mardiani, 1994, Analisis Faktor Penentu Perkembangan Pegadaian di Jawa Tengah, Tesis Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 34.

2 Pemerintah sebenarnya telah berusaha mengurangi persoalan dana bagi pelaku usaha dengan legalisasi lembaga-lembaga keuangan yang menyediakan kredit. Lembaga keuangan seperti bank sebagaimana disyaratkan pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, memiliki salah satu fungsi utama yakni penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada nasabah terdapat risiko tidak kembalinya dana atau kredit yang disalurkan tersebut sehingga ada adagium yang berbunyi: Bisnis perbankan adalah bisnis risiko dan dengan pertimbangan risiko inilah, bank-bank selalu harus melakukan analisis mendalam terhadap setiap permohonan kredit yang diterimanya. 2 Penelitian terhadap pengusaha-pengusaha ekonomi lemah dan bankbank di Medan, menunjukkan adanya hambatan-hambatan yang terdapat dalam penerapan perjanjian kredit. Hasil penelitian itu telah didiskusikan dalam berbagai forum antara lain dengan pengusaha-pengusaha, yang diselenggarakan oleh Kanwil perdagangan Sumut pada tanggal 4 januari 1978 dan juga dikemukakan sebagai masalah dalam refresher course hukum Perdata khususnya aspek-aspek perdata dari Hukum Perbankan, yang diselenggarakan Fakultas Hukum USU Medan tanggal 23 s/d 1 Februari 1978. 3 Pada pokoknya hambatan-hambatan yang ditemukan dapat dibagi dalam dua bagian besar, dilihat dari segi pengusaha ekonomi dan dari segi bank. 2 H.R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit Dan Bank Garansi, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hal.123. 3 Mariam Darus Badrulzaman, 1989, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotheek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek Di Medan, Bandung, Alumni, hal.165.

3 1. Hambatan-hambatan dilihat dari segi pengusaha ekonomi lemah adalah sebagai berikut: a. Kredit bank sebagai modal tambahan sangat dibutuhkan akan tetapi jumlah yang disalurkan sangat terbatas. b. Prosedur memperoleh kredit relative sulit c. Biaya memperoleh kredit relative tinggi d. Bunga tunggakan dirasakan berat e. Layanan bank belum memuaskan f. Pemeriksaan sengketa kredit macet di pengadilan membutuhkan waktu yang lama 2. Hambatan dilihat dari segi bank : a. Pengusaha ekonomi lemah belum memenuhi syarat-syarat kredit b. Hypotheek dilaksanakan hanya sampai taraf surat kuasa memasang hyphoteek c. Ketentuan-ketentuan yang mengatur alat bukti hak belum memuaskan. 4 Di sisi lain, di wilayah dimana pedagang melakukan kegiatan usahanya banyak pihak yang telah beroperasi menawarkan permodalan yang dapat diperoleh dengan mudah, seperti dari pihak individu non lembaga keuangan yakni para individu yang menjalankan usaha peminjaman uang. Usaha meminjamkan uang sangatlah popular dan tumbuh subur di pasarpasar tradisional. Peneliti sendiri dalam kurun waktu hampir 2 jam di pasar 4 Ibid, hal.165.

4 Kolombo pernah melihat 14 individu yang menjalankan usaha peminjaman uang. Mereka rata-rata memiliki ciri khas yang sama satu sama lain, yakni membawa tas selempang, buku catatan kecil, pena dan menghampiri satu pedagang ke pedagang yang lain. Jika dilihat dari bentuk transaksi pinjam meminjam uang tersebut, pedagang dengan jaminan harta benda yang dimilikinya, dapat dengan mudah memperoleh dana dari kreditur perorangan. Namun, dana yang para pedagang peroleh tersebut hanya mengatasi masalah sementara waktu, karena dengan meminjam sumber kredit perorangan, kebanyakan pedagang justru terjerat pada kesulitan yang lebih besar. Suku bunga yang tinggi mencapai 10 sampai 20 persen sebulan, tergantung dari lamanya pinjaman itu dipergunakan. System ini prosedurnya mudah sebab tidak memerlukan jaminan. Bunganya tinggi, karena risiko bagi yang meminjamkan uang menjadi besar. 5 Menurut pasal 1767 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, besarnya bunga yang diperjanjikan harus ditetapkan secara tertulis. Sampai berapa besarnya bunga yang diperjanjikan tidak disebutkan, hanyalah dikatakan : asal tidak dilarang oleh undang-undang. 6 Pembatasan terhadap bunga yang terlampau tinggi hanya kita kenal dalam bentuk Woeker-ordonantie 1938, yang dimuat dalam Staatsblad (Lembaran Negara) tahun 1938 No. 524, yang menetapkan bahwa, apabila antara kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari kedua belah pihak, dari semula terdapat suatu ketidakseimbangan yang luar 5 Ibid, hal.166. 6 Subekti, 1992, Aneka Perjanjian. Bandung, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, hal. 130.

5 biasa, sedangkan satu pihak berbuat karena kebodohan dan keadaan terpaksa, yang telah disalah-gunakan oleh pihak lawannya, maka si berutang dapat meminta kepada Hakim untuk menurunkan bunga yang telah diperjanjikan ataupun membatalkan perjanjiannya. Melihat bunyinya peraturan tersebut, kiranya sangat sukar apabila kedua belah pihak adalah pedagang atau usahawan, untuk menerapkan Woeker-ordonantie tersebut, karena sulit untuk mengatakan bahwa salah satu telah berbuat karena kebodohan dan keadaan terpaksa. Mengacu pada pengaturan perjanjian pinjam-meminjam dalam KUHPerdata dan dengan memperhatikan pada akibat dari perjanjian yang memberatkan salah satu pihak yakni pedagang, penulis merasa terjadi kesenjangan antara das sein dan das sollen dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang di pasar Kolombo Yogyakarta. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Antara Individu non lembaga keuangan dan Pedagang di Pasar Kolombo Yogyakarta.

6 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah perjanjian pinjam meminjam uang antara individu non lembaga keuangan dengan pedagang sudah melindungi kepentingan hukum para pihak? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam hal pedagang melakukan wanprestasi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui perlindungan atas kepentingan hukum para pihak dalam perjanjian pinjam meminjam uang di Pasar Kolombo Yogyakarta. b. Mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur dalam hal pedagang melakukan wanprestasi. 2. Tujuan Subjektif Untuk memperoleh data dan bahan yang relevan dengan topik yang diteliti dalam rangka penyusunan Penulisan Hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

7 D. Keaslian Penelitian Bagian ini memuat uraian sistematis tentang laporan, hasil penelitian dan/atau pemikiran peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian penulisan hukum ini. Adapun penelitian yang ada sebelumnya itu dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Sepanjang pengetahuan penulis melalui penelitian kepustakaan, sebelumnya sudah ada penelitian yang mengangkat topik mengenai pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam, diantaranya yaitu penelitian oleh Gatot Irfan Wibowo yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian Pinjam Meminjam Di Koperasi Dadi Makmur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perjanjian, bentuk wanprestasi yang dilakukan, akibat hukum bila terjadi wanprestasi, dan cara penyelesaian bila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam antara Koperasi Dadi Makmur dengan nasabah di Yogyakarta. Penelitian ini termasuk tipologi penelitian hukum empiris dengan metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normative. Data penelitian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan penelitian, kemudian disistematisasikan dan dianalisis untuk dijadikan dasar dalam mengambil kesimpulan. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil studi menunjukkan pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang di koperasi Dadi Makmur telah sah secara hukum menurut pasal 1320 KUHPerdata terutama dilihat dari kesepakatan dan kecakapan hukum antara koperasi dan nasabah. Bentuk wanprestasi pada Koperasi Dadi

8 Makmur adalah tidak menyerahkan atau membayar dalam jangka waktu. Bentuk wanprestasi tersebut diakibatkan oleh factor ekonomi salah satunya diakibatkan debitur terkena dampak dari melonjaknya harga kedelai. Kemudian mengenai upaya penyelesaian wanprestasi beraneka ragam tergantung pada kondisi kredit bermasalah. Pada kasus penelitian, upaya dilakukan dengan penjadwalan ulang misalnya hutang seluruhnya yang seharusnya jangka waktu pengembaliannya selama 3 (tiga) bulan, diperpanjang menjadi 6 (enam) bulan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi penulis a. Dapat menambah pengetahuan dan referensi dalam bidang hukum perikatan, khususnya terkait dengan masalah perikatan yang lahir dari perjanjian; b. Memperoleh data yang dibutuhkan dalam rangka penulisan hukum sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Hukum. 2. Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran hukum masyarakat mengenai pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam uang yang dilakukan terhadap individu non lembaga keuangan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlindungan terhadap kepentingan para pihak dapat terjamin.

9 3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum serta dapat menambah literature di bidang hukum perikatan, khusunya perikatan yang lahir dari perjanjian. 4. Manfaat bagi pengembangan hukum di Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah maupun instansi yang berwenang untuk mengambil kebijakan hukum, khususnya dalam bidang hukum perikatan, agar lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan perjanjian kerjasama bagi para pelaku bisnis.