BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB II LANDASAN TEORI

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Bab 10 Pasar Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. obligasi, hal utama yang dilihat terlebih dahulu adalah harga pasar obligasi tersebut.

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

Dasar-Dasar. Proses Valuasi. Top-down Analysis: 3 Pokok Analisis. 1. Perekonomian. Fiscal Policy. (Kebijakan Fiskal)

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Saham Syariah

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP JUMLAH DEPOSITO PADA PT. BRI (PERSERO).TBK UNIT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB 11 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

BAB I PENDAHULUAN. 1) Pasar modal merupakan tempat diperjual belikanya berbagai instrument

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

2013 Pengantar Ekonomi Makro

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga itu merupakan suatu gejala moneter, maka jelaslah bahwa teori moneter dengan bahagiannya teori tentang bunga menjadi suatu bagian penting dalam teori ekonomi umum, dan politik keuangan menjadi suatu bahagian yang utama dalam politik ekonomi umum (Manullang, 1962). Bunga sebagai suatu gejala keuangan, tingkatnya ditentukan oleh permintaan kepada uang dan persediaan akan uang. Dengan kata lain, tingkat bunga itu ditentukan oleh dua faktor yakni faktor permintaan terhadap uang dan faktor penawaran akan uang. Faktor permintaan terhadap uang itu oleh Keynes disebut liquidity preference. Jadi, sesuai pendapat Keynes, bunga itu ditentukan oleh liquidity preference dan jumlah uang. Dalam suatu curve liquidity preference tertentu, bertambahnya jumlah uang akan menyebabkan turunnya tingkat bunga. Dan sebaliknya, turunnya jumlah uang akan menyebabkan naiknya tingkat bunga. Selanjutnya, jika curve liquidity preference mengalami perubahan maka dengan jumlah uang tertentu akan menyebabkan naik turunnya tingkat bunga. Semakin murah biaya peminjaman uang, semakin banyak uang yang akan diminta oleh rumah tangga dan dunia usaha. Semakin tinggi tingkat bunga 9

semakin besar persediaan dana yang dapat dipinjamkan. Tingkat keseimbangan dari bunga ditentukan oleh perpotongan dari permintaan (D m ) dan penawaran (S m ) dana yang dapat dipinjamkan (Pass dkk, 1994). Tingkat Bunga S m i Sm i D m 0 Q 1 Q 2 Kuantitas Uang Gambar 2.1 Hubungan antara Tingkat Bunga dengan Kuantitas Uang Dalam teori, penguasaan moneter dapat mengawasi tingkat bunga dengan mengubah persediaan uang. Jika jumlah uang meningkat dari S m ke Sm maka akan menurunkan keseimbangan tingkat bunga dari i ke i 1, dan melalui tingkat bunga, menurunkan juga total pengeluaran dalam perekonomian. Dengan demikian, secara sederhana suku bunga adalah harga uang. Suku bunga akan naik apabila jumlah uang sedikit dan permintaan terhadapnya besar. Sebaliknya, suku bunga akan turun bilamana jumlah uang besar dan permintaan terhadapnya sedikit. 10

2.1.1 Pengertian Suku Bunga Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (Pass dkk, 1994), yang dimaksud dengan tingkat bunga (interest rate) adalah jumlah tertentu bunga yang harus dibayarkan peminjam kepada pemberi pinjaman atas sejumlah uang tertentu untuk membiayai konsumsi (consumption) dan investasi (investment). Bagi dunia perbankan, tingkat bunga atau yang disebut dengan bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dengan yang harus dibayar oleh nasabah yang memperoleh pinjaman kepada bank (Kasmir, 2008). 2.1.2 Jenis-Jenis Suku Bunga Secara umum, suku bunga dibedakan menjadi suku bunga nominal dan suku bunga riil. 2.1.2.1 Suku Bunga Nominal Suku bunga nominal dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur disamping pengembalian pinjaman pokoknya pada saaat jatuh tempo. Tingkat suku bunga yang terbentuk merupakan tingkat suku bunga yang disepakati oleh debitur dan kreditur. Tingkat bunga nominal ini sebenarnya adalah penjumlahan dari unsur-unsur tingkat bunga, yaitu tingkat bunga murni (pure interest rate), premi risiko (risk premium), biaya transaksi (transaction costs), dan premi untuk inflasi yang diharapkan. Jadi: i = r + R p + T c + P i 11

dimana : i r R p T c P i = tingkat bunga nominal = tingkat bunga murni = premi risiko = biaya transaksi = premi inflasi Jadi, tingkat bunga nominal (i) atau tingkat bunga yang tercatat di pasar berubah apabila unsur-unsurnya berubah (Boediono, 1985). Collins secara sederhana mengartikan tingkat bunga nominal sebagai tingkat bunga yang dibayarkan pada suatu (loan) tanpa dilakukan suatu penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi (Pass dkk, 1994). 2.1.2.2 Suku Bunga Riil Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama. Bagi kreditur, tingkat bunga riil merupakan imbalan riil bagi pengorbanannya untuk menyerahkan penggunaan uangnya untuk jangka waktu tertentu. Bagi debitur, tingkat bunga riil merupakan beban riil atas penggunaan uang orang lain. Beban ini disebut biaya (riil) dari kapital atau real cost of capital bagi debitur tersebut, terutama apabila si debitur adalah investor di bidang produksi barang-barang dan jasa (Boediono, 1985). Sebagai contoh, apabila seseorang meminjamkan uang Rp 1.000.000,00 selama setahun, dan selama itu terjadi laju inflasi sebesar 10%, maka dinilai dari daya belinya terhadap barang-barang, nilai uang tersebut telah turun menjadi (100% : 110%) x 1.000.000 dan hasilnya sekitar 909.000. Jadi, secara riil kreditur telah menanggung capital loss sebesar 1.000, meskipun uang 1.000.000 dikembalikan secara penuh kepadanya setahun kemudian. 12

Oleh karena itu, kreditur harus memperhitungkan kemungkinan kerugian kapital ini dengan cara memperkirakan berapa persen penurunan nilai uang (yaitu berapa persen laju inflasi) yang akan terjadi selama uangnya dipinjamkan dan kemudian membebankannya pada debitur dalam bentuk tambahan persentase pada tingkat bunga yang harus dibayarnya. Selain dua jenis suku bunga diatas, dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: a. Bunga simpanan Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. b. Bunga pinjaman Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh, 13

seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2008). 2.1.3 Teori Tingkat Suku Bunga 2.1.3.1 Teori Klasik Teori tingkat bunga dari klasik ini adalah untuk menganalisis arus dari uang dalam suatu perekonomian moneter, misalnya melakukan analisis sebagai akibat dari perubahan tingkat bunga. Beberapa asumsi adalah: a. Benar-benar terjadi subsitusi antara bentuk uang yang ditahan (cash on hand) dengan surat berharga dari bank. b. Nilai tukar valuta asing tetap. c. Asumsi pada skala perekonomian yang sempit. d. Mekanisme pasar mendorong persaingan tingkat bunga (Waluya, 1993). Menurut teori klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi. Dalam suatu periode, ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok penabung. Jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplai atau penawaran akan loanable funds (Boediono, 1985). Di lain pihak, ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karena mereka ingin berkonsumsi lebih daripada pendapatan yang diterima selama periode tersebut, atau karena mereka adalah pengusaha yang memerlukan dana untuk operasi/ perluasan usahanya. Mereka ini adalah investor dan jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan akan loanable 14

funds. Selanjutnya, para penabung dan para investor ini bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga kesepakatan atau keseimbangan. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam Gambar 2.2. Tingkat bunga Tabungan i 1 i 0 Investasi i Investasi 0 S 0 Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan Gambar 2.2 Keseimbangan Tingkat Bunga Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i 0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas i 0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling 15

bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi i 0. Sebaliknya, apabila tingkat bunga dibawah i 0, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i 0. Jadi, menurut kaum klasik tingkat bunga itu merupakan hasil interaksi antara tabungan (S) dan investasi atau Investment (Nopirin, 1992). 2.1.3.2 Teori Keynes Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedang menurut klasik, uang hanyalah mempengaruhi harga barang (Nopirin, 1992). Teori Keynes juga mengatakan bahwa ada tiga motif mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Ketiga motif tersebut adalah transaction motive, precautionary motive dan speculative motive. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan akan uang yang dikenal dengan nama liquidity preference (Manullang, 1977). Permintaan akan uang, yang oleh Keynes disebut dengan liquidity preference tergantung pada tingkat bunga. Dalam Gambar 2.3, sumbu horizontal 16

mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu vertikal untuk tingkat bunga. Tingkat bunga Jumlah uang i eq Liquidity preference Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan Gambar 2.3 Kurva Liquidity Preference Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi mereka yakin bahwa tingkat bunga akan naik di waktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik, mereka akan menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah 17

uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang. Selain itu, menurut Keynes, makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas) sehingga keinginan memegang uang kas juga menurun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik (Nopirin, 1992). 2.1.3.3 Teori Paritas Tingkat Bunga Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu apabila penduduk masing-masing negara bebas memperjualbelikan devisa). Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa: Dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara yang lain. atau secara aljabar, i n i f + E * dimana: i n i f E * = tingkat bunga (nominal) didalam negeri = tingkat bunga (nominal) diluar negeri = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. 18

Jadi, apabila tingkat bunga di Amerika Serikat untuk, katakan, pinjaman jangka 6 bulan adalah 10% per tahun, dan selama 6 bulan mendatang kurs dollar AS terhadap rupiah diperkirakan meningkat dengan 4% (atau 8% apabila dinyatakan dalam laju per tahun), maka tingkat bunga untuk pinjaman jangka 6 bulan di Indonesia akan cenderung sama dengan 10% + 8% = 18% per tahun. Hal ini terjadi apabila tingkat bunga yang berlaku di dalam negeri (untuk pinjaman 6 bulan tersebut) lebih rendah daripada 18% per tahun, maka akan lebih menguntungkan bagi pemilik dana untuk meminjamkan uangnya di Amerika Serikat (dollar) dan menerima imbalan 10% per tahun tanpa harus menanggung kerugian kapital berupa penurunan nilai mata uang rupiah sebesar 8% per tahun. Dana akan mengalir ke Amerika Serikat dan ini akan mengurangi tersedianya dana (rupiah) di dalam negeri, dan selanjutnya akan mendorong tingkat bunga di dalam negeri untuk naik mendekati 18% per tahun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga di dalam negeri ternyata lebih tinggi dari 18% per tahun (katakanlah 20%), maka akan lebih menguntungkan bagi orang Amerika Serikat untuk menukarkan dollarnya menjadi rupiah dan selanjutnya meminjamkannya di Indonesia dengan bunga 20% per tahun. Meskipun seandainya perkiraan bahwa nilai rupiah akan turun 8% per tahun benar-benar terjadi, ia masih menerima imbalan 20% - 8% = 12% per tahun (dinyatakan dalam dollar). Jadi akan ada aliran dana (dollar) masuk ke Indonesia, sehingga suplai dana (rupiah) di Indonesia meningkat dan ini cenderung akan menurunkan tingkat bunga di dalam negeri sampai mendekati 18% per tahun. 19

Perlu dicatat bahwa dalam praktek ada biaya transaksi untuk memindahkan dana dari dan ke luar negeri. Oleh sebab itu, teori paritas tingkat bunga ini akan lebih tepat apabila berbunyi: bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan dari mata uang negara satu terhadap mata uang negara lain dan biaya transaksi ( biaya memindahkan dana). Dalam sistem devisa bebas, biaya transaksi tersebut rendah, tetapi dalam sistem devisa yang kurang bebas, biaya tersebut bisa tinggi. Oleh sebab itu, dalam sistem devisa yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan (Boediono, 1985). 2.2 Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) 2.2.1 Definisi BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia, 2012). 2.2.2 Fungsi BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku 20

bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. 2.2.3 Jadwal Penetapan dan Penentuan Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan. 2.2.4 Besar Perubahan BI Rate Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian 21

sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps. 2.2.5 Mekanisme Bekerjanya Perubahan BI Rate Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan atau BI rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Mekanisme bekerjanya perubahan BI rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahanperubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Gambar 2.4 akan menjelaskan bagaimana BI rate bekerja hingga dapat mempengaruhi tingkat inflasi di Indonesia. 22

Sumber: Bank Indonesia Gambar 2.4 Mekanisme Bekerjanya BI Rate dalam Mempengaruhi Inflasi Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. 23

Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi. Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering juga disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumeninstrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian. 24

Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga. 2.3 Tingkat Suku Bunga Bank Amerika Serikat (the Fed) Sebelumnya tidak ada sistem bank sentral di Amerika Serikat sampai tahun 1913. Namun, hal itu berubah dengan dibuatnya Undang-Undang Federal Reserve tahun 1913. Semenjak saat itu, Federal Reserve menjadi bank sentral Amerika Serikat. Pada awalnya, the Fed hanya sebuah institusi Pemerintah federal di Amerika Serikat. Pada perkembangannya, the Fed menjadi organisasi swasta yang dikuasai oleh beberapa orang kaya. Ada dua belas bank-bank regional Sistem Federal Reserve di seluruh Amerika Serikat. Federal Reserve System, seperti bank sentral pada umumnya, yang tujuannya mengatasi inflasi. Pada awalnya, bank sentral bertindak sebagai lender of resort, Pemerintah sebagai institusi yang berdiri siap untuk mem-bail out segala permasalahan perbankan. Fed selalu berusaha untuk terus beradaptasi pada berbagai kebijakan moneter, dalam upaya memerangi tekanan inflasi dan deflasi yang membawa akibat perubahan dalam perekonomian domestik dan global. (Yeager, 1984). Lantas, bagaimana the Fed dapat mempengaruhi tingkat suku bunga? Seperti halnya bank-bank komersial pada umumnya, the Federal reserve 25

memberikan pinjaman dana. Namun perbedaannya adalah klien the Fed bukan masyarakat umum, melainkan bank-bank komersial. The Fed pada dasarnya mengambil keuntungan dari biaya bunga pinjaman atas pinjaman yang dilakukan oleh pihak bank lain. Ini disebut tingkat diskonto. Bank atau pemberi pinjaman kemudian meminjamkan uang ke konsumen atau peminjam suku bunga utama mereka. Implikasinya jelas: semakin tinggi tingkat diskonto the Fed pada biaya bank, semakin tinggi tingkat suku bunga utama akan diberikan kepada peminjam sebab bank harus memenuhi persyaratan minimum yang diinstruksikan oleh the Fed. Banyak orang berpikir bahwa ketika mendengar ketua Federal Reserve membuat perubahan kebijakan moneter dengan Tingkat Perdana, secara otomatis mempengaruhi tingkat suku bunga. Tidak demikian. Kenaikan tarif Perdana atau penurunannya dapat mempengaruhi Garis Depan Kredit Ekuitas (HELOC), tetapi tidak akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Suku bunga juga berfluktuasi dengan program pinjaman yang tersedia untuk para peminjam. Jadi, suku bunga secara jangka pendek langsung berdampak pada valuta asing dan secara jangka panjang akan berdampak pada harga biaya dalam masyarakat secara umum (SFTEAM, 2013). Di Indonesia, suku bunga dalam negeri selain dipengaruhi oleh inflasi, juga dipengaruhi oleh suku bunga the Fed. Penurunan dan peningkatan suku bunga BI akan sejalan dengan perubahan yang terjadi pada tingkat suku bunga the Fed. 26

2.4 Kerangka Berpikir Pada penulisan proposal skripsi ini, penulis menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk gambar kerangka berpikir dan variabelvariabel lain yang dimaksud. Untuk lebih memperjelas kerangka berpikir tersebut, maka penulis membuat gambar seperti yang terlihat di dalam skema di bawah ini dimana gambar tersebut menjelaskan adanya hubungan dua arah antara suku bunga Bank Indonesia (BI rate) dengan suku bunga Bank Amerika Serikat. BI rate (Y) The Fed (X) 2.5 Hipotesis Dalam melakukan analisis terlebih dahulu harus ditentukan hipotesis yang digunakan. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul kemudian diolah dan diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Terdapat Kointegrasi antara Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dengan suku bunga Bank Amerika Serikat (the Fed). b. Terdapat Kausalitas antara Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) dengan suku bunga Bank Amerika Serikat (the Fed). 27