2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Nurjannah, 2013

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gina Dameria,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB I PENDAHULUAN. orang orang yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, selain sebagai pengembang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENINGKATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemampuan. hidupnya. Tanpa dunia luar manusia akan mati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Model Pembelajaran Kuis Tebak Kata Pada Mata Pelajaran PKN Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VII-C di SMP Negeri 2 Lembang, peneliti menemukan beberapa masalah pada proses pembelajaran IPS, salah satu masalah yang paling menonjol menurut peneliti yaitu kurangnya kemandirian belajar siswa. Permasalahan tersebut dapat dilihat oleh peneliti pada aktivitas siswa saat belajar di kelas, ataupun pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, sebagian besar siswa lebih sering mengandalkan jawaban dari teman dan mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah. Siswa kurang memiliki kreativitas, kurang berinisiatif, dan daianggap kurang mampu dalam bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan belajarnya, karena sesungguhnya kebutuhan setiap individu berbeda-beda, maka dari itu siswa tidak bisa selalu mengandalkan temannya sekalipun dalam proses pembelajaran teman merupakan hal yang penting. Kemudian pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya dan jarang sekali bertanya mengenai materi yang kurang dipahami. Begitu pula pada saat guru memberikan penugasan kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, sebagian besar siswa tidak mempelajari materi yang ditugaskan. Sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung pada pertemuan selanjutnya siswa menjadi cepat bosan, kurang berkonsentrasi, kurang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Terlihat sebagian besar siswa tidak termotivasi untuk belajar, dan kurang memperhatikan saat guru memberikan materi didepan kelas, sehingga suasana kelas menjadi pasif dan komunikasi berlangsung satu arah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa di kelas VII-C, siswa menuturkan bahwa pembelajaran IPS yang selama ini diajarkan kurang menarik minat siswa karena metode atau teknik pembelajaran yang digunakan di kelas kurang dihubungkan ke dalam lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, padahal sesekali siswa perlu melihat bagaimana kondisi nyata di lapangan terhadap beberapa materi yang telah diajarkan atau yang akan dipelajari siswa. Permasalahan dalam proses pembelajaran seperti ini tidak akan menjadikan siswa untuk aktif dalam pembelajaran di kelas dan siswa kurang memahami atau

mengerti mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru, karena pemberian materi dan informasi yang diperoleh siswa hanya bersumber pada buku teks ataupu guru. Menurut Gunawan (2013, hlm. 95) guru bukan satu-satunya yang memberikan informasi karena siswa akan mencari sumber yang beragam dan terlibat dalam berbagai kegiatan belajar yang beragam pula. Sedangkan peran guru selain harus bertindak sebagai fasilitator, dalam semua kegiatan ini, guru juga harus mengamati proses pembelajaran untuk memberikan penilaian (assessment), tidak hanya untuk perolehan pengetahuan IPS saja, tetapi menilai keterampilan sosial siswa selaama kegiatan pembelajaran berlangsung (process). Guru juga harus membiasakan siswa untuk memprediksi, mengklasifikasi dan menganailisis sehingga siswa tidak hanya menghafal dan mengingat tetapi juga menganailisis, memprediksi, mengkritisi dan mengevaluasi informasi yang diterima oleh siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Soemantri (2001) (dalam Gunawan, 2013, hlm. 88) mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPS di sekolah selalu disajikan dalam bentuk factual, konsep yang kering, guru hanya mengejar target pencapaian kurikulum, tidak mementingkan proses, karena itu pembelajaran IPS selalu menjenuhkan dan membosankan, dan oleh para peserta didik dianggap sebagai pelajaran kelas dua, sehingga menyebabkan siswa kurang mendapat pengetahuan yang luas dan kurang memahami tentang tujuan pembelajaran IPS sebenarnya. Soemantri (2001, hlm.259) menegaskan bahwa pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai tujuan pembelajaran IPS yaitu: 1) pendapat yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS di persekolahan adalah untuk mendidik para siswa agar menjadi ahli ekonomi, politik, hokum, sosiologi dll; 2) pendapat kedua menjelaskan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk menumbuhkan warga negra yang baik; 3) pendapat ketiga yaitu bahwa pembelajaran IPS harus harus dapat menampung siswa untuk studi lanjutan ke Universitas; 4) pendapat keempat yaitu bahwa pembelajara IPS di persekolahan dimaksudkan untuk mempelajari bahan yang bersifat tertutup, maksudnya ialah dengan mempelajari bahan pembelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan permasalahan intrapersonal ataupun personal yang timbul dari bidang ekonomi, politik, sejarah, sosiologi, maupun bidang sosial lainnya.

Kurangnya kemandirian belajar siswa menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran IPS seperti yang diungkapkan oleh Soemantri. Kemandirian belajar sangatlah penting dimiliki oleh siswa melihat situasi yang koempleks pada jaman ini yang menuntut dunia pendidikan untuk mengembangkan kemandirian bagi siswanya. Namun dilihat dari permasalahan yang ditemukan oleh peneliti pembelajarannya sifatnya searah atau lebih teacher centered dan menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Menurut Sudarma (2013, hlm.48) pembelajaran seperti ini hanya mengkondisikan siswa untuk menerima, dan menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari atau menemukan informasi-informasi baru, sehingga materi atau informasi yang diterima oleh siswa juga hanya terpaku pada satu buku ataupun guru, hal tersebut mengharuskan siswa untuk mencari materi atau informasi yang lebih luas dari berbagai sumber agar pengetahuan siswa lebih berkembang, untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan ini, siswa butuh penanaman kemandirian dalam belajar, agar para siswa tidak terbiasa untuk menerima materi hanya dari satu buku ataupun guru. Permasalahan kurangnya kemandirian siswa dalam belajar harus segera diselesaikan, karena apabila permasalahan tersebut dibiarkan terus menerus siswa tidak akan mempunyai rasa tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya untuk mengembangkan kemampuan belajar atas kemauannya sendiri demi memenuh kebutuhan hidupnya untuk berprestasi dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh McClelland (dalam Desmita 2014, hlm. 60) dalam teorinya membedakan tiga jenis kebutuhan manusia salah satunya yaitu Need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi) yaitu kebutuhan untuk bersaing atau melampaui standar pribadi. Need for achievemment ini merupakan motif yang mendorong seseorang untuk berhasil dalam berkompetensi yang didasari oleh standar keunggulan, baik berupa prestasi orang lain maupun prestasi sendiri. Seseorang yang memiliki keutuhan prestasi tinggi apabil ia menggunakan waktunya untuk memikirkan cara mengerjakan sesuatu dengan lebih baik dan memikirkan karirnya untuk masa yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang harus mempunyai sikap mandiri dalam belajar dengan memiliki sikap mandiri dalam belajar siswa akan mengalami peningkatan terhadap kemampuan serta keterampilannya dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa tidak tergantung kepada guru, teman, atau orang lain dalam belajar. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri atau diasingkan tetapi siswa akan berusaha

terlebih dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibacanya atau yang dilihatnya apabila mengalami kesulitan barulah siswa akan bertanya atau mendiskusikannya baik dengan guru, teman, ataupun orang lain. Terkait kurangnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS maka dalam proses pembelajaran perlu menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Menurut peneliti metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan model discovery learning. Penggunaan model discovery learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa, karena dengan menggunakan metode ini siswa tidak diberikan pelajaran secara utuh atau final tetapi siswa diharapkan mengorganisasi sendiri pelajarannya. Model discovery learning ini dalam penerapannya dapat mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented sehingga pada proses pembelajaran kondisi belajar yang pasif akan berubah menjadi kondisi belajar yang aktif. Siswa juga tidak hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru atau buku teks tetapi siswa dapat menemukan informasinya sendiri mengenai materi pembelajaran. Hal ini memungkinkan siswa menemukan arti bagi dirinya sendiri, dan menemukan konsep-konsep dalam bahasanya sendiri. Menurut Bruner pada penerapan metode ini guru hendaknya memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika, dan metode ini menuntut siswa untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan. Dengan demikian seroang guru dalam menerapkan model discovery learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatankesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Menurut teori penemuan Jerome Bruner (dalam Trianto, 2007, hlm.26) Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsepkonsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsipprinsip itu sendiri. Oleh karena itu Bruner berpendapat alangkah baiknya apabila sekolah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuannya dalam mata pelajaran tertentu, dalam penelitian ini dikhususkan untuk mata pelajaran IPS. Dalam proses pembelajaran ini Bruner lebih menekankan atau mementingkan partisipasi aktif dari setiap siswa. dalam penerapan model discovery learning ini dalam proses pembelajaran

maka dibutuhkan lingkungan dimana di lingkungan ini siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan baru yang belum dikenalnya. Dan dalam setiap lingkungan pasti terdapat berbagai macam masalah, hubungan dan juga hambatan yang dirasakan oleh setiap siswa, namun dalam lingkungan ini siswa pasti banyak mendapatkan informasi ataupun pelajaran-pelajaran yang sebelumnya tidak dialami siswa saat pembelajaran berlangsung didalam kelas. Bruner (dalam Dahar, 1996, hlm.103) menganggap bahwa Discovery Learning sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dan menurut Dahar (1996, hlm. 103) pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan ini menunjukkan beberapa kebaikan. 1) pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. 2) hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif sesorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. 3) secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untu berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Sehingga dengan menggunakan metode pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan karakter mandiri siswa dalam belajar khususnya dalam pembelajaran IPS. Dalam model discovery learning guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencari suatu permasalahan yang ada di sekitar lingkungann siswa dan mengemukakan solusi yang diperlukan sekaligus untuk menentukan kriterian pencapaian proses pembelajaran. Model discovery learning mampu membuat peserta didik untuk mencari solusi terhadap masalah yang nyata berdasarkan hasil penemuan peserta didik selama peserta didik melakukan pengamatan di lapangan. Karena dalam penerapan Discovery Learning ini guru tidak mencapai finalnya dalam menyampaikan materi, sehingga para peserta didik diharuskan untuk mencari tahu sendiri mengenai informasi yang lebih lanjut dari materi yang sudah disampaikan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti mengangkat judul penelitian yaitu: PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM (Peneltian Tindakan Kelas di Kelas VII-C SMPN 2 Lembang) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana desain perencanaan penerapan model discovery learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 2 Lembang? 2. Bagaimana pelaksanaan model discovery learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang? 3. Bagaimana hasil penerapan model discovery learning terhadap peningkatan kemandirian siswa dalam belajar di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang? 4. Apa kendala dan upaya guru dalam menerapkan model discovery learning dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keamandirian belajar siswa melalui model discovery learning pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Lembang 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan penerapan model discovery learning di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang. b. Untuk mengetahu bagaimana pelaksanaan model discovery learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang. c. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan model discovery learning terhadap peningkatan kemandirian belajar siswa di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang. d. Untuk mengetahui apa saja kendala dan upaya guru dalam menerapkan model discovery learning di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan bagi guru dalam upaya menciptakan pembelajaran IPS yang menarik minat siswa dalam belajar, sehingga pada saat proses pembelajaran IPS berlangsung para siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan guru dapat mengembangkan penggunaan metode, strategi, model dan teknik pembelajaran lainnya untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran IPS tidak lagi hanya dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi yang cenderung membuat siswa menjadi lebih cepat bosan dan malas dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Manfaat praktis 1) Bagi peneliti : a. Menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman untuk dijadikan pembelajaran di masa yang akan datang. b. Mencoba menerapkan model discovery learning dalam pembelajaran IPS untuk ketercapaian tujuan pembelajaran IPS c. Menggali berbagai sumber pembelajaran IPS untuk kepentingan pribadi maupun umum 2) Bagi guru : Dapat dijadikan sebagai alternative model pembelajaran yang inovatif dan juga dapat dikembangkan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPS. 3) Bagi siswa Sebagai upaya untuk meningkatkan karakter kemandirian siswa dalam pembelajaran IPS. agar siswa dapat peka terhadap suatu permasalahanpermasalahan aktual serta melatih siswa untuk memecahkan suatu masalah dan mencari informasi yang lebih lengkap. 4) Bagi sekolah

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar mata pelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 2 Lembang. E. Struktur Organisasi Penulisan Struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini bersikan rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian dalam skripsi mulai dari bab satu hingga bab terakhir. Struktur organisasi dalam penyusunan skripsi dijabarkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab ini, berisi uraian mengenai pendahuluan yang merupakan bagian awal dalam penulisan skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam penulisan skripsi. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis guna menunjang tujuan penelitian dan pertanyaanpertanyaan dalam skripsi. Kajian pustaka berisi mengenai konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan judul peneliti berupa Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPS. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang metodelogi penelitian. Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tahapan yang dijelaskan dalam bab ini dimulai dari lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, prosedur penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data yang mencakup sumber data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan serta informasi yang berasal dari sumber-sumber literature yang kapabilitas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini berisi pemaparan garis besar dan simpulan atas hasil penelitian yang dilakukan dan dihasilkan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebagai jawaban atas

rumusan masalah dalam penelitian. Serta saran-sarab atau rekomendasi yang iberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian.