BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PENGARUH KOMUNIKASI GURU-SISWA DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X DAN XI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Salah satunya adalah negara Indonesia. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengangguran menjadi suatu permasalahan khususnya di negara

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. output yang dihasilkan dan tanpa memperhatikan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas. tertanam dalam diri pribadi sangatlah berperan penting.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Belakangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

SKRIPSI Umtuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Pendidikan Studi Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan yang berencana dan bertahap harus dilakukan dengan harapan terjadinya pertumbuhan yang mantap dan stabil. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi tersebut diperlukan SDM yang berkualitas. Salah satu usaha untuk menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Perencanaan pendidikan dan perencanaan tenaga kerja mempunyai peranan yang menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan ini. Pembangunan bangsa Indonesia yang berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya menjadikan pembangunan bidang pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Oleh karena itu, bidang pendidikan masih harus mendapat prioritas, perhatian, dan pengerahan yang serius, baik pemerintah, masyarakat pada umumnya dan pengelolaan pada khususnya. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional telah dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

2 Dengan fungsi pendidikan nasional yang demikian maka dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa perubahan baik secara lahiriah yang berupa ilmu, ataupun secara rohaniah yaitu realisasi dari ilmu tersebut agar diterapkan dengan baik sehingga dapat dijadikan cerminan seorang yang berpendidikan. Proses pendidikan yang berhasil dapat memberikan prestasi tersendiri, baik untuk diri sendiri maupun membawa nama baik bangsa. Jenjang pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan atau memperluas pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuannya lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan tinggi. Salah satu bentuk pendidikan menengah adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Menurut Undang-Undang Sistem Nasional Tahun 2003 Pasal 15 menyebutkan bahwa Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sebagai salah satu yang menghasilkan lulusan siap kerja di tuntut untuk memiliki keterampilan untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan tujuan sekolah menengah kejuruan (SMK) yaitu menciptakan tenaga kerja tingkat menengah, siswa di harapkan mampu

3 mengisi kebutuhan tenaga kerja pada instansi pemerintah maupun swasta. Siswa SMK setelah lulus akan mencari pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Walaupun demikian tidak semua lulusan SMK mendapatkan pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan pengangguran. Pengangguran adalah salah satu permasalahan yang cukup besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Suatu fakta dalam masyarakat menunjukan bahwa lapangan kerja semakin sempit, sedangkan tenaga kerja lulusan pendidikan formal dari berbagai jenjang pendidikan semakin melimpah memperebutkan tempat di lapangan kerja, baik sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan lain sebagainya. Upaya untuk mengurangi pengangguran tersebut minimal harus ada perubahan pola pikir masyarakat khususnya pada lulusan SMK dari mencari kerja menjadi menciptakan lapangan kerja. Oleh kerena itu sangat penting memberikan pendidikan wirausaha serta bekal-bekal keterampilan kepada siswa, agar bila mereka tidak menemukan lapangan pekerjaan, mereka dapat mengatasinya dengan merintis lapangan kerja sesuai bidang keterampilannya yang disertai sikap mental wirausaha yang berani, ulet, tekun, kreatif, mandiri, menjadi pencipta lapangan kerja dan bukan sekedar pencari kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Selain itu, pendidikan menengah tidak hanya mampu menghasilkan lulusan semata, pendidikan juga harus memiliki orientasi yang jelas kearah mana lulusan akan berkontribusi dimasyarakat. Pendidikan tingkat menengah, khususnya SMK memiliki karakter yang unik dalam menghasilkan lulusan

4 yang siap kerja. Sesunguhnya potensi lulusan SMK bukan hanya siap kerja, namun memiliki peluang besar ikut mengembangkan ekonomi melalui kewirausahaan. Siswa SMK yang sedang menempuh pendidikan harus dipersiapkan tidak hanya untuk mengisi peluang kerja sebagai pekerja pada dunia usaha dan industri, akan tetapi juga upaya pendidikan yang memberikan lulusan SMK memiliki jiwa dan perilaku atau karakteristik kewirausahaan. Pembangunan akan semakin berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang dapat membuka lapangan pekerjaan karena kemampuan pemerintah sangatlah terbatas. Menurut Soedjono dalam (Suryana, 2003:39) mengungkapkan bahwa, Proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor pemicu, salah satunya adalah kemampuan efektif yang mencakup sikap, nilai-nilai aspirasi, perasaan, dan emosi. Maka dapat diartikan bahwa seseorang yang berwirausaha perlu menumbuhkan minat dari dalam dirinya sehingga tindakan untuk berwirausaha dapat terbentuk. Menurut Walgito (2004:234) mengemukakan, Minat (interest), yaitu motif yang timbul karena organisme tertarik pada obyek sebagai hasil eksplorasi, sehingga organisme mempunyai minat terhadap obyek yang bersangkutan. Kesuksesan bila dicermati secara mendalam ternyata sering disebabkan oleh jiwa dan minat berwirausaha. Dalam diri orang sukses tersebut Nampak jelas tumbuh dengan subur jiwa dan aktivitas yang perlu ditauladani untuk melakukan berbagai aktivitas khususnya kegiatan usaha. Itulah minat berwirausaha, semangat yang terus untuk berbuat lebih baik dan

5 bermanfaat guna memberikan kepuasan pada khalayak. Kemudian beberapa mass media khususnya media cetak sering memberitakan tentang keberhasilan beberapa insan yang menggeluti bidang usaha tertentu dengan dukungan semangat dan motivasi yang secara ilmiah dapat dikategorikan sebagai minat berwirausaha. Jika telah terbentuk minat berwirausaha, maka dimanapun ia berkiprah dan apapun yang mereka kerjakan akan didasari minat atau kesenangan untuk berwirausaha.karena minat berwirausaha harus dibentuk pada setiap insan khususnya yang akan berkiprah di dunia usaha atau bisnis, sehingga yang bersangkutan dapat menjadi business entrepreneur yakni seorang wirausaha yang bergerak melalui perusahaan yang dimilikinya. Sehingga akan mengurangi angka pengangguran yang ada pada negeri ini. Untuk mengurangi pengangguran tersebut juga harus di dorong dengan menghasilkan output yang berkualitas dalam proses pendidikan. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat diketahui dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Sukmadinata (2003: 101), Prestasi belajar adalah realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar merupakan cerminan dari usaha belajar, semakin baik usaha belajarnya maka semakin baik pula prestasinya. Prestasi yang diraih seseorang dapat dilihat dari seberapa besar kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Salah satu tujuan meningkatkan prestasi belajar tersebut adalah mewujudkan cita-cita yaitu setelah lulus nanti akan mendapatkan pekerjaan

6 yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan kenyataannya tidak sesuai karena jumlah peluang kerja di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah lulusan pendidikan. Masalah peluang kerja tidak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan karena tenaga kerja sebagian besar merupakan output dari lembaga pendidikan. Menurut Bambang Tri Cahyono (1983 : 93) mengemukakan bahwa Kegiatan pembangunan yang semakin meluas dan meningkat saat ini menuntut akan tenaga-tenaga yang cakap dan tekun baik dalam kegiatan penelitian, perencanaan, latihan, pelaksanaan maupun dalam kegiatan pengawasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak jumlah pengangguran disebabkan tidak relevan dan kurang berkualitasnya lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan atau daya tampung tenaga kerja, lulusan lembaga pendidikan disinyalir rendah kualitasnya sehingga diragukan skillnya untuk menggeluti lapangan kerja yang tersedia. Dengan demikian lulusan pendidikan itu harus berkualitas serta mampu untuk menghasilkan sesuatu yang positif dan diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam masyarakat, tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang cakap dan terampil. Jadi peranan pendidikan berlaku terus sepanjang masa dari dahulu sampai sekarang. Hal ini dapat dibuktikan dengan prestasi belajar pada diri seseorang dan jiwa kewirausahaan yang tinggi. Seseorang tidak hanya berharap dengan peluang kerja pada sektor formal saja tetapi dengan keterampilan yang dimiliki, maka orang tersebut dapat menciptakan usaha baru.

7 Berdasarkan data Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) 2000-2010 lulusan SMK yang langsung bekerja pada tahun kelulusan dari 43,4 persen pada tahun 2000 meningkat jauh menjadi 61,3 persen pada tahun 2010 dan berdasarkan data pokok SMK tahun 2012 yang dikirim melalui sampel 1224 SMK dari 10.735 SMK seluruh Indonesia tercatat lulusan yang bekerja mencapai 69,59 persen dengan rincian bekerja di industri 53,99 persen dan wirausaha 15,6 persen; 28,3 persen melanjutkan keperguruan tinggi dan 2,12 persen menganggur. Jumlah lulusan yang memilih menjadi wirausaha lebih sedikit dibandingkan dengan yang bekerja dan melanjutkan keperguruan tinggi. Oleh karena itu menarik untuk diteliti mengapa minat siswa untuk berwirausaha sangat kecil. Jumlah lulusan SMK yang terserap lapangan kerja yaitu diatas 50%, jadi lebih dari 50% lulusan SMK telah memenuhi standar dan syarat perekrutan tenada kerja lulusan SMK. Lulusan SMK yang tdak siap untuk langsung memasuki dunia kerja dapat disiasati dengan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dari data tersebut sebesar 28%. Menurut PP No 29 Tahun 1999, lulusan SMK juga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan kejuruannya atau bahkan jurusan yang lain. Dengan harapan lebih bisa mengembangkan diri sehingga mampu bersaing menghadapi ketatnya persaingan diera global. Serta lulusan SMK yang berwirausaha lebih sedikit dari lulusan SMK yang bekerja dan melanjutkan ke peguruang tinggi yaitu sebesar 15,6%, hal ini dikarenakan siswa dihadapkan pada kendala klasik yaitu permodalan dan pemasaran.

8 Masalah modal dan pemasaran memang sudah menjadi bagian dalam mekanisme kewirausahaan. Oleh karena itu pendidikan kewirausahaan memang sudah seharusnya dikenalkan sejak awal. Di dalam pendidikan tersebut, siswa akan dibekali dengan pengetahuan dan teknik permodalan dan pemasaran. Bagi anak lulusan SMK dimana telah dibekali pengetahuan dan keterampilan dibidang kejuruan yang mereka pilih, selain itu mereka juga dibekali ilmu kewirausahaan sehingga mereka semakin mantap dan berani untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Lulusan yang siap kerja dan siap berwirausaha merupakan tantangan pendidikan di sekolah kejuruan, hal ini tidak lepas dari rendahnya tingkat pasar tenaga kerja jika dibandingkan dengan angkatan kerja. Oleh sebab itu kewirausahaan diyakini menjadi salah satu solusi untuk mengatasi ketidak seimbangan suply and demand dalam bidang ketenaga kerjaan di Indonesia. Namun demikian sudah barang tentu dengan model pembelajaran yang sama akan menghasilkan lulusan SMK yang lulus dan memiliki minat untuk berwirausaha. Bertitik dari pemikiran diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruh signifikan antara prestasi belajar dan persepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha. Sehingga penulis mengambil judul Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan Dan Persepsi Peluang Kerja Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013.

9 B. Pembatasan Masalah Dalam melakukan penelitian perlu adanya pembatasan masalah terhadap masalah yang diteliti tidak terlepas dari pokok permasalahan yang ditentukan. Untuk langkah yang paling tepat adalah membatasi permasalahan agar dalam melaksanakan pemahasan masalah tidak meluas. Dalam penelitian ini pembatasan masalahnya sebagai berikut: 1. Penelitian terbatas pada siswa kelas XI program keahlian akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. 2. Prestasi belajar terbatas pada prestasi belajar kewirausahan yang diambil dari nilai ujian semester 1 kelas XI program keahlian akuntansi. 3. Persepsi siswa terhadap peluang kerja yang ada saat ini maka siswa akan mengambil keputusan terbaik ataukah tidak. 4. Minat siswa terbatas pada minat siswa dalam berwirausaha yang telah ditunjang dengan adanya mata pelajaran kewirausahaan yang telah diajarkan di sekolah menengah kejuruan dan persepsi siswa tentang peluang kerja. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan : 1. Adakah pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 20012/2013?

10 2. Adakah pengaruh presepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 20012/2013? 3. Adakah pengaruh prestasi belajar kewirausahaan dan persepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 20012/2013? D. Tujuan Penelitian Adanya tujuan penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena dengan tujuan yang tepat menjadikan tolak ukur keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh presepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. 3. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar kewirausahaan dan persepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

11 E. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan diatas, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia pendidikan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar kewirausahaan dan persepsi peluang kerja terhadap minat berwirausaha pada siswa. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi sekolah dalam hal ini guru, agar memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. b. Memberikan motivasi kepada siswa agar peka dengan keadaan peluang kerja yang ada pada saat ini, sehingga siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan pengamatan yang dilakukan. c. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menumbuhkan minat berwirausaha pada siswa.