PENGARUH SISTEM PEMASARAN KACANG PANJANG TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA KURIPAN KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

EFISIENSI PEMASARAN KARET RAKYAT DI KECAMATAN DUSUN TENGAH KABUPATEN BARITO TIMUR

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI DAN PEMASARAN MELON DI KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

Analisis Pemasaran Gabah di Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Analize Of Rice Marketing At Sub - District Of Kubu District Of Rokan Hilir

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) (STUDI KASUS DI DESA MOYOKETEN, KECAMATAN BOYOLANGU, KABUPATEN TULUNGAGUNG)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

IV. METODE PENELITIAN

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BALAM MERAH KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KAKAO ( Studi Kasus : Desa Lau Sireme, Desa Lau Bagot, Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi )

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PEMASARAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Eka Miftakhul Jannah, Abdul Wahab, Amrizal Nazar ABSTRAK

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KUBIS DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

IV. METODE PENELITIAN

ANALISA KOMPARATIF PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DAN VARIETAS IR

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

MIMBAR AGRIBISNIS Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis (1): 13-28

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

Abstract. Key Word : Marketing channel, marketing function, marketing margin and Farmer s share.

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

Buana Sains Vol 9 No 1: 57-62, 2009

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Transkripsi:

1 Buana Sains Vol 12 No 1: 1-6, 2012 PENGARUH SISTEM PEMASARAN KACANG PANJANG TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA KURIPAN KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN E Y. Arvianti dan Mubaidi PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract One of the horticulture commodity able to take role in agricultural development is string bean. In Sub-Province Lamongan, centre production of string bean is District Babat, Sekaran, Laren and Kedung Pring with productivity; level 15,0 t/ha. Result of research indicate there is two, system marketing of string bean in Village Kuripan, and channel marketing I (entangle farmer, merchant mount countryside/supermarket and wholesaler), channel II (entangle farmer, compiler merchant mount supermarket and district). Executed by marketing function that is transfer function which consist of purchasing, sale and physical function (depository and transportation function, and also facility function that is market information). Efficiency marketing value at channel marketing of I (0.26%), relative lower if compared to marketing efficiency value at channel marketing of II (3.17%). It is assume channel marketing of I relative more efficient because efficiency value smaller than II channel and its marketing marjin also smaller relative. Key words: system marketing, string bean, earnings of farmer Pendahuluan Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional masih tetap berbasis perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa dan bisnis yang berbasis pertanian juga akan semakin meningkat, yaitu kegiatan agribisnis (termasuk agroindustri) akan menjadi salah satu kegiatan keunggulan pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas (Anonymous, 2002). Sektor pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian di Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Kabupaten Lamongan secara simultan diarahkan untuk menghadapi dua tantangan sekaligus, yaitu memenuhi target produksi dan meningkatkan kualitas hasil komoditi. Dalam kaitan ini maka petani dituntut untuk dapat mengembangkan komoditas pertanian yang memiliki keunggulan komparatif yang tinggi agar produk-produk pertanian mampu menerobos setiap segmen pasar, baik pasar lokal maupun pasar luar daerah/kabupaten (Masyrofie, 1994). Salah satu komoditas hortikultura yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Lamongan adalah komoditas kacang panjang. Di Kabupaten Lamongan, wilayah penghasil utama kacang panjang adalah Kecamatan Babat, Sekaran, Laren dan Kedung Pring dengan tingkat produktivitas rata rata 15,0 kw/ha. Metode Penelitian Petani sampel ditentukan secara acak sederhana dengan mengambil 60 responden dari tiga pedukuhan lokasi

2 sentra produksi kacang panjang di Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Selanjutnya diambil sampel sebanyak 30 petani responden. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan kriteria bahwa sampel yang diambil paling sedikit sebanyak 10% dari populasi. Prosedur penentuan lembaga pemasaran sampel dilakukan dengan cara non probability sampling. Data yang yang dikumpulan adalah: (1) data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan pengisian kuisioner antara peneliti dengan responden, (2) data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kantor desa/kecamatan setempat dan dari instansi terkait lainnya yang digunakan sebagai data pendukung. Untuk menghitung biaya pemasaran, marjin pemasaran dan keuntungan pemasaran menggunakan rumus sebagai berikut (Sastraatmadja, 1989): Mji = Psi - Pbi mji = Bpi + π i Psi-Pbi = Bpi + π i π = mji - Bpi Untuk menghitung marjin pemasaran secara keseluruhan, maka marjin total pemasaran (Mjt) adalah (Soekartawi, 1989): Mjt n i 1 mji Untuk mengetahui besarnya efisiensi dapat digunakan rumus pemasaran (Soehardi, 1982): Ep mji Hta x100 % Keterangan: Mji = marjin pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke- i Psi = harga jual lembaga pemasaran tingkat ke- i Pbi = harga beli lembaga pemasaran tingkat ke- i Ppi = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke- i π i = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke- i Mjt = marjin total pemasaran Ep = efisiensi pemasaran Hta = harga di tingkat konsumen akhir Hasil dan Pembahasan 1. Keadaan umum daerah penelitian Desa Kuripan merupakan salah satu dari 21 desa yang ada di wilayah Kecamatan Babat. Secara geografis terletak antara pada 6 0 7 0 LS dan 112 0 113 0 BT. Batas administratif wilayahnya meliputi: (a) sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumur Gunut, (b) sebelah timur berbatasan dengan Desa Bulu Margi, (c) sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kedung Pring dan (d) sebelah barat berbatasan dengan Desa Gendong Kulon. Jarak dengan ibukota Kecamatan Babat berkisar 6 km. 2. Tata guna tanah Luas Kecamatan Babat adalah 417 ha meliputi 21 desa dan 2 kelurahan. Dari luas wilayah tersebut pada tahun 2007 tata guna lahan adalah: 151 ha sawah, 202 ha lahan tegal, 54 ha pekarangan dan 10 ha pemanfaatan lahan untuk lain lain. 3. Keadaan penduduk Jumlah penduduk Desa Kuripan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah penduduk menurut jenis kelompok umur di Desa Kuripan No Kelompok umur Jumlah (tahun) (jiwa) 1 0 10 591 2 11 20 683 3 21 30 443 4 31 40 480 5 41 50 435 6 51 60 161 7 60 keatas 205 Jumlah 2.998 Jumlah penduduk Desa Kuripan yang tercatat hingga bulan Desember 2007

3 adalah sebanyak 2.998 jiwa, terdiri dari lakilaki sebanyak 1.437 jiwa dan perempuan sebanyak 1.561 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka penyebaran penduduk di Desa Kuripan adalah sekitar 0,139 jiwa/ha. 4. Sumber mata pencaharian penduduk Keadaan sumber mata pencaharian penduduk Desa Kuripan cukup komplek dan beragam, diantaranya: petani 1.520 jiwa, pengrajin (pengusaha kecil) 17 jiwa, buruh pabrik 79 jiwa, pedagang 38 jiwa, pengangkutan 22 jiwa, Pegawai Negeri Sipil 17 jiwa, ABRI 9 jiwa, pensiunan 8 jiwa, peternak 275 jiwa dan lainnya 1.013 jiwa. 5. Biaya, keuntungan dan marjin pemasaran kacang panjang Biaya pemasaran, keuntungan dan marjin pemasaran kacang panjang pada masingmasing lembaga pemasaran terlihat berbeda-beda. Keuntungan adalah selisih marjin pemasaran dan biaya pemasaran yang dinyatakan dalam rupiah (Swastha, 1984). Hasil analisis biaya, marjin dan keuntungan pemasaran kacang panjang di Desa Kuripan disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Harga jual, biaya, keuntungan dan marjin pemasaran kacang panjang di Desa Kuripan, 2007 No Uraian Saluran pemasaran I Saluran pemasaran II 1 Petani Harga jual (Rp/Kg) 1.400 1.300 2 Tengkulak Harga beli (Rp/Kg) 1.400 - Biaya pemasaran Bongkar muat 20 - Transportasi 100 - Total biaya (Rp/Kg) = a + b 120 - Harga jual (Rp/Kg) 1.900 - Keuntungan (Rp/Kg) = (3 1 2) 380 - Marjin (Rp/Kg) = (3 1) 500-3 Pedagang pengumpul tingkat kecamatan Harga beli (Rp/Kg) - 1.300 Biaya pemasaran Bongkar muat dan angkut - 20 Transportasi - 80 Total biaya (Rp/Kg) = a + b - 100 Harga jual (Rp/Kg) - 1.900 Keuntungan (Rp/Kg) = (3 1 2) - 500 Marjin (Rp/Kg) = (3 1) - 600 4 Harga Beli di pasar besar (Rp/Kg) 1.900 1.900 Seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 2, biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses pergerakan barang (kacang panjang) dari tangan produsen (petani) ke pasar besar di kabupaten. Pada saluran pemasaran I, seluruh biaya pemasaran ditanggung oleh pedagang tingkat desa/pedagang pengumpul tingkat desa/tengkulak, Jumlah biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 120,-/kg yang digunakan untuk biaya bongkar muat sebesar Rp. 20,-/kg dan biaya transportasi sebesar Rp. 100,-/kg. Biaya bongkar muat adalah untuk memuat produk dari petani

4 dan biaya bongkar muatan di pasar besar kabupaten. Biaya transportasi adalah biaya angkut kacang panjang dari petani ke pedagang tingkat desa dan kemudian dari pedagang tingkat desa ke pasar besar di kabupaten. Pada saluran pemasaran II, seluruh biaya pemasaran juga ditanggung oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan. Jumlah biaya yang dikeluarkan adalah Rp.100,-/kg yang digunakan untuk biaya bongkar muat sebesar Rp. 20,-/kg dan biaya transportasi sebesar Rp. 80,-/kg. Seperti halnya pedagang tingkat desa, biaya transportasi sebesar Rp. 100,-/kg adalah biaya angkut produk dari petani sampai ke pasar besar di kabupaten. Jika dibandingkan dengan saluran pemasaran I, biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan lebih murah Rp. 20,-/kg karena hanya untuk pengangkutan dari pedagang pengumpul ke pasar. Selain itu pedagang pengumpul menggunakan sarana angkutan yang lebih besar, yaitu truk kapasitas 5 ton sekali angkut, sehingga bisa menekan biaya transportasi menjadi Rp. 80,-/kg dibandingkan biaya transportasi oleh pedagang tingkat desa sebesar Rp. 100,-/kg yang menggunakan pick-up kapasitas 1 ton sekali angkut. Lebih dari itu, karena pembelian oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan dalam jumlah yang besar, maka pedagang pengumpul tingkat kecamatan bisa menekan harga beli kacang panjang menjadi Rp. 1.300,-/kg dari Rp. 1.400,-/kg jika dijual ke pedagang tingkat desa. Dalam hal ini posisi tawar petani menjadi semakin lemah. Besarnya keuntungan yang diterima oleh petani dari penjualan kacang panjang kepada lembaga satu tingkat diatasnya, pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 1.400,-/kg dan pada saluran pemasaran II sebesar Rp. 1.300,-/kg. Hal ini disebabkan karena petani tidak menanggung biaya pemasaran, jadi biaya pemasaran ditanggung oleh para tengkulak dan pedagang tingkat kecamatan. Seperti yang diuraikan di atas, harga jual kacang panjang yang lebih murah kepada pedagang tingkat kecamatan (saluran pemasaran II), dikarenakan pembelian produk dalam jumlah besar sehingga pedagang tingkat kecamatan dapat menekan harga di tingkat petani. Keuntungan pemasaran masingmasing tengkulak dan pedagang pengumpul tidak sama, sehingga keuntungan yang diperoleh pada masingmasing saluran pemasaran, baik itu saluran pemasaran I maupun saluran pemasaran II juga tidak sama. Pada saluran pemasaran I, keuntungan pemasaran yang diperoleh lebih kecil dari pada keuntungan pemasaran yang diperoleh pada saluran pemasaran II. Dimana pada saluran pemasaran I keuntungan pemasaran yang diperoleh sebesar Rp. 380,-/kg. Pada saluran pemasaran II, keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan lebih besar jika dibandingkan keuntungan pemasaran yang diperoleh tengkulak pada saluran pemasaran I. Dimana, keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan sebesar Rp. 500,-/kg, nilai keuntungan ini adalah Rp. 120,-/kg lebih tinggi dibandingkan keuntungan pedagang tingkat desa/tengkulak. Perbedaan keuntungan tersebut, selain karena biaya transportasi pedagang tingkat kecamatan lebih murah Rp. 20,-/kg, pedagang pengumpul tingkat kecamatan juga bisa menekan harga beli dari petani sebesar Rp. 100,-/kg. Dalam hal ini petani hanya sebagai price taker saja. Besarnya marjin pemasaran yang diperoleh berasal dari selisih antara harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Jika semakin besar perbedaan harga maka semakin besar pula nilai marjin pemasaran yang meningkat

5 yang tentunya diikuti peningkatan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Jika penyaluran barang melalui banyak lembaga, maka marjin pemasaran merupakan jumlah marjin-marjin diantara lembaga-lembaga yang terlibat. Jadi marjin pemasaran adalah marjin total dari tingkat lembaga yang ada dalam saluran pemasaran. Pada saluran pemasaran I dan II, marjin pemasaran pada petani kacang panjang (produksi) tidak ada. Hal ini disebabkan pada petani kacang panjang tidak ada biaya pemasaran untuk menjual produknya. Marjin pemasaran untuk pedagang pengumpul tingkat kecamatan sebesar Rp. 600,-/kg. Nilai marjin ini Rp.100,-/kg atau 29% lebih besar dibanding dengan marjin pemasaran pedagang tingkat desa/tengkulak. 6. Efisiensi pemasaran kacang panjang di Desa Kuripan Tingkat pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran ada yang sama, tetapi ada juga yang berbeda. Dalam pengukuran tingkat efisiensi pemasaran dari tingkat petani sampai dengan tingkat konsumen akhir, dapat menggunakan marjin pemasaran atau harga pasar sebagai alat ukur (Cramer, 1979). Dari hasil penelitian, perbedaan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen akhir atau marjin pemasaran pada saluran pemasaran kacang panjang di lokasi penelitian, seperti terlihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Efisiensi pemasaran kacang panjang di Desa Kuripan, 2007 No Uraian Saluran I Saluran II 1 Harga di tingkat petani (Rp/kg) 1.400 1.300 2 Harga di tingkat konsumen akhir (Rp/kg) 1.900 1.900 3 Marjin pemasaran (Rp/kg) = (2-1) 500 600 4 Efisiensi pemasaran (%) = (3/2) x 100% 0,26 3,17 Dari Tabel 3 terlihat tingkat efisiensi pemasaran kacang panjang di Desa Kuripan pada masing-masing saluran pemasaran. Pada saluran pemasaran I, tingkat efisiensi pemasaran sebesar 0,26% dan pada saluran pemasaran II, tingkat efisiensi pemasaran sebesar 3,17%. Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran I lebih rendah di bandingkan nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran II. Dari sisi pedagang nilai ini lebih efisien dibanding pada saluran I karena pedagang memperoleh keuntungan dan marjin yang besar. Namun demikian, dari sisi petani, saluruan pemasaran II ini tidak/kurang efisien, karena harga yang diterima petani Rp. 100,-/kg lebih rendah dibandingkan dengan harga pada saluran pemasaran II, sehingga keuntungan terbesar diperoleh oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan. Seandainya petani dapat mempertahankan harga jual pada pedagang pengumpul tingkat kecamatan sama dengan harga jual pada pedagang tingkat desa/tengkulak, yaitu Rp. 1.400,-/kg, maka tingkat efisiensi pemasaran pada kedua saluran pemasaran tersebut tidak akan berbeda nyata, yang berarti cukup efisien dari sisi petani. Selain itu, petani tidak akan dibingungkan untuk memilih saluran pemasaran yang mana yang akan digunakan untuk menjual hasil produknya. Dalam hal ini, persaingan bisnis pemasaran kacang panjang hanya akan terjadi antara pedagang tingkat desa dan pedagang tingkat kecamatan, yang pada gilirannya mungkin bisa menyebabkan posisi tawar petani menjadi lebih tinggi. Permasalahannya, bisakah petani terus berusaha meningkatkan mutu hasil kacang panjangnya, agar posisi petani bisa berubah

6 dari price taker menjadi price maker? (Downey dan Erickson, 1987). Kesimpulan 1. Sistem pemasaran kacang panjang di Desa Kuripan Kecamatan Babat ada dua saluran pemasaran, saluran pemasaran I melibatkan petani, pedagang tingkat desa/tengkulak dan pasar besar, saluran pemasaran II melibatkan petani, pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan pasar besar. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan yaitu fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan dan fungsi fisik yang terdiri dari fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan, serta fungsi fasilitas yaitu informasi pasar. 2. Nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran I (0,26%), relatif lebih rendah jika dibandingkan nilai efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran II (3,17%). Saluran pemasaran I dianggap relatif lebih efisien, karena nilai efisiensi nya lebih kecil dari saluran II dan marjin pemasarannya juga relatif lebih kecil. Daftar Pustaka Anonymous. 2002. Pokok-Pokok Kebijakan dan Langkah Strategis Pembangunan Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. Cramer, J. 1979. Agriculture Economics and Agribusiness. Jhon Wiley and Son.New York. Downey, D. L and Erickson, D. W. 1987. Agribusiness Management. Prentice Hall Ltd. Singapore. Masyrofie. 1994. Pemasaran Hasil Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Sastraatmadja, E. 1989. Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian. Erlangga. Jakarta. Soehardi. 1982. Prinsip-prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Hasil Pertanian; Teori dan Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta. Swastha, B. D. H.1984. Azas-Asas Marketing Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta.