KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) DI RW 1 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesehatan Indonesia mempunyai visi yaitu sehat 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: TRIO MOCH SAIFUL ULUM NIM

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) MASSAGE PADA KAKI PASIEN DM. Disusun oleh Intan Yunitasari NPM

3 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terjadi (Suyono dan Erawati dalam Indriyani, 2007). Puskesmas Ngrambe, dibentuklah perkumpulan penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG DIABETES MELLITUS ( DM ) YAYASAN PENDIDIKAN SETIH SETIO AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

GAMBARAN ORAL HYGIENE LANSIA DI POSYANDU LANSIA RW 01 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

: Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien tentang. Juni-Juli 2014

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PENDERITA DIABETES MELLITUS TENTANG TERAPI KOMPLEMENTER (AKUPUNKTUR) Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI DALAM HAL MAKAN DAN BERPINDAH PADA LANSIA

TINGKAT STRES PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI MAJAPAHIT WOUND CARE CENTRE MOJOKERTO MOH. SYIBRO MULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

Transkripsi:

KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI FUNCTIONAL INDEPENDENCE IN ELDERLY DIABETES MELLITUS KELURAHAN WARD CITY KEDIRI STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan No. 3B Kediri Telp. (0354) 683470 Email stikesbaptisjurnal@ymail.com ABSTRAK Manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemandirian lansia dengan Diabetes Mellitus di Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Populasi sebanyak 38 lansia, sampel yang digunakan sebanyak 35 lansia dengan Diabetes Mellitus, dan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Cara pengumpulan data menggunakan Chekslist dan hasil penelitian disajikan dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa lansia dengan Diabetes Mellitus lebih dari 50% lansia bergantung untuk tingkat kemandiriannya yaitu sebanyak 18 responden (51%). Kesimpulan pada penelitian ini yaitu kemandirian fungsional yaitu sebagian besar bergantung. Kata kunci: Kemandirian fungsional, lansia, Diabetes Mellitus ABSTRACT Humans experience physiological change which drastically decreases rapidly after the age of 40 years. Diabetes often appear after a person enters the vulnerable age, especially after age 45 years in those with excess weight, so that the body insensitive to insulin. The purpose of this study was to describe the independence of elderly people with Diabetes Mellitus in Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Design of this research use descriptive research. Population of 38 elderly, the samples used as many as 35 elderly people with Diabetes Mellitus, and sampling using purposive sampling technique. The data collected using a questionnaire and the results are presented with a frequency distribution. Penelitiaan results showed that elderly people with Diabetes Mellitus more than 50% of elderly depend on the level of independence that as many as 18 respondents (51%). Conclusion of this research is functional independence is largely dependent. Keywords: Functional independence, elderly, Diabetes Mellitus 67

Kemandirian Fungsional Lansia Diabetes Melitus di Kelurahan Bangsal Kota Kediri Pendahuluan Lansia dengan adanya perubahan epidemologis penyakit pada lansia dapat mengarah kearah penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus (DM). Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darah yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. (Sustrani et al., 2004). Usia merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit Diabetes Mellitus. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2, diantaranya adalah usia (resisitensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (Potter & Perry, 2006). Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam mengatur kadar glukosa darah dan koordinasi penggunaan energi oleh jaringan. Tidak adanya glukosa yang dimetabolisme menyebabkan tidak ada energi yang dihasilkan sehingga badan menjadi lemah. Lansia dengan Diabetes Mellitus terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya (polidipsi), hal ini terjadi karena dengan adanya banyak urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau kekeringan (dehidrasi) sehingga timbul rasa haus. Nafsu makan meningkat (polifagi) dan kurang tenaga sehingga timbul rasa lapar serta berat badan turun dan menjadi kurus, kesemutan di kaki dan tangan, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh (Kariadi, 2009). Keterbatasan gerak merupakan penyebab utama gangguan aktivitas hidup keseharian. Kemampuan fungsional sangat penting, terutama ketika terjadi hambatan pada kemampuan lansia dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehari-harinya. Kemampuan fungsional harus dipertahankan semandiri mungkin (Tamher, 2011). Banyak lansia penderita Diabetes Mellitus yang tidak mandiri, dan yang tidak mendapat perhatian yang baik dari keluarganya. Data WHO tahun 2011 didapatkan jumlah penduduk dunia yang menderita Diabetes Mellitus cenderung meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan jumlah populasi meningkat, rendahnya pengetahuan dalam mengelola gaya hidup sehat, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang, BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Timur tahun 2011 didapatkan jumlah penderita Diabetes Mellitus mencapai angka 222.430 jiwa. Survei Demografi dan Kependudukan tahun 2012 di Propinsi Jawa Timur terjadi peningkatan kasus Diabetes Mellitus yaitu 317.251 kasus, yang sebelumnya pada tahun 2011 terjadi 222.076 kasus atau terjadi kenaikan sebesar 30%. Data hasil pra penelitian di Posyandu lansia di RW 02 Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri dari 10 lansia dengan Diabetes Mellitus didapatkan bahwa, sebanyak 40% lansia membutuhkan bantuan untuk makan, 50% lansia membutuhkan bantuan untuk berpakaian, 60% lansia membutuhkan bantuan untuk mandi, toileting, dan buang air besar di WC, dan 70% lansia membutuhkan bantuan untuk mobilisasi atau berpindah. Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh usia, degeneratif, gaya hidup yang kurang baik, obesitas, dan stres. Manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tesebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin (resisitensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun) (Potter & Perry, 2006). Diabetes Mellitus berdampak pada perubahan 68

patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas, adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot. Penurunan fisik dapat dilihat dari kemampuan fungsional lansia terutama kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas kehidupan seharihari seperti berpakaian, buang air besar atau kecil, makan, minum, berjalan, tidur, dan mandi. Kemampuan melakukan aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lansia mandiri atau tergantung pada orang lain. Manfaat dukungan sosial keluarga bagi lansia antara lain memberikan kenyamanan fisik dan psikologis, menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres (Azizah, 2011). Dampak jika lansia mendapat dukungan sosial keluarga yaitu akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri, mengurangi stres, meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, serta pengelolaan terhadap stress dan tekanan. Tidak adanya dukungan sosial keluarga mengakibatkan mudah sakit, meningkatnya mortalitas, dan menurunnya fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Lansia yang dapat melakukan kemandirian fungsionalnya ssecara mandiri dapat berdampak pada kemampuan mempertahankan hidupnya lebih lama, dan kemampuan untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap serangan penyakit, mengalami kesulitan dalam melakukan tugas sehari-hari. dan tidak stabilnya konsep diri. Lansia dengan Diabetes Mellitus perlu mendapat dukungan sosial keluarga yang baik, sehingga dapat mengawasi dalam melakukan aktivitas sehariharinya. Solusi yang dapat dilakukan supaya lansia dapat semandiri mungkin yaitu keluarga memberikan bimbingan kepada lansia tentang informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhannya (Azizah, 2011). Dukungan sosial keluarga merupakan sistem pendukung lansia untuk membantu maupun untuk memotivasi lansia untuk meningkatkan kualitas kesehatannya menjadi lebih baik. Dukungan sosial keluarga sangat diperlukan dalam menjelaskan ataupun membantu lansia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri. Lansia akan termotivasi dan menjadi aktif dalam kemandiriannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin mandiri status fungsional lansia maka kemampuan untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap serangan penyakit. Peran perawat yang dapat digungakan dalam membantu lansia agar dapat mandiri yaitu, mengadakan Posyandu, memberi penyuluhan kesehatan, memberikan perawatan dirumah (home nursing). Berdasarkan Uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Gambaran Kemandirian fungsional Lansia dengan Diabetes Mellitus di Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Metodologi Penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Populasi sebanyak 38 lansia, sampel yang digunakan sebanyak 35 lansia dengan Diabetes Mellitus, dan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Cara pengumpulan data menggunakan Chekslist dan hasil penelitian disajikan dengan distribusi frekuensi melalui software komputer. 69

Kemandirian Fungsional Lansia Diabetes Melitus di Kelurahan Bangsal Kota Kediri Hasil Penelitian Tabel 1. Kemandirian Fungsional Lansia dengan Diabetes Mellitus di Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri pada tanggal 1 Juni - 15 Juni 2015. (n=35) Kemandirian Fungsional Frekuensi (%) Mandiri 17 49 Bergantung 18 51 Jumlah 35 100 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden bergantung untuk melakukan kemandirian fungsionalnya sebanyak 18 responden (51%). Pembahasan Kemandirian Fungsional pada Lansia dengan Diabetes Berdasarkan hasil penelitian dari 35 responden didapatkan bahwa lansia mandiri dalam pemenuhan kemandirian fungsional sebanyak 17 responden (49%) sedangkan lansia yang bergantung dalam pemenuhan kemandirian fungsional sebanyak 18 responden (51%). Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak tergantung pada orang lain. Selain itu kemandirian diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berupaya untuk memenuhi segala tuntutan kebutuhan hidup dengan penuh tanggung jawab terhadap apa yang akan dilakukannya. (Heryanti, 2011). Kemandirian memiliki makna tanpa supervisi, arahan, atau bantuan personal secara aktif, kecuali masalah tertentu. Hal ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan. Seorang klien yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak melakukan fungsi tersebut, walaupun klien tersebut dianggap mampu (Marcia, 2007). Berdasarkan hasil penelitian kemandirian fungsional dengan hasil sebagian besar bergantung. Kemandirian fungsional bermakna mampu dan mau melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Aktivitas yang dikategorikan dalam kemandirian fungsional yaitu, mandi, makan, kontinen, berpindah, toileting, dan berpakaian. Ketidakmampuan lansia dalam melakukan kemandirian fungsional dapat disebabkan karena penyakit tertentu. Sebagian besar responden memiliki keluhan lemas, hal ini mempengaruhi kemampuan lansia untuk melakukan aktivitasnya, sehingga hasil kemandirian fungsionalnya buruk yaitu bergantung pada orang lain atau pada alat di sekitarnya dalam melakukan aktivitasnya. Simpulan Sebagian besar Lansia di Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri yaitu kemandirian fungsional yaitu sebagian besar bergantung Saran Bagi lansia, Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu masukan bagi lansia Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren Kota Kediri untuk dapat menjaga kemandirian fungsional lansia dalam aktivitas sehari-harinya. Bagi Peneliti Selanjutnya, Hasil 70

penelitian dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya dan menjadi masukan bagi peneliti lain tentang dukungan sosial keluarga dan kemandirian fungsional. Penyuluhan. Jakarta: EGC Sustrani, lanny et al., (2006). DIABETES. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Daftar Pustaka Azizah, Lilik Ma rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Heryanti, I. P. (2011). Hubungan kemandirian dan dukungan sosial dengan tingkat stress lansia. Bogor: Jurusan Ekologi Manusia, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, diakses darihttp://www.repository.ipb.ac. id. Tanggal 10 Februari 2015, Jam 20.00 WIB Kariadi KS, Hartini Sri, (2009). Diabetes? siapa takut!!: panduan lengkap untuk diabetisi, keluarganta dan professional medis. Bandung: PT. Mizan Pustaka Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC. S. Tamher, Noorkasiani, (2011). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Stanhope, Marcia. (2007). Buku Saku Keperawatan Komunitas: Pengkajian, intervensi, dan 71