BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antar aktor dalam proses negosiasi dan resolusi konflik Pasar Kranggan Yogyakarta. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia yang dibuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PASAR GUNUNGPATI DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok dan mata pencaharian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

IMPLIKASI METODE KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. pada bab sebelumnya, Pengaruh Promosi, Customer Service, Lokasi, Dan Store

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. berjalan ke arah yang lebih baik dengan mengandalkan segala potensi sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. Daftar Alamat Lokasi Pasar Tengah Tanjung Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

BAB III PENYAJIAN DATA. memperoleh data yang berhubungan dengan Bagaimana tanggapan pedagang kaki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang besar pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar tradisional telah mengalami perjalanan panjang dalam sejarah perdagangan di Indonesia. Pasar tradisional sejak dahulu memiliki peran yang strategis dalam interaksi sosial-ekonomi antar penjual dengan pembeli. Selain itu keberadaan pasar tradisional sampai saat ini juga masih menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat menengah ke bawah, sebagai tempat yang strategis bagi kegiatan jual-beli. Pasar tradisional memiliki karakteristik khas yang tidak dapat ditemui pada toko-toko modern yakni kedekatan emosional dan rasa kepercayaan yang dihasilkan dari proses interaksi langsung dan tawar menawar antara penjual dan pembeli. Selain itu, adanya hubungan langganan antara penjual dan pembeli yang datang terusmenerus menyebabkan penjual dapat mengetahui persis keinginan dari pelanggan. Pedagang pasar tradisional juga dapat menyediakan barang dagangan kepada pembelinya dengan harga khusus 1. Proses transaksi barang/jasa yang dilakukan dengan gaya tawar menawar antara penjual dengan pembeli, terkadang juga diselingi dengan dialog dan canda-tawa mengenai berbagai peristiwa umum maupun pengalaman pribadi menjadi halhal yang membentuk karakteristik tersendiri yang sering ditemui pada aktivitas di dalam pasar tradisional. Bertolak belakang dengan peran pentingnya dalam pembentukan ekonomi rakyat pada masa jayanya dahulu, pasar tradisional saat ini justru semakin melemah dan tergusur dengan kehadiran dari sistem dan media jual-beli baru, terutama dengan kehadiran peritel yang bergerak dalam format toko modern. Sementara minat terhadap usaha ritel toko modern semakin meningkat dari 1 Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec., Revitalisasi Pasar Tradisional, TROBOS, MB-IPB Edisi Agustus 2009, Availabe [online]: <http://ariefdaryanto.blog.mb.ipb.ac.id/files/2010/07/revitalisasi -Pasar-Tradisional_Agu09.pdf>. 1

tahun ke tahun 2, jumlah pasar tradisional yang beroperasi di Indonesia justru semakin menunjukkan penurunan. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian yang dikeluarkan pada Tahun 2007, jumlah pasar tradisional mencapai 13.750 pasar. Sementara itu, pada 2011 Kementerian Perdagangan mengeluarkan data yang menyebutkan jumlah pasar tradisional tinggal berjumlah 9.950 pasar. Berdasarkan perbandingan dua angka tersebut, berarti terdapat pengurangan sejumlah 3.800 pasar tradisional dalam rentang waktu tersebut 3. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja jika kelangsungan pasar tradisional hendak dipertahankan. Pasar tradisional perlu berbenah diri dengan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta mencari solusi sekaligus langkah-langkah yang mampu mengangkat kembali posisi pasar tradisional dalam kancah perekonomian Indonesia. Permasalahan yang paling sering ditemui pada pasar tradisional adalah kondisi kenyamanan dan ketersediaan fasilitas di lingkungan pasar. Pasar tradisional sering diidentikkan dengan lingkungan jual beli yang kotor, pengap, bau, dan kondisi-kondisi lain yang mengganggu kenyamanan pembeli dalam berbelanja. Kondisi tersebut tentu saja juga mempengaruhi persepsi publik terhadap kebersihan barang-barang yang diperjualbelikan di pasar tradisional, bahwa sampah maupun limbah dari berbagai kegiatan di pasar tradisional seringkali kurang ataupun lambat diproses. Usia bangunan 2 Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan memperkirakan, pertumbuhan toko modern di Indonesia selama 2012-2015 akan berada pada kisaran 4,5-5 persen per tahun. Sementara. Itu jumlah gerai ritel modern yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mencapai 20.000 gerai. Pertumbuhan gerai hypermarket rata-rata sebesar 30 persen per tahun, supermarket 7 persen per tahun dan mini market sekitar 15 persen per tahun. Total omzet penjualan ritel modern mencapai Rp 135 triliun pada tahun 2012 dan diperkirakan pada tahun 2013 mencapai Rp 150 triliun (65 persen makanan dan 35 persen non makanan) ( Sri Handriyatmo Malau Palmerah, Pertumbuhan Toko Modern Hingga 2015 Mencapai 5 Persen, Wartakotalive.com, available [online]: <http://wartakota.tribunnews.com/2013/06/06/pertumbuhan-toko-modern-hingga-2015-mencapai- 5-persen>). 3 Neraca.co.id, Pasar Tradisional Kian Tergerus Ritel Modern, available [online]: <http://www.neraca.co.id/article/37989/pasar-tradisional-kian-tergerus-ritel-modern>. 2

pasar tradisonal di Indonesia juga pada umumnya sudah cukup tua 4 kurang terurus, yang mengakibatkan ketersediaan serta kondisi fasilitasfasilitas pendukung yang tidak memadai lagi. Sebagai contoh yang sering ditemui, fasilitas lahan parkir yang tidak disesuaikan dengan kondisi keramaian pasar ataupun lalu lintas sekitar yang makin padat, sehingga dapat mengganggu kenyamanan pengunjung pasar yang berjalan di sekitar area parkir yang penuh sesak, bahkan sering hingga menimbulkan kemacetan di jalan-jalan sekitanya. Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab secara langsung atas pengelolaan pasar tradisional perlu mengupayakan langkah-langkah penanganan terhadap permasalahan-permasalahan pasar tradisional tersebut untuk memperbaiki citra pasar tradisional di mata masyarakat. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan melakukan kebijakan-kebijakan revitalisasi pasar tradisional, yang dalam prakteknya dapat diwujudkan dalam berbagai program. Upaya-upaya pembenahan fisik seperti perbaikan terhadap infrastruktur bangunan pasar tradisional yang sudah rusak, penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai, hingga perubahan-perubahan non fisik seperti pembinaan pedagang pasar tradisional merupakan beberapa alternatif program yang dapat dilakukan pemerintah. Salah satu permasalahan dalam pengelolaan pasar tradisional adalah masalah kesemrawutan penataan ruang di lingkungan pasar tradisional. Lapak-lapak pedagang yang tidak tertata menimbulkan kesan yang kurang rapi di dalam pasar tradisional. Selain itu, penempatan lapak-lapak untuk berjualan yang berada di lingkungan luar pasar tradisional ataupun berhadapan langsung dengan jalan seringkali memakan area parkir maupun area jalan bagi pembeli/pengunjung. Perilaku pedagang yang berjualan seenaknya, bahkan kadang hingga menggunakan badan jalan dapat 4 Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, 95 persen dari pasar tradisional di Indonesia, atau sekitar 9.559 unit, berumur lebih dari 25 tahun (IKAPPI (Ikatan Pedagang Pasar Indonesia), Pedagang Minta Pasar Tradisional Masuk RUU Perdagangan, available [online]: <http://www.ikappi.org/index.php/berita/319-pedagang-minta-pasar-tradisional-masuk-ruuperdagangan>). dan 3

berdampak pada kemacetan jalan/arus lalu-lintas kendaraan di sekitar wilayah pasar. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dapat melakukan kebijakan penertiban bagi lapak-lapak pedagang. Langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melakukan penataan, penertiban, hingga upaya relokasi bagi tempat/lapak pedagang yang dinilai menyebabkan kemacetan ataupun tidak sesuai dengan penataan yang seharusnya. Selain dapat mengurangi kemacetan, relokasi pedagang di pasar tradisional juga dapat menimbulkan kesan pasar yang lebih tertata, sehingga dapat mendukung upaya membentuk citra pasar tradisional yang lebih rapi dan nyaman untuk dikunjungi oleh pembeli. Bersama dengan program-program kebijakan dari revitalisasi pasar tradisional lainnya, program relokasi dapat menjadi solusi pendukung bagi pembenahan pasar tradisional. Program relokasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pencitraan ulang pasar tradisional menjadi tempat transaksi dan interaksi ekonomi antar penjual dan pembeli yang lebih rapi dan nyaman, dan pada gilirannya juga mampu memberikan kontribusi dalam menarik minat masyarakat sebagai pembeli untuk kembali melirik pasar tradisional sebagai salah satu tempat jual-beli yang ideal. Pasar Godean merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di wilayah Kabupaten Sleman. Sebagai pasar tradisional yang terletak tepat di tepi Jalan Godean Km 9,5, pasar ini praktis berada di posisi strategis berupa jalan kolektor yang terhubung langsung dengan Kota Yogyakarta, sekaligus terletak di wilayah pusat Kecamatan Godean. Letak Pasar Godean di perempatan Kecamatan Godean juga menjadikan pasar ini sebagai penghubung arus ekonomi dari pusat-pusat perdagangan tradisional di Utara (Pasar Ngino/Seyegan), Selatan (Pasar Gamping), serta Barat (Pasar Ngijon). Posisi strategis ini membuat Pasar Godean sangat diminati para pedagang yang ingin menjual barang dagangannya, baik berjualan secara langsung (eceran pada pembeli yang datang ke pasar) maupun untuk dijual kepada penjual eceran lain yang sedang kulakan (membeli barang untuk dijual 4

kembali) ke Pasar Godean. Akses yang cukup mudah dan cepat dari pusat kota Yogyakarta ke Pasar Godean juga menyebabkan cukup banyak wisatawan (baik wisatawan lokal maupun mancanegara) yang berkunjung ke pasar tradisional ini, terutama untuk berbelanja jajanan khas Godean, yakni oleh-oleh keripik belut. Sebagai salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Sleman, Pasar Godean juga menghadapi permasalahan-permasalahan yang umum dihadapi oleh pasar tradisional. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lingkungan Pasar Godean, jarak lapak-lapak penjualan area luar ataupun area lahan parkir pasar yang terlalu dekat dengan jalan raya, terutama dengan perempatan jalan. Permasalahan lain yang dihadapi oleh Pasar Godean adalah kepadatan pedagang yang tinggi dan kemunculan PKL-PKL di sekitar area pasar. Hal ini menimbulkan beberapa masalah turunan, seperti area pasar yang bertambah kumuh, arus lalu-lintas yang terganggu, serta keberadaan pedagang di pinggiran luar pasar yang dianggap merugikan oleh kelompok pedagang yang berdagang di dalam pasar 5. Pedagang yang berada di area luar pasar dianggap memperoleh keuntungan, karena pembeli cenderung memilih untuk membeli kebutuhan mereka di tempat yang lebih dekat dan mudah diakses. Selain itu, kepadatan pedagang yang berjualan di luar pasar serta fasilitas lahan parkir yang kurang memadai juga sering menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas. Hal ini diperparah dengan ramainya arus kendaraan yang melewati Jalan Godean, terutama di jam berangkat kerja/sekolah, dan pada saat hari bertepatan dengan Pasaran Pon 6. Kendaraan yang melintas harus berbagi jalan dengan pedagang maupun pembeli, juga lahan parkir yang sampai mengambil area pejalan kaki/trotoar. Perilaku pengguna jalan yang seringkali mengendarai kendaraan (baik kendaraan roda dua maupun roda empat), 5 Mst, Pedagang Pasar Godean Minta Penataan Kembali, artikel berita Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman, available [online]: <http://dprd.slemankab.go.id/ 2012/03/pedagang-pasar-godean-minta-penataan-kembali/>.. 6 Pon merupakan salah satu penyebutan hari dalam sistem penanggalan Jawa, pasaran, yang digunakan untuk menandai waktu berjualan di pasar. Saat ini Pasaran Pon diidentikkan dengan waktu perdagangan di pasar yang paling ramai oleh penjual maupun pembeli, khusunya untuk kegiatan jual-beli binatang dan barang-barang kelontong. 5

maupun pejalan kaki yang secara perlahan-lahan bergerak untuk melihat-lihat barang yang dijajakan di lapak-lapak pinggir jalan, terutama saat Pasaran Pon, juga menyebabkan laju lalu lintas menjadi lambat. Hal ini diperparah dengan adanya kendaraan yang parkir secara sembarangan di pinggir jalan, kendaraan umum yang ngetem 7, serta angkutan-angkutan barang yang keluar masuk area pasar untuk mengambil maupun menurunkan barang dagangan. Pemerintah daerah bukannya menutup mata akan permasalahanpermasalahan ini. Sebagai jawaban atas aspirasi warga yang disuarakan lewat audiensi maupun aksi perwakilan pedagang, Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pasar telah melakukan beberapa langkah akomodasi permasalahan dalam kebijakan penata ulangan Pasar Godean, salah satunya melalui tindakan relokasi pedagang yang berjualan di area luar Pasar Godean. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan penulis, Dinas Pasar bekerja sama dengan DLLAJR (Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya) Kabupaten Sleman juga menggunakan mekanisme pelarangan dan pengawasan dengan memasang plang larangan berjualan di area-area tertentu di lingkungan sekitar Pasar Godean sekaligus berjaga di beberapa titik pada saat Pasaran Pon untuk mencegah pedagang-pedagang kelontong yang bandel menggelar lapak di pinggir jalan 8. Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pasar Dinas Pasar Kabupaten Sleman Haris Martapa SE. MT, sebanyak 256 pedagang komoditas sayur mayur, daging, buah-buahan dan makanan kecil yang sebelumnya berjualan disekitar kawasan utara pasar Godean telah direlokasi ke area dalam pasar sebagai hasil dari penataan pedagang yang sudah dilakukan sejak 30 Maret hingga 4 April 2012. Sedangkan 47 pedagang pakaian, ikat pinggang dan pernak- 7 Istilah untuk kendaraan umum seperti bis maupun angkot/angkutan pedesaan yang berhenti sejenak di suatu tempat yang mudah dilihat dan dijangkau penumpang untuk menunggu calon penumpang. 8 Kegiatan pemantauan dan penataan pedagang di Pasar Godean yang dilaksanakan Dinas Pasar Kabupaten Sleman bekerjasama Dinas Perhubungan dan Kominfo serta Satpol PP Kabupaten Sleman terus dilakukan, terutama penataan di sisi Utara dan Timur Pasar Godean (---, Website Pemerintah Kabupaten Sleman, Tim Petugas Gabungan Terus Lakukan Pemantauan Pasar Godean, available [online]: <http://www.slemankab.go.id/3335/tim-petugas-gabunganterus-lakukan-pemantauan-pasar-godean.slm>). 6

pernik serta souvenir dan barang elektronik dipindahkan ke lokasi bekas kantor Kecamatan Godean yang kini dijadikan sebagai Pasar Pon (pasar sementara) Godean 9. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemkab Sleman bekerjasasma dengan beberapa instansi terkait lainnya dapat dipandang sebagai solusi sementara bagi berbagai permasalahan yang terdapat pada Pasar Godean. Selepas berbagai langkah konkrit dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, masih ditemui berbagai celah-celah kekurangan dan pelanggaran. Pemantauan berkala masih harus terus-menerus dilakukan untuk menindak para pedagang (baik lama maupun baru) yang nekat menggelar dagangannya di area larangan berjualan/parkir 10. Salah satu tindakan pengelolaan terbaru yang dilakukan oleh Dinas Pasar untuk mengatasi permasalahan tata ruang di Pasar Godean adalah berupa program relokasi kelompok pedagang keripik belut dari area depan/parkir Pasar Godean ke bangunan baru di tempat baru berupa Pusat Kuliner Belut. Keripik belut merupakan salah satu produk jajanan khas di Pasar Godean, sehingga banyak pembeli yang lewat di Pasar Godean menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh keripik belut maupun produk oleh-oleh lain seperti peyek bayam, peyek kacang dan sebagainya. Permasalahan yang ditimbulkan oleh lapak-lapak penjual keripik belut ini adalah letaknya yang langsung bersinggungan dengan pinggir jalan raya, sehingga para pembeli (yang beberapa diantaranya menggunakan kendaraan motor maupun mobil) berhenti langsung di jalan untuk membeli dan mengganggu arus lalu lintas di belakangnya. Selain itu tempat lapak-lapak tersebut didirikan dinilai melanggar peraturan mengingat area tersebut sebenarnya ditujukan sebagai lahan parkir kendaraan di bagian depan Pasar Godean. Lokasi baru bagi para 9 Ibid. 10 Menurut Haris Martapa SE. MT, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Pasar Dinas Pasar Kabupaten Sleman.Dalam pelaksanaan pemantauan berkala atas Pasar Godean, masih ditemui satu dua pedagang yang kucing-kucingan dengan petugas berjualan di lokasi parkir (---, Website Pemerintah Kabupaten Sleman, Ibid). 7

pedagang keripik belut ini nantinya tidak hanya ditujukan untuk menjadi sekadar tempat transaksi sebagaimana yang ditemui pada pasar tradisional pada umumnya, namun juga sebagai pusat kuliner belut yang berpotensi untuk menarik minat masyarakat sebagai pembeli. Berdasarkan penuturan Kepala Dinas Pasar Kabupaten Sleman, Tri Endah Yitnani, Pusat Kuliner Belut ini juga akan menyediakan aneka masakan belut seperti mangut, gulai dan tongseng, di samping juga menyediakan beberapa makanan khas Sleman 11. Proses relokasi pedagang keripik belut ke Pusat Kuliner Belut sudah dimulai dari tahap pembangunan yang dilakukan sejak akhir Tahun 2013 dan rencananya akan mulai beroperasi penuh pada Februari 2014 12. Tindakan relokasi pedagang keripik belut ke Pusat Kuliner Belut ini tidak bisa dipandang sebagai sekadar upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menata ulang dan menertibkan sekelompok pedagang ataupun mengurangi kesemrawutan lalu lintas di lingkungan Pasar Godean. Relokasi ini juga memiliki potensi untuk mengubah citra kurang baik yang melekat pada pasar tradisional selama ini, menjadi tempat yang lebih menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat. Untuk itu, proses relokasi yang dilakukan perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam proses relokasi, apa saja dan berapa jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai keseluruhan proses relokasi, apa saja perubahan yang terjadi di lokasi awal maupun di lokasi tujuan setelah dilakukan relokasi, hingga aspek-aspek lain yang dapat berperan maupun mempengaruhi berjalannya proses relokasi ini akan menjadi hal yang menarik untuk diteliti. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan untuk lebih memfokuskan pembahasan pada masalah penelitian, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 11 RRI-Jogja News/ L-04, Relokasi Pedagang Belut Godean, 2 Februari 2014, available [online]: <http://rrijogja.co.id/regional/sosial/4708-relokasi-pedagang-belut-godean>. 12 Ibid. 8

Bagaimanakah proses relokasi pedagang keripik belut Pasar Godean ke Pusat Kuliner Belut Godean? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan yang di tempuh dalam proses relokasi pedagang keripik belut Pasar Godean ke Pusat Kuliner Belut Godean, berikut dampak dan permasalahan yang ditemui dalam proses relokasi tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teknis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah (Dinas Pasar Kabupaten Sleman), pihak pengelola pasar Godean (Unit Pengelolaan Terpadu Pelayanan Pasar Kelompok I Pasar Godean), kelompok pedagang keripik belut Pasar Godean, serta masyarakat /konsumen sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam program relokasi ini untuk dijadikan sudut pandang alternatif dalam melihat proses relokasi kelompok pedagang keripik belut ke Pusat Kuliner Belut Pasar Godean. Analisis, kritik dan saran yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik yang breguna bagi bagi pelaksanaan proses kebijakan sejenis/terkait selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Teoretis Secara teroritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khasanah ilmu pengetahuan, terutama terkait dengan bidang manajeman pengelolaan pasar tradisional. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan bahan acuan dan tambahan informasi bagi peneliti lain yang memiliki minat ataupun hendak melakukan penelitian di bidang yang sama. 9