BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menuju masyarakat Indonesia sehat, tindakan yang harus dilakukan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). dunia. Penduduk lansia di indonesia mencapai 9,12% (BPS, 2014). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk lansia semakin mengalami peningkatan di dunia dibandingkan

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB 1 PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1tahun) usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. mudah menderita kelainan gizi, Kejadian gizi kurang seperti fenomena gunung es

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat dengan tingkat kesehatan yang baik dapat memiliki angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

WIJI LESTARI J

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuju masyarakat Indonesia sehat, tindakan yang harus dilakukan yaitu memberdayakan masyarakat. Salah satu upaya pemberdayaan yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat atau kader yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah-masalah kesehatan. Kader merupakan salah satu orang terdekat yang berada ditengah-tengah masyarakat yang diharapkan dapat memegang pekerjaan penting khususnya setiap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan (Setyatama, 2012). Peran kader memegang peranan penting dalam menjembatani masyarakat khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader, kader-kader lebih tanggap dan memiliki pengetahuan kesehatan diatas rata-rata dari kelompok sasaran posyandu (Naim, 2008). Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk lansia 60 tahun lebih diperkirakan akan terus meningkat sehingga pada tahun 2025 diperkirakan mencapai jumlah 36 juta (proyeksi Bappenas) (Susanto, 2013). Seiring dengan bertambahnya jumlah lansia dari tahun ke tahun, maka diharapkan dengan adanya posyandu lansia, kesehatan

lansia dapat terjaga dan terjamin guna tercapainya keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia (Dwi Haryani, 2013). Upaya peningkatan kesehatan lansia secara efektif perlu didukung oleh keterampilan sumber daya manusia yang memadai dimana salah satunya adalah kader posyandu. Kader posyandu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. Kader posyandu bertugas membantu petugas puskesmas dalam melakukan pemeriksaan kesehatan lansia, antara lain: penilaian status gizi, dan pemeriksaan tekanan darah. Dampak keberadaan kader di tengah-tengah masyarakat dalam penyelenggaraan program pemeriksaan tekanan darah. Sehingga ditemukan kinerja kader yang masih rendah tentu berdampak pada kualitas kesehatan lansia di wilayahnya (Nita, 2011). Pelayanan kesehatan bagi lansia sangat diperlukan salah satuya melalui posyandu lansia karena secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia akan mengalami penurunan. Perubahanperubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosila mereka sehingga secara umum akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari (Suhartini, 2004). Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental dan emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan

kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lansia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Petunjuk Pengisian KMS, DKK Pemalang, 2010). Penyelengaraan posyandu yang baik berpengaruh pada keberlangsungan posyandu, sehingga kader akan terampil dan termotivasi perannya sebagai tenaga utama pelaksanaan posyandu (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Guna meningkatkan keterampilan seorang kader, salah satunya dengan meningkatkan pengetahun dan keterampilan kader. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini salah satunya dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan kader. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kader dalam memberikan penyuluhan kepada peserta posyandu, serta masyarakat di wilayah kerja posyandu (Nita, 2011). Salah satu pelatihan kader yang dapat diberikan yaitu pelatihan nafas dalam (Deep Breathing Exercise). Latihan pernafasan adalah salah satu cara untuk mencapai sistem pernafasan yang optimal, karena sangat erat hubungannya dengan tampilan maksimal paru. Latihan nafas tidak hanya ditujukan untuk membersihkan jalan nafas dari mukus berlebihan tapi juga ditujukan untuk mengatasi masalah penurunan volume paru, peningkatan

beban kerja pernafasan, pola nafas abnormal, gangguan pertukaran gas, dan hambatan arus udara dalam saluran nafas (Jenkins & Turker, 1993 dalam Dodi Rohman, 2015). Selain itu latihan pernafasan juga dapat meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan, serta mengurangi udara yang terperangkap (Suddart & Brunner, 2002). Penelitian Telles dan Desiraju (1991) menunjukkan bahwa pengaturan pernafasan dalam dan lambat menyebabkan penurunan secara signifikan konsumsi oksigen. Teknik pernafasan dengan pola yang teratur juga dapat dilakukan untuk relaksasi, manajemen stres, kontrol psikofisiologis dan meningkatkan fungsi organ (Ritz & Roth, 2003; Kwekkeboom, 2005; Lane & Arcinesgas, 2007; Geng & Ikiz, 2009). Latihan nafas dalam dan lambat secara teratur akan meningkatkan respons saraf parasimpatis dan penurunan aktivitas saraf simpatik, meningkatkan fungsi pernafasan dan kardiovaskuler, mengurangi efek stres, dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental(velkumary & Madanmohan, 2004; Kiran, Behari, Venugopal, Vivekanandhan & Pandey, 2005; Larson & Jane, 2004). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Kalibagor dan di Desa Kali Cupak Lor jumlah kader yang ada di Desa Kali Cupak Lor sebesar 29 orang. Bidan Desa mengatakan sebelumnya pernah dilakukan pelatihan kepada kader diantaranya pelatihan kelas ibu hamil, pelatihan kelas ibu balita dan pelatihan cara menghitung IMT pada ibu hamil

(yang dilakukan oleh semua kader). Jumlah masyarakat yang aktif dalam keikutsertaan posyandu sendiri sejumlah kurang lebih 90 orang dan rata-rata penyakit yang diderita oleh lansia di Desa Kali Cupak Lor yaitu hipertensi, kolesterol, dan ada pula lansia yang menderita asma. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan demonstrasi kader tentang Deep Breathing Exercise di Desa Kali Cupak Lor Purwokerto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Tingkat Pengetahuan dan Demonstrasi Kader tentang Deep Breathing Exercise di Desa Kali Cupak Lor Purwokerto. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan dan Demonstrasi Kader tentang Deep Breathing Exercise di Desa Kali Cupak Lor Purwokerto. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik kader posyandu (umur, pendidikan, pekerjaan, lama pengabdian dan keikutsertaan pada pelatihan lainnya) di Desa Kali Cupak Lor wilayah kerja Puskesmas Kalibagor.

b. Mengetahui perbedaan pengetahuan kader posyandu tentang deep breathing exercise sebelum dan setelah dilakukan pelatihan di Desa Kali Cupak Lor Purwokerto. c. Mengetahui demonstrasi kader posyandu dalam pelaksanaan deep breathing exercise setelah dilakukan pelatihan di Desa Kali Cupak Lor Purwokerto. d. Mengetahui pengaruh pengetahuan Deep Breathing Exercise setelah pelatihan terhadap demonstrasi kader dalam pelaksanaan Deep Breathing Exercise D. Manfaat Penelitian a. Bagi Pengembangan Keperawatan Perawat Komunitas Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi perawat komunitas dan memberikan informasi mengenai pengaruh pelatihan deep breathing exercise terhadap keterampilan kader posyandu. b. Bagi Kader Posyandu Meningkatkan pengetahuan kader dalam melakukan penyuluhan dan konseling tentang deep breathing exercise sebagai salah satu referensi terapi dalam menurunkan atau mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, menurunkan tingkat stres, dan meningkatkan ventilasi paru.

c. Bagi Pihak Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sebagai dasar pengembangan program untuk lansia di puskesmas dan posyandu setempat. E. Penelitian Terkait 1. Berdasarkan penelitian Nita Pratiwi (2011) dengan penelitan yang berjudul Pengaruh Pelatihan Gizi Seimbang Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Tahun 2011. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain pre-eksperimental. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data karakteristik individu (usia, pendidikan, pekerjaan, lama pengabdian, keikutsertaan pada pelatihan lainnya). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh antara pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi, hanya tingkat pendidikan kader yang mempengaruhi pengetahuan setelah pelatihan, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan keterampilan, selain itu umur, pendidikan dan lama pengabdian yang berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam memberikan penyuluhan gizi seimbang. Perbedaan pada penelitian ini yaitu pada variabel bebasnya yaitu peneliti menggunakan deep breathing exercise sedangkan pada penelitian Nita Pratiwi menggunakan gizi seimbang. Untuk persamaan pada kedua penelitian sama-sama menggunakan metode pra eksperimental One Group Pretest-Posttest. Serta pada

variabel terikatnya sama-sama meneliti tentang pengetahuan dan keterampilan kader posyandu. 2. Penelitian Evi Dwi S (2013) yang berjudul Pengaruh Pelatihan Kader Terhadap Kemampuan Melakukan Pengelolaan Posyandu di Desa Srihardono Pundong Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pretest- Posttest. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kemampuan kader dalam melakukan pengelolaan posyandu sebelum pelatihan adalah 5,28 masuk dalam kategori kurang baik dalam pengelolaan posyandu dan setelah diberikan pelatihan menjadi 8,29 dan masuk kategori baik. Hasil uji beda paired t test antara sebelum dan sesudah pelatihan kader menunjukkan adanya pengaruh dengan nilai p kemampuan kader 0,000 (p<0,05). Perbedaan pada penelitian ini variabel bebas yaitu pelatihan pengelolaan posyandu sedangkan peneliti menggunakan pelatihan deep breathing exercise. Untuk persamaan pada penelitian ini terdapat pada metode penelitian yaitu menggunakan metode pra eksperimental One Group Pretest- Posttest. 3. Penelitian Sukiarko (2007) berjudul Pengaruh Pelatihan Dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Gizi Dalam Kegiatan Posyandu. Penelitian ini termasuk dalam jenis quasi eksperimen dengan rancangan penelitian

non-randomized control group pretest postest design. Hasil penelitian menunjukkan metode BBM meningkatkan rerata skor pengetahuan saat posttes 1 dan posttest 2, sedangkan metode konvensional hanya meningkatkan pengetahuan posttes 1. Rerata skor keterampilan kelompok BBM lebih tinggi dibandingkan kelompok konvensial saat posttest 1 ke posttest 2 pada kelompok BBM, sedangkan pada kelompok konvensional tidak. Perbedaan pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas penelitian yaitu pengaruh pelatihan dengan metode belajajar sedangkan pada peneliti menggunakan pelatihan deep breathing exercise. Persamaan pada penelitian ini terdapat pada metode penelitian yaitu menggunakan metode eksperimen.