BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan adalah

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

CH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA (JKBM) TAHUN 2010 TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Oleh : WAHYU D. SAPUTRO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

II. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah di atas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dewasa ini sasaran utama ialah lebih

Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. salah satu indikator keberhasilan pembangunan, ditopang oleh tiga sektor penting,

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E


BUPATI BANDUNG BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kedua Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap penduduk dan setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 juga menyatakan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan ayat (3) menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. Untuk menindaklanjutinya, pemerintah pun kemudian membentuk Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sistem kesehatan negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jenis program jaminan sosial yang hendak diselenggarakan meliputi (Bastian, 2008) : Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian. Melalui program-program tersebut, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun. Indonesia sudah mulai menjalankan program jaminan sosial, ditunjukkan dengan dijalankannya Program Asuransi Kesehatan (Askes) bagi para pegawai negeri sipil (PNS) dan penerima pensiun, Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) bagi masyarakat umum, Program Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen) dan Program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) yang memberikan jaminan pensiun dan hari tua kepada PNS dan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang memberi jaminan kesehatan, hari tua, kematian, dan kecelakaan kerja bagi pekerja swasta. Untuk 1

2 pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pemerintah menjalankan program jaminan kesehatan, yang mulai tahun 2008 hingga saat ini dikenal dengan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang kepesertaannya telah ditentukan dalam sejumlah kuota dan ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Bupati dan Walikota. Namun, apabila masih terdapat masyarakat miskin yang tidak tercantum dalam SK Bupati dan Walikota tersebut, pembiayaan jaminan kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dan mekanisme pengelolaannya mengikuti model Jamkesmas. Hal tersebut dimaksudkan agar semua masyarakat miskin terlindungi jaminan kesehatan dan dimasa yang akan datang dapat dicapai universal coverage (Depkes, 2010). Sampai saat ini, masyarakat yang sudah tercakup dalam jaminan kesehatan baru mencapai 50,8 persen dari kurang lebih 230 juta jiwa penduduk dengan rincian dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Kondisi Pencapaian Target Jaminan Kesehatan di Indonesia Sampai Tahun 2009 Jenis Jaminan Jumlah (juta jiwa) Askes Sosial (PNS) 14,9 Askes Komersial 2,2 Jamsostek 3,9 ASABRI 2,0 Asuransi Lain 6,6 Jamkesmas 76,4 Jamkesmas Daerah 10,8 Jumlah 116,8 Persentase thd Penduduk (tahun 2009 = 230 jt) 50,8% Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Depkes, 2010. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan dapat menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Terutama bagi mereka yang tidak mampu maupun yang menjadi tidak mampu akibat menderita penyakit kronis dan tidak memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sehingga pembiayaannya secara out of pocket dalam sistem pembayaran fee for service. Solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini adalah mengembangkan jaminan kesehatan.

3 Jaminan kesehatan dalam rangka mencapai universal coverage memerlukan adanya kerja sama dan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terutama dalam pembiayaan jaminan kesehatan. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Jamkesmas dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), masyarakat miskin dan tidak mampu diluar kuota ditanggung oleh Pemerintah Daerah dengan sumber biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kelompok pekerja dibiayai dari institusi masing-masing (Askes, ASABRI, Jamsostek) dan kelompok individu yang tergolong berpendapatan tinggi dapat membiayai diri sendiri dengan asuransi kesehatan komersial atau asuransi kesehatan lainnya. Sampai saat ini, sesuai dengan persyaratan dalam pelaksanaan program Jamkesmas, Pemerintah Daerah diminta menyediakan dana melalui APBD dalam rangka memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu diluar kuota Jamkesmas. Hal tersebut juga sejalan dengan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 22 H, dinyatakan bahwa daerah mempunyai kewajiban mengembangkan sistem jaminan sosial. Dengan demikian maka Pemerintah Daerah diwajibkan mengembangkan sistem jaminan sosial yang didalamnya termasuk juga jaminan kesehatan. Dengan adanya desentralisasi di bidang kesehatan ini, pemerintah daerah dapat menentukan target dan biaya yang digunakan dalam menentukan perencanaan program yang akan dibutuhkan dan sesuai dengan keadaaan di wilayahnya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di daerah (Depkes, 2010) sampai saat ini terdiri dari dua nama program yaitu Jaminan Kesehatan Daerah dengan Bapel dan Pelayanan Kesehatan Gratis untuk semua penduduk. Meskipun demikian, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat tersebut haruslah mengacu pada prinsip-prinsip asuransi sosial (Depkes, 2010) antara lain sebagai berikut: 1) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak mampu; 2) Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional;

4 3) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas; 4) Transparan dan akuntabel. Sejalan dengan pelaksanaan jaminan kesehatan pada tingkat pemerintah daerah, Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2010 melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Program ini diperuntukkan bagi penduduk Bali yang tidak mempunyai jaminan kesehatan, yang mana berdasarkan pedoman penyelenggaraan Program JKBM diketahui bahwa sekitar lebih dari 70 persen penduduk Bali belum tercakup dalam jaminan kesehatan. Rincian gambaran penduduk Bali berdasarkan ada tidaknya jaminan kesehatan tercantum dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Pembagian Penduduk Provinsi Bali Berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Memiliki Jaminan Kesehatan 980.114 27,88 Askes PNS 332.708 9,46 Askes komersial 11.274 0,32 Jamkesmas 537.776 15,29 ASABRI 9.401 0,27 Jamsostek 88.954 2,53 2 Belum memiliki Jaminan Kesehatan 2.535.886 72,12 Jumlah 3.516.000 100,00 Sumber : Pemprov. Bali, 2010. Program JKBM yang dirancang oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali ini merupakan program bersama antara Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kotamadya di wilayah Provinsi Bali, kecuali Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana yang telah memiliki Program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ). Pembiayaan Program JKBM Tahun 2010 sepenuhnya disubsidi bersama antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten serta kotamadya di Bali. Total biaya yang dianggarkan sebesar Rp181.254.726.816,00 menaungi 2.535.886 jiwa. Kerjasama antara pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten serta kotamadya dalam Program JKBM ini, selain bertujuan untuk sharing pembiayaan adalah juga untuk meningkatkan dan mempermudah akses penduduk ke tingkat rujukan yang lebih tinggi apabila diperlukan. Sebab pada tingkat pemerintah

5 kabupaten/ kotamadya, portabilitasnya (ketentuan untuk menaungi peserta program ketika mereka berpindah antar daerah) masih terbatas sampai tingkat pelayanan dasar atau hingga rujukan lokal sehingga akan tetap bermasalah ketika harus ke tingkat provinsi atau pusat (Pemprov. Bali, 2010). Program JKBM ini juga merupakan solusi dari kurang akuratnya pendataan peserta dalam program nasional Jamkesmas, yang mana masih banyaknya penduduk yang tidak mampu atau miskin yang tidak terdaftar. Sehingga dengan dijalankannya program JKBM ini, nantinya seluruh penduduk tanpa jaminan kesehatan pun akan tercakup dalam jaminan kesehatan ini. Pembentukan hingga implementasi dari Program JKBM tentunya tidak lepas dari proses perencanaan. Perencanaan adalah suatu hal yang penting karena merupakan langkah awal dari suatu kegiatan. Dalam program penyediaan pelayanan publik, pemerintah daerah dituntut untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan kondisi daerah dan sumber daya yang tersedia. Untuk sistem kesehatan yang diatur oleh provinsi menurut Deber (2003), seluruh sistem yang digunakan harus serupa yaitu terdapat mekanisme untuk menentukan bagaimana perawatan akan dibiayai. Pembuat kebijakan harus menentukan biaya yang tetap menjadi tanggungan individu, perawatan inti apa yang perlu diperhitungkan dan berapa banyak pembiayaan diperlukan. Departemen Kesehatan dalam situsnya juga menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah perlu diatur dengan Peraturan Daerah dengan substansi materi pokok yang perlu diatur adalah mengenai peserta dan kepesertaan (penentuan peserta, mekanisme pendaftaran, bukti/ tanda peserta, perlu tidaknya dilakukan klasifikasi terhadap peserta, hak dan kewajiban peserta); pembiayaan (dibiayai oleh pemerintah daerah atau peserta dikenakan premi, mekanisme pemungutan premi, perhitungan pembiayaan atau besaran premi, tata cara pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan/ PPK); pelayanan (cakupan jenis pelayanan akan ditanggung oleh jaminan kesehatan ini, PPK mana saja yang boleh memberikan pelayanan); badan penyelenggara (bapel) Jaminan Kesehatan Daerah /Pengorganisasian (peranan bapel dalam penyelenggaraan Jamkesda baik Pemerintah Daerah itu sendiri atau suatu Badan yang independen).

6 Kegagalan program pemerintahan seringkali disebabkan karena perhitungan yang tidak tepat. Ketidaktepatan perhitungan biasanya karena terlalu tingginya perkiraan (over estimate) akan pemasukan dan rendahnya perkiraan (under estimate) akan biaya yang harus ditanggung dari program tersebut. Oleh sebab itu, perencanaan menjadi tahapan yang sangat penting sebagai dasar acuan dalam menjalankan suatu program. Feldstein (1993) mengemukakan bahwa pemanfaatan ilmu ekonomi, ilmu mengenai pilihan dalam menghadapi keterbatasan sumber daya, di bidang pelayanan kesehatan terdapat tiga pilihan dasar yaitu: 1) Penentuan jumlah dana yang akan digunakan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan serta jenis-jenis layanan yang akan diselenggarakan; 2) Pemilihan metode penyelenggaraan pelayanan itu sendiri; 3) Pemilihan metode pendistribusian pelayanan kesehatan. Ketiga hal di atas perlu diperhatikan dalam perencanaan Program JKBM ini. Oleh sebab itu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai elemen perencanaan sistem jaminan kesehatan, proses penentuan jumlah dan alokasi dana, metode penyelenggaraan dan pendistribusian pelayanan kesehatan Program JKBM Tahun 2010. 1.2 Rumusan Masalah Program JKBM merupakan program yang dilaksanakan bersama antara Pemerintah Provinsi Bali dengan pemerintah-pemerintah daerah di bawahnya. Tujuannya adalah memberikan jaminan kesehatan bagi penduduk Bali yang belum memiliki jaminan kesehatan yaitu sebesar 2.535.886 jiwa atau 72,12 persen dari total penduduk di wilayah Provinsi Bali. Untuk menjalankan Program JKBM Tahun 2010, total biaya yang dianggarkan adalah sebesar Rp181.254.726.816,00 yang dialokasikan kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) milik pemerintah di wilayah Provinsi Bali (kecuali Kabupaten Jembrana). Anggaran Program JKBM Tahun 2010 yang berasal dari sharing Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/ Kota, cakupan sasaran peserta yang jumlahnya lebih dari 50% total penduduk, serta melibatkan lebih dari dua pemerintah daerah, tentunya program yang baru diimplementasikan pada bulan Januari Tahun 2010 ini tidak lepas dari proses perencanaan. Tanpa perencanaan dan rencana (Hasibuan, 1984) yang baik akan

7 dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang ingin dicapai, dapat menimbulkan pemborosan, dan pengendalian tidak dapat dilakukan. Pada akhirnya, program akan berjalan secara tidak efektif dan efisien dan akan mengalami kegagalan. Pengalokasian dana ataupun sumber daya lainnya, pemilihan metode, sistem/ mekanisme, penyedia pelayanan kesehatan, dan obyek serta aktor dalam implementasi menjadi sangat penting dalam proses perencanaan. Oleh sebab itu, rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimana perencanaan sistem Program JKBM Tahun 2010 dalam hal penentuan kebutuhan dana, pemilihan metode penyelenggaraan dan pemilihan metode pendistribusian pelayanan kesehatan (Feldstein, 1993) dan kesesuaian sistem ini dengan best practice? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1) Menganalisis kesesuaian sistem Program JKBM dengan sistem jaminan kesehatan negara-negara lain; 2) Menganalisis kebutuhan dana yang akan digunakan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan serta jenis-jenis layanan yang akan diselenggarakan dalam Program JKBM Tahun 2010; 3) Menganalisis pemilihan metode penyelenggaraan pelayanan kesehatan Program JKBM Tahun 2010; 4) Menganalisis pemilihan metode pendistribusian pelayanan kesehatan Program JKBM Tahun 2010. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali dalam menjalankan Program JKBM di tahun mendatang, terutama dalam proses perencanaan di bidang pendanaan dan metode sistem penyelenggaraannya.

8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah perencanaan sistem Program JKBM Tahun 2010 di wilayah Pemerintah Provinsi Bali dan elemen rencana sistem jaminan kesehatan negara-negara best practice. Elemen rencana best practice dari sistem jaminan kesehatan yaitu kewenangan bidang kesehatan, sistem jaminan kesehatan, perencana sistem jaminan kesehatan, kepesertaan jaminan kesehatan, bapel jaminan kesehatan, sistem pembiayaan, sumber pembiayaan, premi/ iuran, PPK pada sistem jaminan kesehatan, dan cakupan jaminan kesehatan. Sedangkan negara-negara yang dijadikan best practice antara lain : Taiwan, Jepang, Norwegia, Inggris, Kolombia, Chili dan Kanada, yang pemilihannya dilakukan karena sistem jaminan kesehatan pada tujuh negara ini telah menaungi seluruh penduduk. Perencanaan program yang terdiri dari perhitungan kebutuhan dan pengalokasian anggaran, serta sistem penyelenggaraan Program JKBM Tahun 2010 dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Analisis perhitungan kebutuhan dan dilakukan dengan membandingkan antara perhitungan dana pada Program JKBM dengan simulasi perhitungan kebutuhan pelayanan kesehatan. Simulasi disini menggunakan dua puskesmas (tanpa dan dengan pelayanan rawat inap) dan satu rumah sakit di Kota Denpasar yang difokuskan pada tahapan perhitungan biaya pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit dan membandingkan angka perolehannya dengan alokasi dana. Oleh sebab itu, asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah tahapan perhitungan biaya pelayanan kesehatan per orang sama untuk di seluruh puskesmas dan rumah sakit. Dan keterbatasan penelitian adalah penelitian dilakukan bukan untuk menghitung besaran dana tanggungan per orang tapi untuk melihat proses perencanaan perhitungan penyusunan anggaran dana pada Program JKBM ini. Sedangkan analisis mengenai pemilihan metode sistem penyelenggaraan terdiri mekanisme kepesertaan, pendanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program, serta pendistribusian pemberian pelayanan kesehatan (sumber pembiayaan, pembayaran kepada PPK dan sistem rujukan) Program JKBM Tahun 2010.

9 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan rincian sebagai berikut: 1.6.1 Obyek dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap Program JKBM yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta Kotamadya di wilayah Provinsi Bali dan dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2010. 1.6.2 Jenis data Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1) Data primer berupa hasil wawancara. 2) Data sekunder berupa pedoman penyelenggaraan Program JKBM, surat-surat keputusan yang terkait dengan Program JKBM, peraturan daerah dan keputusan menteri perihal tarif pelayanan kesehatan, dokumen perencanaan anggaran Program JKBM, dan dokumen terkait lainnya, serta buku-buku, makalah dan jurnaljurnal sebagai bahan literatur dalam tinjauan pustaka dan sumber best practice. 1.6.3 Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan studi pustaka, analisis dokumen, dan wawancara. Instrumen penelitian ini adalah pedoman pertanyaan wawancara sebagai panduan peneliti dalam melakukan wawancara yang dibuat berdasarkan kerangka konsep penelitian. Untuk mendukung dilakukan juga telaah dokumen yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan Program JKBM sebagai pelengkap informasi yang didapat dari hasil wawancara. 1.6.4 Metode Analisis Data Metode yang dilakukan adalah dengan metode analisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif menggunakan bahan-bahan dokumen dan studi literatur, serta metode komparatif dengan membuat komparasi dengan best practice sistem jaminan kesehatan dari negara lain. Penggunaan metode best practice, seperti yang

10 dikutip oleh Globerman, Hart Hodges and Aidan Vining (2001), disebutkan bahwa perbandingan internasional dari organisasi dan kinerja sektor pemeliharaan kesehatan semakin meningkatkan informasi kepada pembuat kebijakan tentang kebjiakan yang berpotensi yang berhubungan kepada biaya, dan akses kepada pemeliharaan kesehatan. Selain itu, Murti (2000) juga menyatakan bahwa dengan mempelajari sejarah dan pengalaman dari negaranegara lain, maka kebijakan publik menyangkut sistem pelayanan kesehatan dengan asuransi diharapkan dapat dibuat dengan lebih seksama. Untuk menjawab rumusan pertanyaan pertama digunakan metode best practise. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan kedua menggunakan analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan membuat simulasi perhitungan biaya utilisasi pelayanan kesehatan per orang dengan metode perhitungan kapitasi. Penghitungan biaya kapitasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Thabrany, 2000) : a. Menetapkan jenis pelayanan yang akan dicakup dalam kapitasi; b. Menghitung rate utilisasi (angka pemanfaatan) tiap jenis pelayanan yang akan dikapitasi yang biasanya dihitung per 1.000 jiwa untuk satu tahun pelayanan: c. Menetapkan biaya per pelayanan yang dicakup dalam kontrak kapitasi; d. Menghitung biaya per kapita per bulan untuk tiap pelayanan dengan mengkalikan rate utilisasi tahunan dengan rata-rata biaya dan membaginya dengan 12 bulan; e. Menjumlahkan biaya per kapita per bulan untuk seluruh pelayanan guna mendapatkan besaran biaya kapitasi. 1.7 Kerangka Penelitian Berdasarkan uraian pada bagian-bagian di atas, maka untuk memberikan arah dalam penelitian diperlukan kerangka pikir. Kerangka pikir penelitian juga

11 sekaligus memberikan gambaran alur pikir peneliti dalam melakukan analisis data. Adapun rumusan kerangka pikir penelitian seperti Gambar 1.1 Latar Belakang : Program JKBM bertujuan memberikan jaminan kesehatan bagi 2.535.886 jiwa (72,12 % dari total penduduk Bali) dengan anggaran sebesar Rp181.254.726.816,00. Perencanaan akan menjadi tahapan yang sangat penting sebagai dasar acuan dalam menjalankan suatu program sebab tanpa perencanaan dan rencana yang baik akan dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan, dapat menimbulkan pemborosan, dan pengendalian tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, rencana perhitungan dan pengalokasian dana ataupun sumber daya lainnya, pemilihan metode, dan sistem/ mekanisme penyediaan pelayanan kesehatan sangatlah penting dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan. Pertanyaan Penelitian : Bagaimana perencanaan sistem Program JKBM Tahun 2010 dalam hal penentuan kebutuhan dana, pemilihan metode penyelenggaraan dan pemilihan metode pendistribusian pelayanan kesehatan (Feldstein, 1993) dan kesesuaian sistem ini dengan best practice? Tujuan Penelitian : 1) Menganalisis kesesuaian sistem Program JKBM dengan sistem jaminan kesehatan negara-negara lain; 2) Menganalisis rencana penentuan jumlah dana yang akan digunakan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan serta jenis-jenis layanan yang akan diselenggarakan dalam Program JKBM Tahun 2010; 3) Menganalisis metode penyelenggaraan pelayanan kesehatan Program JKBM Tahun 2010; 4) Menganalisis metode pendistribusian pelayanan kesehatan Program JKBM Tahun 2010. Data Sistem JKBM Tahun 2010 perihal : 1) Komparasi best practice; 2) Penyusunan dan pengalokasian anggaran; 3) Metode metode penyelenggaraan pelayanan kesehatan; 4) Metode pendistribusian pelayanan kesehatan. Metode analisis deskriptif komparatif secara kualitatif dan kuantitatif Standar : Best Practice Sistem Jaminan Kesehatan negara lain; Perhitungan utilisasi biaya pelayanan kesehatan per orang; Standar teori dan peraturan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

12 Untuk menjawab tujuan penelitian, tahapan-tahapan metode yang dilakukan dapat dilihat dalam Gambar 1.2. Bagaimana kesesuaian sistem jaminan kesehatan dari negara-negara best practise? Negara-negara best practice komparasi Program JKBM Hasil komparasi Bagaimana perencanaan sistem Program JKBM Tahun 2010 berdasarkan tiga pilihan yang dikemukakan oleh Feldstein (1993) Bgm penentuan jumlah dana serta jenis-jenis layanan yang akan diselenggarakan? Wawancara dan pengumpulan data dan dokumen terkait Bgm metode penyelenggaraan pelayanan kesehatan? (mekanisme kepesertaan, pendanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program) Hasil deskripsi alur perhitungan pendanaan dan pengalokasian dana Membuat simulasi perhitungan utilisasi pelayanan kesehatan. Wawancara dan dokumen terkait dibandingkan analisis Hasil Hasil Bgm metode pendistribusian pelayanan kesehatan? (sumber pembiayaan, pembayaran kepada PPK dan sistem rujukan) Wawancara dan dokumen terkait analisis Hasil Gambar 1.2 Tahapan Metodologi Penelitian 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini tersusun ke dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, kerangka penelitian dan sistematika penulisan.

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN, OTONOMI DAERAH DAN PERENCANAAN, berisikan tinjauan pustaka tentang asuransi, asuransi kesehatan, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), UU RI No. 40 Tahun 2004, otonomi daerah, dan teori perencanaan. BAB III SISTEM JAMINAN KESEHATAN DI BEBERAPA NEGARA, memaparkan sistem jaminan kesehatan di beberapa negara sebagai best practice, yaitu negara Taiwan, Jepang, Norwegia, Inggris, Kolombia, Chili dan Kanada. BAB IV GAMBARAN UMUM JKBM, terdiri dari latar belakang program, tujuan program, sasaran program, kebijakan operasional program, pengorganisasian program, kepesertaan program, pendanaan program, prosedur pelayanan, dan manfaat program serta cakupan penyelenggaraan Program JKBM Tahun 2010. BAB V ANALISIS TENTANG SISTEM PROGRAM JKBM TAHUN 2010, pembahasan pertama adalah hasil penelitian berupa komparasi best practice sistem jaminan kesehatan negara lain dan pembahasan hasil komparasi dengan Program JKBM Tahun 2010. Kedua, hasil penelitian yaitu alur proses perencanaan penyusunan anggaran beserta simulasi perhitungan kebutuhan dana dan pembahasan kedua hasil tersebut. Ketiga adalah pembahasan mengenai metode penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dan terakhir adalah pembahasan analisis metode pendistribusian pelayanan kesehatan Program JKBM Tahun 2010. BAB VI PENUTUP, berisikan kesimpulan dan saran.