I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan jenis unggas petelur maupun pedaging yang cukup produktif dan potensial disamping ayam. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup sering juga disebut itik gunung, karena kondisi lingkungan tersebut termasuk lingkungan dengan udara yang dingin. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki kemampuan termoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas lainnya. Kondisi terpapar panas dapat menyebabkan itik mengalami stres. Apabila terjadi stres, maka zona homeostatis akan terganggu. Suhu maksimal pada itik umumnya dibawah kisaran suhu 25 C. Itik yang mengalami stres akan menjadi gelisah, banyak minum, dan nafsu makan menurun. Stres panas pada itik dapat mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit dan gangguan pada organ tubuh itik. Salah satu gangguan dapat terjadi pada ginjal itik. Keadaan itik yang terpapar panas menyebabkan konsumsi air itik menjadi meningkat, dengan begitu kerja ginjal pada itik menjadi lebih berat dari biasanya. Itik yang mengalami stres panas akan mengalami perubahan fisiologis lain yaitu secara mikroskopis pada jaringan ginjal ditemukan degenerasi lemak dengan ditemukan adanya nekrosis dan infiltrasi sel-sel radang (Sugito dkk., 2007). Perlu upaya penanggulangan agar gangguan pada organ ginjal dapat diatasi. Pemberian flavonoid yang memiliki efek antioksidan, dan antiinflamasi diharapkan mampu mengatasi dan mencegah terjadinya apoptosis dan nekrosis sel-sel ginjal di dalam tubuh itik yang disebabkan oleh radikal bebas.
2 Berdasarkan hal tersebut di atas, dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui respon itik dalam pemberian flavonoid pada level tertentu terhadap morfometrik ginjal yang terpapar panas. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh pemberian flavonoid terhadap morfometrik ginjal itik Cihateup terpapar panas. 2. Berapa besar perbedaan itik Cihateup terpapar panas yang diberi flavonoid dan tanpa pemberian flavonoid terhadap morfometrik ginjal itik Cihateup terpapar panas. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk beberapa hal diantaranya : 1. Mengetahui pengaruh pemberian flavonoid terhadap morfometrik ginjal itik Cihateup terpapar panas. 2. Mengetahui perbedaan itik Cihateup terpapar panas yang diberi flavonoid dan tanpa pemberian flavonoid terhadap morfometrik ginjal itik Cihateup terpapar panas. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, akademisi, dan para pembaca serta menjadi tambahan informasi dalam ilmu pengetahuan baru, dan dapat dijadikan bahan referensi dalam pengembangan nutrisi ternak.
3 1.5 Kerangka Pemikiran Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona homeostasis. Zona ini akan terganggu pada keadaan itik mengalami stres. Banyak faktor yang menyebabkan itik menjadi stres salah satunya adalah faktor paparan panas yang menyebabkan itik mangalami stres panas. Sifat itik yang terbiasa dengan lingkungan air membuat itik mudah menjadi stres ketika terpapar panas (Noor, 2009). Munculnya stres panas pada ternak unggas dapat menjadi pemicu munculnya berbagai macam penyakit dan menghambat laju pertumbuhan (Tabiri dkk., 2000). Perubahan mikroskopis terjadi pada jaringan hati dan ginjal yang merupakan organ yang aktivitasnya selama mengalami cekaman panas meningkat terkait dengan fungsinya sebagai organ detoksifikasi dan sekresi (Aengwanich dan Simaraks, 2004). Perubahan fisiologis lain yang terjadi pada ternak unggas yang mengalami stres panas adalah secara mikroskopis pada jaringan hati dan ginjal ditemukan adanya degenerasi lemak dengan adanya vakuola, serta ditemukan adanya nekrosis dan infiltrasi sel-sel radang. Adanya degenerasi dan nekrosa pada hati dan ginjal diduga karena kekurangan asupan oksigen dan gangguan pengaturan energi pada sel selama mengalami cekaman panas. Terjadi respon termoregulasi tubuh dalam upaya mengurangi pembentukan panas dan meningkatkan pengeluaran panas ketika itik mengalami stres panas, akibatnya sel-sel mengalami gangguan pembentukan energi dan hal ini menjadi pemicu terjadinya kematian sel secara nekrosis maupun apoptosis (Sugito dkk., 2007). Stres mengakibatkan proses metabolisme terganggu sehingga mengakibatkan produk metabolisme menjadi suatu radikal bebas yang membunuh
4 sel-sel di dalam ginjal itik (Cheville, 2006). Radikal bebas diproduksi dalam sel melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase, sedangkan pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida, dan kelompok oksigen reaktif lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Sumber utama radikal bebas pada keadaan normal adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan retikulum endoplasma dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah reaksi oksidasi-reduksi melalui donor elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Produk radikal bebas ini dikenal dengan Reactive Oxygen Species (ROS) (Arief, 2012). ROS menginduksi peningkatan kematian sel (apoptosis) dan meningkatkan senyawa karsinogenik dalam proses pencernaan nutrien yang menyebabkan nekrosis. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kematian sel terjadi karena penurunan imunitas tubuh akibat mengalami stres panas (Chen dkk. 2009). Flavonoid merupakan salah satu senyawa alami yang tersebar luas pada tumbuhan yang disintesis dalam jumlah sedikit (0,5-1,5%) dan dapat ditemukan hampir pada semua bagian tumbuhan. Flavonoid mampu meningkatkan imunitas dan menurunkan kematian sel (nekrosis dan apoptosis) (Ardo, 2005).
5 Flavonoid terdiri atas 90% diosi dan 10% hespiridin, mempunyai efek meningkatkan vaskularisasi dan proteksi pada endotelium vaskular. Hasil studi klinik dan eksperimen flavonoid dapat meningkatkan vaskularisasi dan menurunkan oedem. Pada penelitian terbaru membuktikan bahwa flavonoid mempunyai efek antiinflamasi dan antioksidan (Acar dkk., 2002). Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, flavonoid mampu meningkatkan imunitas, menurunkan kematian sel (nekrosis dan apoptosis) dan mengikat radikal bebas, dapat ditetapkan hipotesis bahwa pemberian flavonoid dapat meminimalisir kerusakan sel ginjal itik Cihateup terpapar panas. 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kandang percobaan Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang di mulai pada bulan Februari 2017 hingga bulan Maret 2017. Analisis dilakukan di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas MIPA, dan di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran