BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB III METODE PENELITIAN

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai peranan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab I ketentuan. umum pasal 1,

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB III METODE PENELITIAN. kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan untuk dapat memperoleh sumber data yang valid, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB III METODE PENELITIAN

angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai rumusan masalah yang ada, maka jenis penelitian yang penulis

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan mengarah pada memanusiakan manusia dalam upaya menumbuhkan potensi sumber daya manusia secara optimal. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses kehidupan manusia. Dengan kata lain pendidikan sebagai kebutuhan manusia dalam proses berfikir, bersikap, bertindak, maupun berperilaku. Proses pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia secara utuh dan menyeluruh. Tujuan pendidikan merupakan sasaran inti dalam proses pendidikan dan mengarahkan pada perbuatan mendidik. Oleh karena itu rumusan tujuan pendidikan harus jelas dan tepat agar proses pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 dikemukakan mengenai tujuan pendidikan nasioanl, bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadatuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk membina kepribadian anak didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Djahiri (1985:4) yang menyatakan bahwa: Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan tempat belajar dimana anak akan berusaha membina, mengembangkan dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan dan masa depannya. Sekolah merupakan salah satu tempat mempersiapkan generasi muda menjadi manusia yang dewasa dan dan berbudaya. Uraian di atas dapat diartikan bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berupaya membina, mengembangkan dan menyempurnakan segenap potensi yang ada pada diri anak menuju proses pendewasaannya. Dalam upaya mencapai tingkat kedewasaan yang optimal bagi anak didik, maka sekolah berusaha mewujudkannya dengan jalan melaksanakan program-program pengajaran. Program-program pengajaran yang dilaksanakan di sekolah tentunya sudah disesuaikan secara terstruktur berdasarkan tujuan kurikuler yang ada. Melalui proses pengajaranlah seluruh potensi seperti: kejujuran, kepandaian, sopan santun, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang ada pada diri anak akan terbentuk dan terbina dengan baik di sekolah. Penanaman tata tertib terhadap siswa sebagai generasi muda memang sangatlah penting. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang juga sebagai sarana pendidikan nilai moral dan norma bagi siswa, tentunya mempunyai hukum atau aturan yang dapat membatasi setiap perilaku siswa.

Tata tertib merupakan hukum atau aturan yang dapat diterapkan di sekolah.menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998:37), peraturan atau tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan. Keberadaan tata tertib sekolah berfungsi sebagai pedoman berperilaku bagi siswa selama mereka bersekolah. Dalam lingkungan sekolah tata tertib diperlukan untuk menciptakan kehidupan sekolah yang tertib, tentram, kondusif dan penuh dengan kedisiplinan. Sehingga keberhasilan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Keberagaman latar belakang dan potensi yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap tingkat ketaatan siswa dalam mematuhi tata tertib, oleh karena itu tidak mengherankan jika ada siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang ada menyebabkan siswa tersebut melakukan pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang biasa dilakukan siswa di sekolah cukup beragam, diantaranya kesiangan, membolos, keluar kelas pada waktu jam pelajaran, tidak suka memakai atribut sekolah, tidak mengikuti upacara bendera serta masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran lainnya. Pembinaan terhadap tata tertib siswa ini perlu dilakukan terutama bagi siswa yang sering melakukan pelanggaran. Dalam hal ini guru dan seluruh personil sekolah lainnya harus mampu menjadi pembimbing. Sebagaimana pendapat Mulyasa (2005:37), bahwa:

Guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, tertuma dalam hal pembelajaran. Oleh karena itu dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri dalam berbagai tindakan dan perilakunya. Timbulnya kesadaran siswa akan kewajibannya untuk mematuhi tata tertib sekolah diharapkan tertanam pada perilaku atau moral siswa. Sehingga siswa dapat berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku, salah satunya adalah perilaku disiplin. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan hukum dan pendidikan nilai yang mempunyai misi untuk menerapkan disiplin dengan tata tertib sekolah dalam memperlancar studinya di sekolah yang bersangkutan. Penerapan tata tertib sekolah yang disertai hukuman atau sanksi dibutuhkan sebagai usaha dalam membantu meningkatkan kedisiplinan siswa. Dengan adanya hukuman dan sanksi diharapkan akan membuat siswa jera dan tidak mengulangi perbuatan yang melanggar peraturan yang pada akhirnya dapat dirasakan pengaruhnya bagi siswa dalam membentuk kepribadian yang utuh atau kepribadian yang bermoral dan berdisiplin. Pada dasarnya setiap sekolah telah berusaha untuk merumuskan tata tertib yang diberlakukan bagi siswanya di SMPN 9 Bandung. Salah satu sekolah di wilayah kota Bandung tersebut sudah berupaya untuk menerapkan tata tertib sekolah, namun sejak diberlakukanya tata tertib tersebut masih ada pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dengan berbagai pola pelanggaran yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil observasi pada pra penelitian di SMPN 9 Bandung pada

siswa yang ada di sekolah tersebut hampir sebagian besar (40%) melanggar aturan atau tata tertib sekolah. Bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh kebanyakan siswa yaitu pelanggaran penampilan, datang ke sekolah tidak tepat waktu dan lain-lain. Agar dapat mengetahui bagaimana efektivitas pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib di sekolah, maka penulis melakukan penelitian tentang hal tersebut dengan mengambil judul: Efektivitas Pemberian Sanksi Terhadap Pelanggaran Tata Tertib di Sekolah (Studi kasus pada siswa SMPN 9 Bandung) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang dikemukakan pada bagian terdahulu, maka perlu kiranya dirumuskan pokok permasalahan. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Efektivitas pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib disekolah? Untuk mempermudah penganalisaan hasil penelitian, maka peneliti menjabarkan masalah pokok tersebut dalam beberapa sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk sanksi yang diberikan oleh pihak Sekolah kepada siswa yang telah melanggar peraturan atau tata tertib sekolah? 2. Bagaimana Kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam penerapan sanksi terhadap pelangaran tata tertib sekolah?

3. Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam mengatasi masalah penerapan sanksi terhadap pelanggaran tata tertib sekolah? 4. Apakah penerapan sanksi yang diberikan terhadap siswa yang melanggar tata tertib menimbulkan efek jera bagi siswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan Efektivitas pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib disekolah Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Bentuk sanksi yang diberikan oleh pihak Sekolah kepada siswa yang telah melanggar peraturan atau tata tertib sekolah. 2. Kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam penerapan sanksi terhadap pelangaran tata tertib sekolah. 3. Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam mengatasi masalah penerapan sanksi terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. 4. Apakah penerapan sanksi yang diberikan terhadap siswa yang melanggar tata tertib menimbulkan efek jera bagi siswa. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan kewarganegaraan serta masukan yang sangat penting dalam meningkatkan sikap disiplin siswa di SMPN 9 Bandung. Dalam artian ilmu untuk ilmu. 2. Praktis Secara praktis dengan mengetahui Efektivitas pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib disekolah diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi sekolah, memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait dalam proses pendayagunaan tenaga kependidikan khususnya dalam pembinaan disiplin siswa yang dilakukan dlam lingkup sekolah tidak hanya terbatas aktivitas yang sudah jelas tercantum dalam tata tertib sekolah, melainkan juga mencakuo seluruh aktivitas yang menjadi tanggung jawab semua guru. b. Bagi pendidik atau guru, peneliti ini semoga menjadi masukan dalam memberikan bekal pengetahuan untuk mengarahkan, mendidik, dan membina siswa dalam meningkatkan disiplin. c. Bagi siswa, memberikan masukan agar senantiasa mentaati tata tertib sekolah sehingga dapat menumbuhkan perilaku disiplin, baik disiplin dalam kehidupan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. E. Definisi Operasional 1. Efektivitas

Efektivitas sudah pasti berbicara tentang pemanfaatan segala sarana dan prasarana untuk menunjukan keberhasilan sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sondang P. Siagian (2001:24) yang memberikan definisi: Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat di atas, maka suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif dan efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Adapun pengertian efektivitas menurut Saksono (1984) adalah : efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. 2. Sanksi atau Hukuman a. Pengertian sanksi atau Hukuman Hukuman merupakan salah satu alat pendidikan refresif yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap siswa yang melakukan pelanggaran dalam upaya menegakkan peraturan atau tata terbib sekolah. Hukuman dapat pula diartikan sebagai sanksi. Hukuman ini merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan bagi siswa. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang definisi hukuman. Diantaranya langeveld yang dikutip oleh Kartini Kartono (1992:261) mengemukakan bahwa: Hukuman adalah perbuatan yang dengan sadar dan disengaja diberikan serta mengakibatkan nestapa pada anak atau sesame manusia yang menjadi tanggungan kita, dan pada umumnya ada dalam kondisi yang lebih lemah secara fisik maupun psikis daripada kita, juga memerlukan kita. b. Tujuan sanksi atau Hukuman

Tujuan hukuman yaitu untuk mendidik dan menyarankan siswa bahwa perbuatan yang salah mempunyai akibat yang tidak menyenangkan. Hukuman diperlukan juga untuk mengendalikan perilaku disiplin tetapi hukuman buakn satu-satunya cara untuk mendisiplin anak atau siswa. c. Fungsi-fungsi sanksi atau Hukuman Hukuman memiliki tiga fungsi, yaitu menghalangi pengulangan tindakan, mendidik sebelum siswa mengerti peraturan, siswa dapat belajar tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman, dan memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat. 3. Tata tertib a. Pengertian tata tertib Di lingkungan sekolah yang menjadi hukum atau patokan seseorang untuk tidak melanggar peraturan dinamakan tata tertib sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998: 37), mengemukakan bahwa peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan. Selanjutnya menurut Indrakusumah (1973: 140), mengartikan tata tertib sebagai sederetan peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau dalam tata kehidupan tertentu. b.tujuan tata tertib Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang menunjang terhadap kelancaran, ketertiban dan suasana yang damai dalam pembelajaran.

Menurut Kusmiati (2004: 22), bahwa tujuan diadakannya tata tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir tujuan tata tertib, yaitu: 1) Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh warga. 2) Terciptanya suasana bersih dan sehat yang terasa dan Nampak pada seluruh warga. 3) Menciptakan kondisi yang teratur yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian. 4) Menciptakan lingkungan yang baik 5) Membina tata hubungan yang baik antar individu c. Fungsi tata tertib Selain memiliki tujuan tata tertib sekolah pun memiliki fungsi yang penting dalam membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76): Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak-anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok, apapun cara mendisiplinkan yang digunakan yaitu peraturan sebagai pedoman perilaku, konsisten dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajak dan melaksanakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang ssejalan dengan perilaku yang berlaku. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti dapat menguraikan beberapa data yang diperoleh. Menurut Lexy J. Moleong dalam bukunya metode Penenlitian Kualitatif (2010:6) : Penelitian kualitatif adalah penenlitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, secara holistic dan dnegan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pemilihan pendekatan dan metode sangat diperlukan dalam penelitian, hal tersebut dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiono (2011:9) bahwa: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode pada dasarnya merupakan cara yang digunakan untuk mencapai sesuatu. Menurut Arikunto (2006: 160) bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Mengenai metode penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Danial dan Wasriah (2009:62): Metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Tujuan metode deskriptif adalah memperlihatkan

keberadaan suatu fenomena yang ada, misalnya dengan menggunakan sensus, sosial ekonomi penduduk, potensi pendidikan dan lainnya. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian dibutuhkan data yang relevan dengan tujuan penelitian, oleh karena itu dibutuhkan teknik pengumpulan data yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Observasi Menurut Nasution (2003:106), bahwa observasi menurut kenyataan, melukiskannya dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah. b. Wawancara Endang, Danial (2009) Merumuskan bahwa : Wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadalan dialog, Tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, atau dimana saja. c. Studi Dokumentasi Dalam menuliskan hasil penelitian diperlukan sejumlah dokumen sebagai sumber data yang mendukung penelitian. Oleh karena itu, studi dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian. Danial dan Wasriah (2009:79) mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb. Teknik ini digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan suatu objek maupun keadaan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. d. Studi Literatur Menurut Danial dan Warsiah (2009:80), studi literatur adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini penulis gunakan dalam penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, memperoleh buku-buku, dan sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian. 3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Miles dan Huberman 1984 (dalam Sugiyono, 2011: 246), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berikut alur kegiatan dalam proses analisis data kualitatif: a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data/proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. b. Penyajian Data Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian dapat disajikan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.

c. Menarik Kesimpulan / Verifikasi Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan dan kecakapan peneliti. Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. G. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 9 Bandung, dengan mengambil satu guru Bimbingan Konseling, Guru PKn, Wakasek Kesiswaan dan lima dari keseluruhan jumlah siswa-siswi kelas VIII yang sering terlibat dalam melakukan pelanggaran tata tertb sekolah. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan guna memperoleh gambaran atau data yang berasal dari responden. Tempat atau lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Bandung, yang berada di jalan Semar No.5 Bandung dengan nomor telp. 022 6014886. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah adanya informasi bahwa di sekolah ini banyak siswa yang sering melanggar peraturan dan tata tertib yang diberlakukan disekolah. Kurang

disiplinnya para siswa mengakibatkan siswa yang sering melanggar mendapatkan sanksi atau hukuman.