BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. Kajian Analisis

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB IV ANALISIS TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH KOTA BENGKULU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KERENTANAN (VULNERABILITY)

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alhuda Rohmatulloh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

MITIGASI BENCANA BENCANA :

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

Manajemen Bencana. Suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN RISIKO BENCANA

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

B U P A T I B A N D U N G

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

Powered by TCPDF (

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

Regu Kesiapsiagaan dan Kewaspadaan Dini; Regu Pengamanan; Regu Pertolongan Pertama Pada Korban dan Kebakaran;

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

Definisi Bencana (2) (ISDR, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Transkripsi:

203 BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAN REKOMENDASI Dalam bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan sebelumnya, yang selanjutnya diberikan rekomendasi atau usulanusulan dalam menggurangi risiko bahaya bencana tersebut, hal ini perlu dilakukan agar hasil dari studi ini dapat bermanfaat untuk wilayah yang dikaji. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, mulai dari analisis identifikasi daerah rawan bencana tsunami di wilayah kajian, analisis tingkat risiko bencana tsunami, serta analisis potensi pemanfaatan ruang, dapat ditarik beberapa kesimpulan studi kajian ini yaitu sebagai berikut. 1. Daerah Rawan Bencana Tsunami Kecamatan Labuan Berdasarkan hasil analisis Daerah Rawan Landaan Tsunami (Run-Up) di wilayah pesisir Kecamatan Labuan ada 6 Desa yang termasuk ke dalam daerah rawan landaaan tsunami, yaitu Desa Caringin (Luas 80,42 Ha), Desa Cigondang (Luas 82,95 Ha), Desa Kalanganyar (Luas 0,59 Ha), Desa Labuan (Luas 69,88 Ha), Desa Sukamaju (Luas 23,80 Ha), dan Desa Teluk (Luas 80,80 Ha). 2. Kondisi Tingkat Risiko Bencana Kecamatan Labuan - Berdasarkan analisis tingkat kerentanan, yang merupakan hasil dari perkalian antara nilai baku kerentanan fisik, nilai baku kerentanan sosial kependudukan, dan nilai baku kerentanan ekonomi maka dapat diketahui wilayah yang memiliki tingkat kerentanan bencana klasifikasi tinggi yaitu Desa Rancateureup, Desa Labuan, dan Desa Caringin. Dimana dari segi kerentanan fisik wilayah tersebut termasuk memiliki persentase sebaran permukiman yang dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi untuk tingkat bahaya bencana yaitu berada di Desa Labuan.

204 Dari segi kerentanan sosial kependudukan dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi untuk tingkat kerentanan sosial kependudukan tinggi yaitu berada di Desa Rancateureup. Sedangkan untuk tingkat kerentanan ekonomi dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi yaitu berada di Desa Kalanganyar, Desa Banyubiru, dan Desa Caringin. - Berdasarkan analisis tingkat ketahanan dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi berada di Desa Cigondang yang artinya wilayah tersebut memiliki ketahanan yang rendah. Sedangkan untuk klasifikasi nilai baku rendah berada di Desa Sukamaju, Desa Labuan, dan Desa Caringin yang artinya wilayah tersebut memiliki ketahanan yang tinggi. Berdasarkan tingkat ketahanan sumberdaya buatan dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi berada di Desa Cigondang, Desa Banyumekar, dan Desa Banyubiru, yang artinya wilayah tersebut memiliki ketahanan sumberdaya buatan yang rendah. Sedangkan untuk klasifikasi nilai baku rendah berada di Desa Labuan, yang artinya wilayah tersebut memiliki ketahanan sumberdaya buatan yang tinggi. Sedangkan berdasarkan tingkat ketahanan mobilitas dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi berada di Desa Cigondang, Desa Kalanganyar, Desa Labuan, Desa Teluk, dan Desa Caringin yang artinya wilayah tersebut memiliki ketahanan mobilitas yang rendah. Sedangkan untuk klasifikasi nilai baku rendah berada di Desa Banyumekar, yang artinya wilayah tersebut memiliki ketahanan mobilitas yang tinggi. - Untuk analisis tingkat risiko bencana tsunami di Kecamatan Labuan dilakukan dengan menjumlahkan seluruh faktor (faktor bahaya, faktor kerentanan dan faktor ketahanan), sebelumnya faktor-faktor tersebut dikalikan dengan bobotnya masing-masing, sehingga hasil akhirnya yaitu mendapatkan nilai baku dari tingkat risiko bencana. Berdasarkan analisis tingkat risiko bencana dapat diketahui bahwa klasifikasi nilai baku tinggi yaitu berada di Desa Teluk, Desa Sukamaju, Desa Labuan, dan Desa Caringin yang artinya wilayah tersebut memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi.

205 3. Kondisi Potensi Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kecamatan Labuan Wilayah Kecamatan Labuan sudah memiliki potensi pemanfaatan ruang untuk mitigasi bencana tsunami, karena sudah terdapat jenis pemanfaatan ruang seperti hutan vegetasi di pesisir pantai, adanya tembok penahan ombak, bangunan yang berfungsi untuk shelter, keberadaan rambu evakuasi, serta tempat evakuasi berupa lapangan olahraga. 6.2 Rekomendasi Rekomendasi disusun berdasarkan analisis tingkat risiko bencana yang menunjukan tingkat risiko terhadap bencana tsunami. Dimana rekomendasi ini berisikan arahan tindakan kegiatan pada kondisi yang sedang berlangsung. Arahan tersebut merupakan upaya pencegahan dan pengendalian dalam mengurangi atau meminimalisir kerugian dan kerusakan akibat dampak yang ditimbulkan oleh adanya bencana. Maka dari itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko bencana tsunami di wilayah Kecamatan Labuan yaitu dengan cara menurunkan nilai indikator faktor kerentanan (vulnerability) dan menaikkan nilai indikator faktor ketahanan/kapasitas. Adapun upaya yang dilakukan diarahkan pada desa-desa yang termasuk dalam klasifikasi risiko tinggi terhadap bencana, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 6.1 berikut ini. Tabel 6.1 Rekomendasi Rekomendasi Berdasarkan faktor penyebab utama tingginya risiko bahaya bencana tsunami yang disebabkan oleh faktor bahaya dan faktor ketahanan, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah: Memberikan aturan-aturan yang tegas dari pemerintah setempat, hal ini perlu dilakukan agar aktivitas penduduk lebih terkosentrasi di wilayah atau daerah aman, selain itu untuk mencegah terjadinya penyebaran kawasan terbangun seperti permukiman di wilayah atau daerah yang berpotensi terhadap risiko bahaya tsunami. Karena faktor bahaya sangat berpengaruh maka perlunya dilakukan sosialisasi untuk pencegahan dini kepada masyarakat, bila perlu melakukan pelatihan-pelatihan mengenai

206 Rekomendasi manajemen bencana mulai dari keadaan sebelum terjadinya bencana, keadaan saat terjadi bencana hingga keadaan setelah bencana selesai, hal ini sangat diperlukan agar masyarakat dapat memahami tindakkan-tinjdakkan apa saja yang perlu mereka lakukan dalam meminilisasi risiko bahaya. Bila terdapat aktivitas yang padat di daerah potensi bahaya seperti kawasan permukiman, perdagangan dan sebagainya maka perlunya dilakukan relokasi kawasan, dimana aktivitas tersebut perlu di distribusikan ke daerah-daerah yang aman dan jauh dari risiko bencana tsunami. Perlunya penyediaan tempat penggungsian dan jalur evakuasi bencana yang diinformasikan kepada masyarakat agar tanggap dalam menghadapi bahaya bencana tsunami. Selain itu karena tingkat ketahanan di wilayah ini sangat rendah maka perlunya meningkatkan kemampuan baik dari ketahanan sumber dayanya maupun dari ketahanan aksesibilitas dan mobilitasnya. Hal ini dilaskukan agar masyarakat memiliki kekuatan sumberdaya dan aksesbilitas/ mobilitas yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri mencegah, menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana. Berdasarkan Ketahanan Wilayah : Perlunya peningkatan kemampuan sumberdaya seperti penyediaan sarana prasarana kesehatan, air bersih dan peningkatan kualitas tenaga kesehatannya, Peningkatan kemampuan aksesibilitas dan mobilitas seperti penambahan jaringan jalan pada setiap wilayah yang belum memiliki rangan jalan dan peningkatan kualitas dan kuantitas jumlah armada untuk mempermudah dalam proses evakuasi korban bencana tsunami. Bila terjadi peningkatan ketahanan maka akan semakin baik dalam meminilisasi kerugian yang akan terjadi bila terjadi bencana. Perlunya kewaspadaan terhadap bencana bencana tsunami, dengan meningkatkan kemampuan yaitu ketahanan sumberdaya dan mobilitas/ aksesibilitas, agar menggurangi tingkat kerentanan, seperti kerentanan fisik, sosial penduduk dan ekonomi. Sumber : Hasil Analisis, 2016 6.3 Studi Lanjutan Dalam studi ini terdapat keterbatasan-keterbatasan baik keterbatasan metode analisis maupun keterbatasan materi yang dikaji. Untuk itu perlu dilakukannya studi studi lain yang dapat melengkapi, sehingga menjadi lebih

207 komprehensif. Adapun saran untuk studi-studi lanjutan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Studi lebih lanjut mengenai analisis bahaya pasca bencana. Mulai dari tahap tanggap darurat, tahap rehabilitasi, dan tahap rekonstruksi. 2. Studi mengenai perhitungan kerusakan fisik maupun ekonomi yang diakibatkan oleh bencana tsunami. 3. Studi lanjut yang membahas mengenai kawasan-kawasan peraturan zonasi kawasan rawan bencana sehingga lebih jelas terutama mengenai jalur evakuasi korban, tempat pengungsian dan lain sebagainya. 4. Studi mengenai kajian antara mitigasi yang perlu dilakukan oleh pihak pemerintah dan mitigasi yang perlu dilakukan oleh masyarakat agar lebih memahami hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam upaya mitigasi bahayanya.

208 BAB VI... 203 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 203 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 203 6.1 Kesimpulan... 203 6.2 Rekomendasi... 205 6.3 Studi Lanjutan... 206 No table of figures entries found. No table of figures entries found. No table of figures entries found. Tabel 6.1 Rekomendasi... 205