BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan. Proses pemulihan perekonomian dunia pada tahun 2011

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. demikian, rasio tersebut relatif lebih rendah di banding negara kawasan Asia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau melakukan penagihan. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan pengeluaran dalam satu periode. Kinerja keuangan bank merupakan salah satu kondisi keuangan bank pada

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

ANALISIS KINERJA KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SETELAH ARSITEKTUR PERBANKKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan merupakan sektor yang cukup dinamis dan meluas cakupanya,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. termasuk satu negara bank based yaitu negara yang sebagian besar

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. beban dan sangat menyusahkan, sebaliknya bank bank lain bahkan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan perekonomian. Peranan strategis disebabkan oleh fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan tingkat kegiatan ekonomi di masyarakat. Salah satu indikator ekonomi terpenting adalah pertumbuhan ekonomi, yang untuk pencapaiannya tidak saja dipengaruhi oleh pembiayaan yang memadai, tetapi juga oleh masalah distribusi sumber daya yang ada. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi, secara keseluruhan perekonomian Indonesia memperlihatkan kinerja yang cukup baik selama periode 2000-2010 dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Sejak tahun 2007 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sekitar 6,28% terhadap tahun 2006 yang sebelumnya sebesar 5,51%, dan pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan 6,1% dari tahun 2007. Pada tahun 2010 ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 6,1%, yang sebelumnya di tahun 2009 sebesar 4,5%. Dilihat dari keterangan di atas keadaan perkonomian Indonesia mulai membaik meskipun kondisi di sektor perbankan nasional sempat mengalami keterpurukan akibat dari krisis finansial secara global yang diawali melonjaknya harga BBM hingga pelemahan nilai tukar rupiah yang menyebabkan inflasi. 1

2 Secara tidak langsung krisis yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 berpengaruh terhadap perbankan indonesia, karena bagaimanapun juga pondasi ekonomi dunia masih didominasi oleh negara Amerika. Krisis finansial ini membuat bank sentral mengambil kebijakan untuk menaikan suku bunga. Sehingga industri perbankan Indonesia ikut menaikan suku bunganya untuk menyeimbangkan pendapatan. Pengalaman dari krisis ekonomi dan krisis global tersebut telah membuat sektor perbankan pada akhirnya harus menumbuhkan kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tehadap sektor perbankan sehingga industri perbankan dapat tetap bertahan dilihat dari segi permodalan, kualitas aset, pendapatan, dan likuiditas. Menyikapi permasalahan ini, pemerintah dan otoritas moneter melakukan beberapa kebijakan untuk mengurangi kekhawatiran publik terhadap kapabilitas bank nasional. Pemerintah melalui Bank Indonesia meluncurkan regulasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada awal tahun 2004 yang merupakan suatu kerangka dasar perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan dan tatanan industri perbankan untuk rentang lima sampai sepuluh tahun ke depan. Kebijakan dari Arsitektur Perbankan Indonesia sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi nasional dikarenakan pada saat itu perbankan nasional belum memiliki suatu kelembagaan perbankan yang cukup kokoh untuk mengatasi krisis. Visi yang melandasi API adalah untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan

3 API adalah menuntut perbankan nasional penguatan struktur perbankan nasional melalui memperkuat permodalan. Pada awal tahun 2009 kondisi perbankan mulai membaik, tercermin dari penurunan tingkat suku bunga yang cukup signifikan. Menurunnya suku bunga serta indikator makro ekonomi lainnya yang terus membaik telah menjadi bukti bahwa sektor perbankan dapat meningkatkan peranan aktif fungsi intermediasinya, yaitu sebagai perantara dari pihak yang mempunyai dana lebih untuk disalurkan pada pihak yang kekurangan dana. Hingga akhir tahun 2010 kondisi perbankan di Indonesia dinilai aman. Indikator penting perbankan, seperti aset, kredit, dana, dan laba serta rasio-rasio kesehatan memiliki angka yang baik. Tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari bagaimana kinerja suatu bank. Tingkat kesehatan perusahaan dalam hal ini bank penting artinya untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (terlikuidasi) pada perusahaan perbankan. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank dengan menggunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan hal sangat penting dalam perbankan, karena rasio profitabilitas menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Perbankan Indonesia dinilai menghasilkan profitabilitas terbaik di Asia meski memiliki tingkat penetrasi pasar terendah di kawasan Asia, berdasarkan penilaian Fitch Ratings (natpac-asset.co.id) apabila diukur dari pendapatan bunga bersih (net interest margin / NIM) dan tingkat imbal hasil aset (Return On Asset / ROA),

4 perbankan di tanah air menunjukkan profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara di kawasan Asia. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia selama tahun 2006 2010 dilihat dari sisi Profitabilitas seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Kinerja Bank Umum 2006-2010 (State Owned Banks Performance) Miliar Rp (Billion Rp) Indikator 2006 2007 2008 2009 2010 PROFITABILITAS - ROA (%) 2,64 2,78 2,33 2,60 2,86 - BOPO (%) 86,98 84,05 88,59 88,63 86,14 - NIM (%) 5,80 5,70 5,66 5,56 5,73 Ket : data tidak termasuk Bank Umun Syariah Sumber : www.bi.go.id data statistik perbankan (diolah) Dalam tabel 1.1 Dari data di atas terlihat bahwa perkembangan kinerja Bank umum dari sisi profitabilitas menunjukan kinerja yang baik. Terdapat beberapa indikator dalam menilai kinerja keuangan dari sisi profitabilitas antara lain Return on Asset (ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Net Interest Margin (NIM). Bank Indonesia dalam menghitung profitabilitas lebih mengutamakan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) yang mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari ratarata setiap rupiah aset yang dimiliki bank. Profitabilitas yang dilihat dari rasio ROA mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sebesar 2,78 % yang meningkat dari

5 tahun 2006 yang sebelumnya 2,64%, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 2,33% dan kembali naik di tahun 2009 sebesar 2,60% begitupun pada tahun 2010 menjadi 2,86%. Kondisi di atas sudah bisa dikatakan baik mengingat standar yang telah ditetpkan Bank Indonesia ROA bank sehat yaitu >1,25%. (Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum). Di tengah beratnya tantangan yang dihadapi, bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja yang positif. Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas bank-bank di Indonesia stabil pada tingkat yang memadai. Sistem perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat sehingga akan mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang selanjutnya akan membantu bank untuk mampu memperkuat permodalan melalui pemupukan perubahan laba ditahan. Sehingga diharapkan perbankan nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu meningkatkan daya saingnya sehingga tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik tetapi justru diharapkan produk dan jasa perbankan yang ditawaran bank nasional mampu bersaing dipasar internasional. Meskipun demikian, kondisi perbankan secara nasional ini sepertinya tidak serta merta merepresentasikan secara parsial kondisi keseluruhan bank yang ada di dalamnya. Karena meskipun bank nasional yang secara umum memiliki indikator yang baik, akan tetapi jika dilihat dari kondisi secara parsial dari masing-masing bank, ternyata terdapat bank yang mengalami hal yang sebaliknya dari perolehan rata-rata bank secara nasional. Bank tersebut justru memiliki rekaman kinerja yang kurang baik dan sangat tidak diharapkan dengan perolehan

6 profitabilitas yang rendah. Bahkan tidak saja untuk tahun sekarang, namun juga lima tahun terakhir dengan memperlihatkan perolehan tingkat keuntungan yang makin buruk, dimana hampir mendekati angka kerugian yang diperoleh selama lima tahun terakhir. Bank yang dimaksud adalah PT Bank Capital Indonesia Tbk. Terlebih, jika dilihat berdasarkan kinerja bank secara nasional, ROA Bank Capital masih di bawah rata-rata kinerja bank secara nasional. Tabel 1.2 Perbandingan ROA 5 Bank umum di Indonesia 2006-2010 Bank ROA 2006 2007 2008 2009 2010 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1,1% 2,3% 2,5% 3,0% 3,4% BRI 4,36% 4,61% 4,18% 3,73% 4,64% PT BTN (Persero) Tbk 1,78% 1,89% 1,80% 1,47% 2,05% Bank Permata 1,2% 1,9% 1,7% 1,4% 1,9% PT Bank Capital Indonesia 2,95% 2,13% 1,14% 1,42% 0,74% Sumber : www.bo.go.id (diolah) Tabel 1.2 memperlihatkan ROA yang diperoleh beberapa Bank Umum di Indonesia selama tahun 2006-2010 mengalami fluktuasi, walaupun demikian Bank Mandiri, BRI, BTN dan Bank Permata masih dapat mempertahakan tingkat ROA, pada akhir tahun 2010 ROA yang diperoleh ke empat bank tersebut masih diatas standar bank sehat yang telah ditetapkan Bank Indonesia yaitu >1,25%. Berbeda dengan Bank Capital mulai tahun 2006 yang berada pada poin 2,95%

7 hingga 2010 terus mengalami penurunan hingga di bawah standar sebesar 0,74%. Bank Capital juga tidak berada dalam 10 besar peringkat Bank terbaik di Indonesia. PT Bank Capital Indonesia Tbk atau yang lebih dikenal dengan BACA merupakan salah satu bank nasional, yang dalam beberapa tahun terakhir memiliki laporan keuangan yang kurang baik. Berikut adalah laporan profitabilitas PT Bank Capital Indonesia Tbk : Gambar 1.1 Return on Asset (ROA) PT Bank Capital Indonesia Tbk 2006-2010 Apabila dilihat dari grafik 1.1 di atas profitabilitas PT Bank Capital Indonesia Tbk yang disajikan mengalami fluktuasi, tetapi pada setiap akhir tahun mengalami penurunan mulai tahun 2006 ROA berada di 2,95%, di akhir tahun 2007 juga menurun di poin 2,13% begitupun tahun 2008 hingga berada di poin 1,14% tetapi sempat ada peningkatan di akhir tahun 2009 di poin 1,42% lalu terus

8 menurun hingga tahun 2010 sebesar 0,74%, yang berada di bawah standar ROA bank sehat yang telah ditetapkan Bank Indonesia sebesar >1,25%. Penurunan tingkat profitabilitas dengan rasio ROA yang dialami PT Bank Capital Indonesia Tbk secara terus menerus dapat menyebabkan kerugian baik dari sisi internal bank tersebut maupun eksternal. Secara Internal apabila keuntungan yang didapat berkurang maka modal kedepannya untuk menjalankan operasi bank pun akan berkurang dan akan menghambat kegiatan bank maupun expansi perusahaan juga terhambat. Para investor pun akan menarik sahamnya apabila melihat kinerja perusahaan kurang baik dengan begitu nilai perusahaan akan turun. Tingkat kepercayaan pemilik dana yang merosot tentu akan menyebabkan para pemilik dana untuk mengambil dananya kembali. Kemudian apabila penarikan dana dilakukan dalam waktu serentak maka bank bisa bangkrut dan ditutup. Para pemilik atau investor mengharapkan pertumbuhan pendapatan, aliran dana, dan deviden yang jika tidak dikombinasikan maka ketiganya akan menghasilkan pertumbuhan nilai ekonomi modal yang ditanamkan (Kuncoro dan Suhardjono, 2002:557). Secara Eksternal menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank yang disusul oleh loyalitas pemilik dana akan berkurang. Tingkat profitablitas bank bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, keamanan, sosial, dan budaya maupun faktor internal yang berhubungan langsung dengan bank salah satunya adalah tingkat likuiditas dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) karena kegiatan utama bank adalah menyalurkan kredit. Menurut Muljdono (1995:132) bahwa :

9 Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah pemanfaatan aset-aset yang semula tidak produktif menjadi aset yang produktif, pengendalian biaya, adanya tingkat kenaikan bunga secara umum, tingkat kredit bermasalah, tinggi rendahnya profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor likuiditas, pada perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2005:58) : Salah satu ketentuan perbankan yang sangat berpengaruh terhadap keberanian para eksekutif perbankan untuk memperbesar volume kreditnya dalam rangka mengejar profitabilitas yang tinggi adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Maka LDR sebagai tolak ukur bank untuk memperbesar volume kredit untuk mencapai profit yang tinggi. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang sangat umum digunakan sebagai indikator untuk mengukur likuiditas bank yang kemudian sering dijadikan penilaian strategi suatu bank. Rasio ini umum digunakan karena kegiatan utama bank adalah pemberian kredit yang pendanaannya berasal dari masyarakat atau pihak ketiga. LDR memperlihatkan seberapa besar dana yang dihimpun bank untuk disalurkan kembali kepada nasabah dalam bentuk kredit. Berikut adalah laporan LDR pada PT Bank Capital Indonesia Tbk : Gambar 1.2 Loan to Deposit Ratio PT Bank Capital Indonesia Tbk 2006-2010

10 Dilihat dari gambar 1.2 LDR cenderungan mengalami penurunan tiap periodenya, posisi LDR PT Bank Capital Indonesia Tbk berada di bawah angka ideal yang berkisar di antara 90%-110%. Pada akhir tahun 2006 sebesar 84,26% di akhir tahun 2007 menurun ke poin 73,26%, terus menurun ke poin 67,72% di tahun 2008 hingga akhir tahun 2010 berada di titik 50,60% yang dengan kata lain PT Bank Capital Indonesia, Tbk terlalu berhati-hati dan sangat konservatif dalam menyalurkan kreditnya. Ini berarti adanya penyaluran kredit yang kurang sehingga akan membuat profitabilitas kurang optimal. Pengembangan dan pengelolaan kredit yang baik akan membuat bank mampu meningkatkan profitabilitas. Semakin baik rasio LDR maka akan meningkat pula profitabilitas yang diperoleh. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat permasalahan yang serius pada pertumbuhan usaha PT Bank Capital Indonesia Tbk dalam beberapa tahun terakhir. Yaitu, adanya profitabilitas yang rendah dengan perolehan yang selalu menurun pada beberapa tahun terakhir. Penurunan profitabilitas tersebut diindikasikan terjadi karena tingkat LDR Bank Capital yang rendah. Berdasarkan uraian di atas dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kinerja PT Bank Capital Indonesia, Tbk dilihat melalui LDR serta pengaruhnya terhadap profitabilitas (ROA) PT Bank Capital Indonesia, Tbk. maka penulis mengambil judul sebagai berikut: PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP PROFITABILITAS PT BANK CAPITAL INDONESIA, TBK

11 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Indentifikasi Masalah Kinerja bank salah satunya dapat dilihat dari profitabilitasnya. Kemampuan bank dalam menghasilkan profit akan bergantung pada kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan semakin tinggi return semakin baik karena berarti dividen yang dibaggikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga akan semakin besar. PT. Bank Capital Indonesia, Tbk dinilai memliki kinerja keuangan yang kurang memuaskan dilihat dari sisi Return Of Asset pada tahun 2006 sampai tahun 2010. Tingkat profitabilitas yang cenderung menurun ini diduga akibat rendah tingkat likuiditas, hal ini juga diperkuat dengan penurunan yang cukup signifikan yang berdampak pada profitabilitas PT Bank Capital Indonesia, Tbk. Rendahnya penyerapan kredit menyebabkan akan timbulnya Idle money sehingga mengakibatkan profitabilitas tidak akan maksimal. Sebaliknya jiga penyerapan kredit terlalu berlebih yaitu diatas 110% maka akan dikhawatirkan kekurangan likuiditas. Jika hal tersebut terjadi maka akan mengganggu keberlangsungan usaha bank. 1.2.2 Rumusan Masalah Selanjutnya untuk menunjang proses pembahasan agar menjadi lebih terarah dan memperoleh hasil yang diinginkan, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut :

12 1. Bagaimana gambaran Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT Bank Capital Indonesia, Tbk? 2. Bagaimana gambaran Profitabilitas dengan rasio ROA pada pada PT Bank Capital Indonesia, Tbk? 3. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas pada PT Bank Capital Indonesia, Tbk? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui gambaran Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT Bank Capital Indonesia, Tbk 2. Untuk mengetahui gambaran Profitabilitas dengan ratio ROA pada pada PT Bank Capital Indonesia, Tbk 3. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas pada PT Bank Capital Indonesia, Tbk 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis dan keilmuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam ilmu manajemen keuangan dan perbankan, yaitu tentang Loan to Deposit Ratio, dan juga memberikan sumbangan terhadap teori

13 profitabilitas yang diwakilkan dengan ROA dan juga hubungan keduanya. Selain itu, juga diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan, pengetahuan, dan ilmu serta pengalaman bagi penulis yang berkaitan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Profitabilitas dengan rasio Return On Assets (ROA). 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, bagi para perumus kebijakan dan pengambil keputusan perusahaan atau bank, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengelola dan mengendalikan tingkat LDR dan Profitabilitas bagi pihak bank. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait strategi pencegahan dan penyelesaian terhadap LDR serta cara penyelamatan LDR agar tidak berdampak pada tingkat profitabilitas bank. Dengan demikian, bank dapat terus mempertahankan usahanya dengan memperoleh laba yang berkesinambungan dari waktu ke waktu dan menambah kekuatan dan daya tahan perusahaan.