POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

TINJAUAN PUSTAKA. dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

MIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologi hutan dari Jerman (Handayanto & Hairiah, 2007). dikelompokkan menjadi ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza/arbuscular

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada Tanaman

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH AGEN HAYATI TERHADAP SERAPAN HARA NITROGEN (N) dan KALIUM (K) TITONIA (Tithonia diversifolia) PADA ULTISOL

I. PENDAHULUAN. Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

I. PENDAHULUAN. hanya sekitar 7,8% dari 15 TW (terawatt) konsumsi energi dunia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah simbiosis mutualistik, hubungan antara fungi dan akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

H105. PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) YANG DIINOKULASI DENGAN CAMPURAN MIKORIZA VA DI TANAH ULTISOL.

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh Tanaman. Tanaman kedelai tumbuh di daerah khatulistiwa antara 55ºLU-55ºLS. Kedelai juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi

SULISTIYOWATI A

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan

TINJAUAN PUSTAKA. dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang senang mengkonsumsinya. Kebutuhan jagung manis nasional tanun 2015

MIKORIZA & POHON JATI

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

Waktu dan Cara Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kopi

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIKORIZA VESIKULAR-ARBUSKULAR DI LAHAN KERING MASAM, LAMPUNG TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-An am ayat 99:

Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari Perakaran Tanaman Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

TINJAUAN PUSTAKA. ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza.

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

CARA TUMBUHAN MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN PATOGEN. Mofit Eko Poerwanto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mendorong permintaan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian,

Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

PENTINGNYA IMUNISASI BAGI BIBIT TANAMAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai

7 PERANAN TRICHODERMA, MICORIZA DAN POSFAT TERHADAP TANAMAN KEDELAI PADA TANAH SANGAT MASAM (HUMITROPETS)

Eksplorasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan, Madura

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

RESPON TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L.Gaud) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA ULTISOL

PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, P. falciparum, maupun P. malariae. Hampir

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA. 2. Pemilihan mikroba pelarut fosfat CONTOH ISOLAT DARI TANAH VERTISOL GADING GUNUNG KIDUL

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Kacang Tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau

IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DESA POTERAN, PULAU POTERAN, SUMENEP MADURA DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOFERTILIZER PADA TANAMAN CABAI RAWIT

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BEBERAPA JENIS BENEFICIAL MICROBE ASAL LAHAN KERING MASAM, LAMPUNG TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah penduduk, sehingga bahan pangan yang tersedia harus

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

Eksplorasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan, Madura

Transkripsi:

POTENSI PEMANFAATAN MIKORISA VESIKULAR ARBUSKULAR DALAM PENGELOLAAN KESUBURAN LAHAN KERING MASAM Lahan kering masam merupakan salah satu jenis lahan marginal dengan produktivitas rendah, mempunyai nilai ph rendah, kandungan hara N, P, K, Mg, dan Ca rendah, Al dan Mn tinggi yang akan menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman. Ketersediaan lahan kering masam di Indonesia masih luas dan berpotensi untuk pengembangan areal tanam tanaman pangan. Ditinjau dari aek biologi, lahan ini tergolong miskin mikrobia, rata-rata mempunyai kandungan mikrobia yang rendah, sekitar 29,4x10 1-14,8x10 4 cfu/gram tanah (Prihastuti, 2007 a ). Mikorisa vesikular arbuskular banyak ditemukan di lahan kering masam, karena mempunyai kemampuan bertahan hidup pada lahan tersebut. Mikorisa adalah bentuk asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman dalam bentuk jalinan interaksi yang kompleks. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan ektrum yang sangat luas baik dalam hal tanaman inang, jenis mikorisa maupun penyebarannya (Wilson et. al. 1983). Berdasarkan bentuk oranya, setidaknya ada delapan jenis esies mikorisa di lahan kering masam (Tabel 1). Mikorisa vesikular-arbuskular dapat membentuk resting ore dalam tanah, baik secara tunggal maupun dalam bentuk orokarp. Spora mikorisa dapat terbentuk pada ujung hifa eksternal dengan ukuran bervariasi antara 100-600 m tergantung pada jenisnya. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan, keberadaan mikorisa dapat diamati dalam bentuk ora. Dalam bentuk ora, mikorisa dapat mempertahankan kehidupannya untuk waktu yang cukup lama dan ora dapat berkecambah setelah kondisi lingkungan memungkinkan diawali dengan proses infeksi akar (Bundrett, 2006). Keberagaman jenis mikorisa di lahan kering masam yang cukup tinggi menunjukkan adanya tingkat kepekaan tanaman inang terhadap infeksi mikorisa yang tinggi pula. Jenis mikorisa yang terdapat pada daerah risosfer didominasi oleh yang ditunjukkan oleh jumlah ora yang lebih besar pada rentang ph tanah 4.35-6.00 (Tabel 2). Dengan demikian, apabila hendak mengembangkan pemanfaatan mikorisa perlu diawali dengan melakukan isolasi atau perbanyakan mikorisa jenis atau dengan introduksi jenis ini ke lahan tersebut (Prihastuti, 2007 b ).

Tabel 1.Mikorisa vesikular arbuskular di lahan kering masam No. Bentuk ora Nama esies Ciri khas 1. Gigaora Spora tunggal di dalam tanah, ukurannya besar, bentuk globos margarita atau subglobos, tidak mempunyai lapisan dinding dalam, tabung kecambah dihasilkan secara langsung dari dinding ora, sel 2. Glomusmos eae 3. Glomusvers iforme 4. Acauloora 5. Endogone pisiformis pelengkap berduri dan berdinding tipis. Spora tunggal pada terminal hifa non-gametangium yang tidak berdiferensiasi di dalam suatu orokarp, pada saat dewasa ora dipisahkan dari hifa pelekat oleh sebuah sekat, ora bentuk globos, dinding ora terdiri atas lebih dari satu lapis. Spora tunggal ataupun berpasangan dua pada terminal hifa nongametangium yang tidak berdiferensiasi di dalam suatu orokarp, pada saat dewasa ora dipisahkan dari hifa pelekat oleh sebuah sekat, ora bentuk globos, subglobos, ovoid ataupun obovoid dengan dinding ora terdiri atas lebih dari satu lapis. Spora tunggal di dalam orokarp, melekat secara lateral pada hifa yang ujungnya menggelembung dengan ukuran yang hampir sama dengan ora, bentuk oraglobos, subglobos, ellips atau fusiform melebar Spora tunggal di dalam orokarp, bentuk ovoid mempunyai dua suensor, ukuran ora sedang 6. Smilacinara cemosa Spora tunggal dengan bentuk panjang atau pendek dimorphis, 5-8 ora membentuk koloni. 7. Entrophoora 8. Scutelloora Sumber: Prihastuti (2007 b ). Spora dihasilkan secara tunggal dari perbesaran tangkai kantung orogen di dalam tanah, kantung orogen berdinding tipis, putih padat dan akan menjadi kosong karena isinya dipindahkan ke dalam ora Spora tunggal di dalam tanah atau di dalam sel korteks akar, ukuran ora besar, bentuk globos, subglobos, ovoid atau obovoid, dinding ora terdiri dari lebih dua lapis dinding, tabung kecambah dihasilkan dari pelindung kecambah di dekat dasar ora di dinding dalam. Tingkat kemelimpahan mikorisa pada lahan kering masam dapat ditentukan melalui analisis tingkat infeksi akar dan penghitungan ora mikorisa pada daerah perakaran. Tingkat infeksi akar oleh mikorisa dikategorikan cukup tinggi apabila mencapai nilai rata-rata lebih dari 50 %. Tanaman kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mempunyai reon positif terhadap infeksi mikorisa, keadaan ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan produktivitas tanaman pangan tersebut di lahan kering masam (Tabel 3.). Lahan kering dengan nilai ph masam (4,35-6,00), diketahui mempunyai tingkat infeksi mikorisa pada akar tanaman inang ubi kayu mencapai 90,33 %, ubijalar 84,30 %, kedelai 74,49 %, dan kacang tanah 63,79 % (Tabel 3). Keadaan ini menunjukkan bahwa perbedaan ph tanah tidak terlalu berpengaruh pada tingkat infeksi akar (Prihastuti et. al., 2008). Hal ini menunjukkan bahwa setelah terjadi proses infeksi akar, mikorisa akan berkembang di dalam jaringan akar dengan baik tanpa ada pengaruh oleh ph tanah. Secara umum hal ini menunjukkan bahwa mikorisa di lahan kering masam dapat menginfeksi akar tanaman dan berkembang dengan baik.

Tabel 2. Jenis mikorisa dan kemelimpahannya pada lahan kering masam ph tanah Komoditas Jumlah ora /g tanah Jenis mikoriza Kemelimpahan 4,35 4,80 5,15 6,00 Kedelai 146 Kacang tanah 86 Ubi kayu 54 Kedelai 147 Kacang tanah 20 Ubi kayu 33 Kedelai 311 Kacang tanah 67 Ubi kayu 95 Kedelai 82 Ubi kayu 43 Ubi jalar 83 Scutelloora Scutelloora Entrophoora Scutelloora Entrophoora Keterangan: = jarang = agak rapat = rapat = melimpah Sumber: Prihastuti (2007 c ).

Tabel 3. Tingkat infeksi mikorisa pada rentang ph tanah pada lahan kering masam Komoditas Tingkat infeksi akar (%) pada ph tanah Jumlah Rerata 4,35 4,80 5,15 6,00 Kedelai 56,52 83,33 64,00 94,12 297,70 74,49 Kacang tanah 95,45 86,11 73,58-255,14 63,79 Ubi kayu 93,75 85,00 90,90 91,67 361,32 90,33 Ubi jalar - - - 84,30 84,30 84,30 Jumlah 270,09 228,48 254,44 245,72 998,46 312,91 Rerata 90,03 76,16 84,81 81,91 249,62 78,23 Sumber: Prihastuti et.al. (2010) Jumlah ora yang ditemukan di lahan kering masam mencapai 33 311 ora/g tanah. Rata-rata jumlah ora mikorisa per gram tanah pada perakaran kedelai sebanyak 171 ora, kacang tanah 57 ora, ubi jalar 83 ora dan ubi kayu 56 ora (Tabel 4). Salah satu manfaat ora adalah dapat digunakan sebagai alat perkembangbiakan, maka hal ini merupakan potensi mikorisa vesikular-arbuskular untuk diaplikasikan di lahan kering masam. Tabel 4. Jumlah ora mikorisa pada beberapa tingkat kemasaman tanah dan jenis tanaman. Komoditas Jumlah ora mikorisa (/g tanah) pada ph tanah Jumlah Rerata 4,35 4,80 5,15 6,00 Kedelai 146 147 311 82 686 171,50 Kacang tanah 89 20 67-176 58,67 Ubi kayu 54 33 95 43 225 56,25 Ubi jalar - - - 83 83 83,00 Jumlah 289 200 473 208 1170 369,42 Rerata 96,33 66,67 157,67 79,33 292,50 92,36 Sumber: Prihastuti et.al. (2010) Pada dasarnya kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk perkecambahan ora mikorisa. Demikian pula kondisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Mikorisa mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks. Infeksi mikorisa dalam sel akar tanaman ditunjukkan dengan terbentuknya vesikula dan arbuskula yang sangat penting peranannya dalam simbiosis antara mikorisa dan tanaman (Wilson and Trinik, 1983). Dengan terbentuknya vesikula dan arbuskula dalam sel tanaman, berarti simbiosis telah terjadi dengan sempurna dan tanaman dapat memanfaatkan hasil kerja mikorisa berupa unsur hara yang diserap dari dalam tanah. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Hifa eksternal bermanfaat untuk mendukung fungsi reproduksi serta tranortasi karbon dan hara lainnya ke dalam ora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah yang digunakan oleh tanaman. Keberadaan mikorisa dalam akar tanaman menyebabkan beberapa perubahan pada morfologi akar secara umum seperti perubahan struktur sel akar dan kepekatan sitoplasma, namun tidak mempengaruhi perubahan fisiologi tanaman inang secara signifikan. Potensi peningkatan penyerapan mineral dari tanah untuk perubahan status nutrisi jaringan inang, pada gilirannya mengubah aek struktural dan biokimia dari sel-sel akar. Beberapa hal di atas dapat

mengubah permeabilitas membran, sehingga kualitas dan kuantitas akar juga akan semakin meningkat. Mikorisa juga mampu menginduksi perubahan komposisi mikroba risosfer dan pengaruh akhir dari proses tersebut adalah tanaman sehat, lebih mampu menahan tekanan lingkungan dan mentoleransi atau mengurangi efek penyakit tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang bermikorisa dapat menyerap pupuk fosfat lebih tinggi hingga 10 27% dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikorisa, yaitu 0,4 13%. Tanaman bermikorisa dapat menghemat penggunaan pupuk nitrogen hingga 50%, pupuk fosfat sebesar 27% dan pupuk kalium mencapai 20%. Akar yang bermikorisa lebih tahan terhadap patogen akar karena adanya lapisan mantel (jaringan hifa) menyelimuti akar dan melindungi akar. Di samping itu, beberapa mikorisa dapat menghasilkan antibiotik yang dapat menyerang bakteri, virus, jamur yang bersifat patogen. Secara tidak langsung mikorisa juga berperan dalam memperbaiki struktur tanah dengan menyelimuti butir-butir tanah, menjadikan stabilitas agregat meningkat dengan adanya gel polisakarida yang dihasilkannya. Pemupukan dengan mikorisa cukup dilakukan sekali selama tanam dan aman bagi lingkungan. Mikorisa merupakan mahluk hidup, maka sejak berasosiasi dengan akar tanaman akan terus berkembang dan selama itu pula berfungsi membantu tanaman (Linderman, 2004). Mikorisa mempunyai potensi untuk dikembangkan pada lahan kering masam, sehingga dapat memperbaiki ketersediaan hara bagi tanaman di lahan tersebut. Teknologi pemanfaatan mikorisa di lahan kering masam meliputi pemanfaatan inokulum, perbaikan kondisi lahan, dan kesesuaian tanaman inang. Mikorisa mempunyai struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara tanaman tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion. Beberapa peneliti melaporkan bahwa penggunaan mikorisa memberikan interaksi positif terhadap tanaman inang, antara lain dalam bentuk: (1) meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P, (2) menahan infeksi patogen, (3) toleran terhadap logam berat yang bersifat racun terhadap tanaman, (4) memperbaiki struktur tanah dan tidak mencemari lingkungan, serta (5) pemupukan dilakukan sekali seumur tanaman. Referensi Brundrett, M. 2006. Mycorrhizae-mutualistic plant-fungus symbioses. (35 pictures). http://mycorrhiza.ag.utk.edu/ Linderman, R. G. 2004. Role of VAM Fungi in Biocontrol.. In. Pfleger, F. L. and R. G. Linderman (eds). Mycorrhizae and plant health. p. 1-26. APS Press, The American Phytopathological Society, St Paul, Minnesota. Prihastuti. 2007 a. Beberapa jenis beneficial microbe asal lahan kering masam, Lampung Tengah. Bul. Palawija 14 (5): 60-68. 2007 b. Isolasi dan karakterisasi mikoriza vesikular arbuskular di lahan kering masam, Lampung Tengah. Berkala Penelitian HAYATI 2 (2): 99-106.. 2007 c. Peluang dan tantangan aplikasi pupuk hayati pada tanaman kacang-kacangan. Agritek 15(3): 617-624. Prihastuti dan Sudaryono. 2008. Tingkat kemelimpahan mikoriza vesikular arbuskular di lahan kering masam. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Pencemaran Lingkungan Pertanian Melalui Pendekatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu, Surakarta, 28 Maret 2006, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Hal. 388-395,, dan E. Handayanto. 2010. Keanekaragaman jenis mikoriza vesicular arbuskular dan potensinya dalam pengelolaan kesuburan lahan ultisol. Di dalam: Prihastuti, Sudaryono, Handayanto, editor. SeminarNasional Biologi. [24-25 Sept 2010, Yogyakarta]. Yogyakarta (ID): Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Wilson, J. M. dan Trinik. 1983. Infection development and interaction between VAM fungi. New Phytol. 93: 543-553,, and C. A. Parker. 1983. The identification of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi using immunofluorescence. Soil Biol. Biochem, 15: 439-445. Sagit-Prihastuti