BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imajinasinya, maka akan semakin baik kualitas karya sastra yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

PENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PEMENTASAN DRAMA MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Ilham, Mohamad Sahril dan Nini

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

PROGRAM SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/ 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KD Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang sudah dibaca

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut beberapa situs di internet, naskah-naskah teater Molière

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah karya yang bersifat imajinatif yang mengandung nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KERANGKA PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Naskah drama merupakan karangan yang berisi kisah. Bahkan kadang juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

ANALISIS LATAR NASKAH BARABAH KARYA MOTINGGO BUSYE Oleh: Fatmah Supu Ipong Niaga S.Sn, M.Sn ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat maupun di kalangan sekolah dan perguruan tinggi. Fungsi itu diciptakan selain bertujuan untuk memberi pesan, menghibur, juga memberikan kegunaan kepada pembaca dan kepada penonton. Menurut Endraswara (2011:16), drama adalah dialogis 1, artinya karya ini tidak begitu saja didapatkan dengan mudah, karena ia hadir atas dasar imajinasi terhadap hidup kita. Inti drama tidak lepas dari sebuah tafsir kehidupan, bahkan apabila diartikan, drama sebagai mimetik. Detail atau tidak, drama dikonotasikan sebagai lensa besar yang memotret kehidupan secara imajinatif. Sebagai karya sastra, drama mempunyai karakter khusus, yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukan pada sisi lain, Damono & Hasanuddin (dalam Dewojati, 2010:1). Selama ini, pembicaraan tentang drama biasanya lebih banyak terfokus pada produk pementasan atau pertunjukannya. Sampai saat ini, kritik teks drama sebagai bagian kritik sastra tidak begitu populer dan terkesan jalan di tempat, bergerak dan terkungkung diranah akademik. 1 Bersifat terbuka dan komunikatif; membutuhkan penjelasan baik untuk mencari solusi [penerj]. 1

Umumnya jarang disadari bahwa drama sangat penting, dan sampai sekarang masih minim para pengajar sastra yang mengedepankan drama dibandingkan jenis sastra lainnya, padahal jenis puisi, prosa dan drama mempunyai kedudukan yang sama penting, hubungan ke tiga jenis sastra (drama, prosa dan puisi) tersebut, seharusnya dibahas secara berimbang. Anggapan lain menyatakan bahwa drama dipentaskan hanya untuk tontonan, setelah pertunjukan berakhir penonton berhamburan keluar tanpa memberikan pesan yang dalam. Endraswara (2011:11), mengatakan bahwa memang tidak keliru anggapan tersebut, menurutnya hampir semua drama dipentaskan untuk ditonton orang banyak. Drama tanpa penonton jelas sulit ditafsirkan, karena yang memberikan apresiasi adalah penonton. Siapapun dan apapun latar belakangnya, apalagi kalau dirunut dari aspek etimologi, bahwa drama awalnya berupa oratoria 2, yang berasal dari Yunani kuno draomai yang berarti bertindak, berlaku, berbuat atau melakukan sesuatu. Di sisi lain, resensi serta kritik teks naskah drama di media massa masih jarang dan bahkan terhenti ketika drama dieksekusi di atas panggung. Intinya, keberhasilan drama seolah-olah hanya di genggaman para aktor, sutradara dan penata pentas sebagai eksekutornya, padahal selain action, nyawa drama juga terdapat pada teks dramanya, (Dewojati, 2010:1). Sejalan dengan itu, maka teks drama perlu ruang tersendiri untuk pengkajian. Pengkajian dengan cara membaca merupakan proses pemberian makna dan pembuatan makna pada sebuah teks atas dasar suatu konvensi. Proses 2 Seni berbicara di depan umun dengan fasih dan efektif dan atau berpidato dengan menggugah emosi orang yang terlibat [penerj]. 2

pemberian makna juga merupakan proses timbal balik antara konvensi dan sebuah teks drama. Berdasarkan konvensi tersebut, maka teks drama dapat membentuk satuan-satuan tanda berupa kosakata, bahasa kiasan, frase maupun kalimat yang dapat membantu dalam memberikan sebuah makna konvensi (Pradopo, 2009:122). Salah satu naskah lakon yang menarik untuk diteliti adalah naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye. Drama realis 3 ini mengangkat kehidupan manusia secara nyata, artinya nyata dalam bentuk peniruan, bukan dengan seni tradisi, melainkan peniruan sesuai dengan kenyataan yang ada. Malam Jahanam pernah memenangkan sayembara penulisan naskah lakon yang diadakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1958. Drama ini merupakan drama satu babak yang menampilkan sisi gelap manusia, di samping aspek ketulusan dan kelembutan hati. Malam Jahanam adalah lakon yang mencoba memberikan kebenaran yang nyata, apa adanya, tanpa menyembunyikan sisi buruknya. Ardiana (1990:149) menekankan bahwa, berapresiasi drama seharusnya tidak sekedar mendaftar judul-judul naskah dan pengarang tanpa tahu warna dan bentuk, apalagi isinya kemudian dikemas dalam pertunjukan. Kesalahan tersebut sudah sering dilakukan tanpa disadari bagi pemula yang bergelut pada seni pertunjukan. Jadi kesimpulannya adalah memahami naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye, harus dilakukan dengan mengakrabi secara sungguh-sungguh. Mengakrabi naskah lakon Malam Jahanam mengandung arti 3 Paham atau aliran seni yang berusaha meceritakan sesuatu sebagaimana kenyataan; penganut paham realisme [penerj]. 3

bahwa, peneliti harus membaca dan menginterpretasi hal-hal yang mengandung sistem tanda dibalik teks realisnya. Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji keberadaan naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye, dengan menggunakan pendekatan semiotik. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik yang berpijak terhadap dua aliran berbeda, yang sama-sama mempelajari sistem penandaan, yakni Ferdinand De Saussure yang dikenal dengan dikotomi, sebagai sistem tandanya dan Charles Sanders Peirce dikenal dengan trikotomi sebagai jenis tandanya. Kedua teori ini akan saling melengkapi dalam mengidentifikasi dan memaknai sebuah tanda pada teks drama. Melalui pendekatan ini, peneliti dengan mudah akan memahami dan mengetahui sistem tanda dalam naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boeyse, seperti yang dikemukakan Pradopo, bahwa untuk menemukan tanda dalam bahasa, semiotiklah alatnya 4. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tanda dan sistem tanda dalam naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye, ditinjau dari pendekatan semiotik? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui satuan makna yang terkandung dalam naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye. 4 Dikutip dari buku Beberapa Teori Sastra, Metode dan Penerapannya oleh Pradopo (1995). Hal. 121. 4

2. Untuk mendeskripsikan sistem tanda yang terkandung dalam naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye. 3. Sebagai sarana pembanding dalam membuka diskusi tentang drama yang berdimensi sastra maupun drama yang berdimensi seni pertunjukan, khususnya di kalangan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan pengalaman khusus bagaimana proses telaah semiotik terhadap naskah lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye. 2. Dapat memberikan acuan dalam mengkaji tanda pada teks naskah dengan menggunakan pendekatan semiotik. 3. Dapat dijadikan bahan rujukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. 2. Bab II Landasan Teori Membahas tentang Kajian Penelitian yang Relevan Sebelumnya, Konsep Umum Semiotik, Landasan Teori; Dikotomi Ferdinand De 5

Saussure, Trikotomi Charles Sanders Peirce, Jenis Tanda, serta Sinopsis Naskah Lakon Malam Jahanam karya Motinggo Boesye. 3. Bab III Metodologi Penelitian Membahas mengenai Metode Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data. 4. Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan Membahas mengenai Temuan Penelitian, Tabel I berupa Identifikasi Tanda pada Naskah Lakon Malam Jahanam, berdasarkan Dikotomi Saussure, Tabel II Identifikasi Tanda pada Naskah Lakon Malam Jahanam, berdasarkan Trikotomi Peirce, Pemaknaan Tanda berdasarkan Tabel I, Pemaknaan Tanda berdasarkan Tabel II; dikelompokan berdasarkan pemaknaan jenis tanda pada Indeks dan pemaknaan berdasarkan jenis tanda pada simbol. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran. Yakni menyimpulkan hasil dari seluruh pembahasan serta memberikan beberapa saran mengenai penulisan ini. 6