BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI. Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Desa tersebut berbatasan dengan:

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA UPACARA BENDERA BULAN JULI 2011 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 18 Juli 2011

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL PELAKSANAAN TRADISI NGAPATI DI DESA SUROBAYAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan suatu budaya yang dari budaya itu lahirlah sebuah tradisi yang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB III PENYAJIAN DATA. penulis lakukan dengan cara observasi, wawancara dan angket terhadap

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisa dengan analisis induktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peneliti menggunakan metode wawancara kepada informan yang ditentukan secara purposive

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Tradisi Nyadran sebagai Komunikai Ritual

BAB V Kesimpulan Dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang


KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

PRAKTEK RITUAL BAKAR DUPA DALAM PANDANGAN ISLAM DESA LAWONUA KEC.BESULUTU KAB. KONAWE

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

PEDOMAN WAWANCARA A. Aparat Desa Margolinduk Bonang Demak B. Tokoh Mayoritas NU di Desa Margolinduk Bonang Demak

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. science is lame ; Ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

BAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB IV ANALISIS DATA. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 115

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Tradisi Sadranan Di Dusun Krajan Desa Tegowanu Wetan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Tradisi Ruwatan Desa dalam Slametan Sya`banan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP. 8) : : : : :

IMPLEMENTASI SILA PERSATUAN INDONESIA PENERAPAN PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SRUNI

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Assalamualaikum Wr. Wb

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

TRADISI NYADRAN DI DESA GROGOLAN, KEC. NOGOSARI, KAB. BOYOLALI

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM SEDEKAH LAUT DI KELURAHAN BANDENGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA ACARA HALAL BI HALAL KELUARGA BESAR PERPUSTAKAAN NASIONAL RI. Senin, 27 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah :

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Transkripsi:

60 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Nyadran di desa Pagumenganmas Tradisi Nyadran merupakan tradisi atau adat mengunjungi makam yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang disertai dengan pembacaan yasin, tahlil dan doa yang dikirimkan kepada para leluhur desa serta keluarga yang sudah ada di alam kubur. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi di desa Pagumenganmas bahwa pelaksanaan tradisi nyadran di desa Pagumenganmas jatuh pada hari rabu kliwon di bulan Rajab. Ritual nyadran dilaksanakan dengan melibatkan banyak orang, berbeda dengan ziarah kubur yang masing-masing orang memilih waktunya sendiri untuk mengunjungi makam. Mereka melakukan ritual ini dengan dipimpin oleh sesepuh masyarakat desa. Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental Islami. Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian 60

61 tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh Wali Songo. Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran di desa Pagumenganmas tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat makanan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya dan keagamaan. Bagi masyarakat jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur dan keluarga yang sudah berada di alam kubur. Hal inipun yang menjadi tujuan masyarakat desa Pagumenganmas mengadakan tradisi ini pada setiap tahunnya. Kegiatan nyadran dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Tradisi tersebut memang perlu dilakukan, sebab dengan adanya nyadran akan ada sebuah penurunan budaya dari yang tua terhadap yang muda. Yaitu sebagai bentuk ajaran nyata yang diturunkan kepada para masyarakat dan terlebih anak-anak di desa Pagumenganmas untuk selalu mengenang jasa para leluhur desa yang sudah meninggal. Selain itu, tradisi nyadran memberikan pembelajaran terhadap anak untuk selalu mendoakan orang tua meski sudah ada di alam kubur. Dengan berziarah atau mengunjungi makam, seseorang akan lebih dapat mengingat kematian. Sehingga kualitas beribadah akan semakin meningkat. Serta di luar tujuan inti

62 dari nyadran, tradisi ini juga membawa dampak positif yang seharusnya tetap dilestarikan. Berikut hasil analisis peneliti tentang pelaksanaan tradisi nyadran di desa Pagumenganmas: 1. Kerja Bakti Antar Warga Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti, SY selaku ketua panitia nyadran di desa Pagumenganmas bahwa pada dua hari sebelum tradisi nyadran dimulai, warga melakukan kegiatan kerja bakti untuk bersih-bersih desa dan pemakaman. Di dukung pendapat MW bahwa pada kegiatan kerja bakti dapat mengajarkan warga untuk hidup rukun, saling membantu, bekerja sama dan gotong royong untuk menjaga kebersihan desa. Kerja bakti yang dilakukan dua hari menjelang nyadran di desa Pagumenganmas merupakan salah satu bentuk kegiatan masyarakat yang patut dan baik dilaksanakan sebagai sarana membersihkan desa dengan tanpa pamrih dan mempererat hubungan antar warga yaitu sebagai bentuk kerukunan bertetangga, saling membantu dan saling bekerja sama. 2. Tradisi saling kirim makanan Nyadran di desa pagumenganmas dimulai dengan membuat makanan yang berupa nasi beserta lauk pauknya. Beberapa jenis makanan tersebut diletakkan di dalam ancak, yaitu tempat yang terbuat dari anyaman bambu yang pada seluruh sisinya ditaruh pelepah pisang

63 kemudian diikat dengan kencang. Makanan tersebut dipakai untuk dibagi-bagikan kepada sanak saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Bagi warga yang memasak dengan jumlah banyak, tetangga dekat juga mendapatkan bagian dari makanan tadi. Seperti pernyataan MW selaku tokoh agama desa Pagumenganmas bahwa adat atau tradisi mengirim makanan meski bukan merupakan syarat dari ritual nyadran, namun sebagian warga yang mengikuti selalu menyempatkan untuk mengirim makanan kepada sanak saudaranya sebelum acara tersebut dimulai. Hal itu bertujuan untuk meningkatakan dan merekatkan hubungan kekeluargaan antara saudara, saling berbagi rejeki, shodaqoh dengan sesama.didukung juga dengan pendapat SY, DM dan RU bahwa tradisi mengirim makanan merupakan tradisi yang harus terus dilestarikan untuk belajar bershodaqah dan mempererat tali shilaturrahim antar keluarga dan tetangga. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama. Kegiatan tersebut mengandung nilai pendidikan akhlak yang nantinya akan membentuk akhlak yang baik terhadap masyarakat tersebut. Bahwasanya dalam akhlak juga bisa menunjukan berbudi pekerti yang artinya sifat yang melekat pada diri pribadi seseorang yang akan membawa dampak pada bersosialisasi dalam masyarakat.

64 3. Mengunjungi makam (Ziarah kubur) Tradisi mengunjungi makam merupakan wujud kesetiaan dan rasa berbakti generasi penerus atau anak turun kepada para leluhur dan keluarganya. Kesetiaan dan bakti akan tumbuh seiring kesadaran spiritual seseorang yang dapat memahami betapa kita hidup sekarang ini telah berhutang budi, berhutang nyawa, berhutang kemerdekaan bangsa, berhutang hutan yang hijau dan tidak rusak, sungai yang jernih, lautan masih menyimpan kekayaaan besar, berhutang budi baik dan pengorbanan, maupun berhutang harta benda warisan dari orang-orang yang menurunkan kita semua. Mendoakan leluhur dan orang tua yang sudah meninggal merupakan salah satu cara berbakti yakni untuk membalas kebaikan orang tua, para leluhur atau pendahulunya. Seperti yang diungkapkan MW bahwa kegiatan yang paling utama dalam nyadran adalah ziarah ke makam orang tua dan para leluhur disertai dengan pembersihan makam dan menabur bunga di atasnya. Kegiatan ini mengajarkan kepada warga terutama anak-anak sebagai penerus bangsa untuk berbakti kepada kedua orang tuanya baik masih hidup maupun sudah meninggal dengan mengirimkan doa kepada mereka. Selain itu, dapat menjalin shilaturrahmi, melestarikan tradisi ahlussunnah waljamaah. Senada dengan pernyataan DM dan SY bahwa dengan berziarah dapat mengingat jasa-jasa para orang tua dan leluhur desa

65 Pagumenganmas. Selain itu sebagai bentuk penghormatan warga desa Pagumenganmas terhadap jasa para leluhur desa. 4. Besik (Membersihkan Makam dan menaburi bunga) Seseorang berziarah pada waktu ritual nyadran biasanya lebih terasa mantab jika ia datang sambil membawa bunga untuk ditaburkan atau diletakkan di atas makam yang diziarahi. ziarah ke makam orang tua dan para leluhur disertai dengan pembersihan makam dan menabur bunga di atasnya. Kegiatan ini mengajarkan kepada warga terutama anak-anak sebagai penerus bangsa untuk berbakti kepada kedua orang tuanya baik masih hidup maupun sudah meninggal dengan mengirimkan doa kepada mereka. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh SY, dan DM selaku tokoh agama dan tokoh masyarakat desa Pagumenganmas. Menurut Muhammad Sholihin Peletakan bunga di atas makam ini memiliki faedah dan manfaat yang besar bagi si mayit. Sesuai dengan kegunaan dan faedahnya, hendaklah bunga yang diletakkan di atas makam bunga yang tidak cepat layu dan kering, karena selama bunga itu masih belum kering, maka si mayit akan merasakan guna dan faedahnya, yakni mendapatkan pengampunan dari Allah. 81 81 Muhammad Sholihin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa. (Yogyakarta: PT Suka Buku), hlm. 417.

66 5. Menggelar Kenduri Kenduri atau selametan dalam ajaran Islam adalah agar membentuk prinsip kerukunan pada masyarakat untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis dalam semua hubungan sosial, dalam keluarga, dalam rukun tetangga, di desa dan dalam setiap pengelompokan. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh MW, DM, dan SY. Menurut mereka acara kenduri dapat menjadikan suasana seluruh masyarakat bernafaskan semangat kerukunan dan keharmonisan dengan adanya ritual atau tradisi selametan tersebut. Dalam ritual tahlil dan selametan ini juga terdapat atau disertai dengan bebagai pembacaan ayatayat Al-Quran, dzikir, tahlil dan diakhiri dengan doa khusus yang isinya memanajatkan doa keselamatan untuk arwah yang sudah meninggal. B. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Nyadran di desa Pagumenganmas kec. Karangdadap kab. Pekalongan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di desa Pagumenganmas dalam pelaksanaan tradisi nyadran terdapat beberapa macam nilai pendidikan Islam di dalamnya. Baik ketika pra acara maupun saat ritual nyadran dimulai, nilai-nilai tersebut dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Nilai Pendidikan Ibadah Acara inti dari upacara nyadran adalah mengunjungi makam leluhur dan orang tua yang sudah ada di alam kubur untuk mendoakan keselamatan mereka di alam kubur serta membersihkan dan menabur

67 bunga di atas makam. Ritualnya berisi pembacaan yasin dan tahlil serta doa yang dikhususkan untuk para leluhur desa. Tradisi tersebut mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Dalam pembacaan tahlil di dalamnya ada pembacaan ayat al-quran yaitu surat Yasin. Demikian juga dalam pembacaan tahlil terdapat kalimat-kalimat yang menunjukkan sebagai bentuk dzikir kepada Allah. Seperti halnya menurut Muhammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam bahwa salah satu bentuk ibadah kepada Allah yaitu berdoa, berdzikir kepada Allah, memuji-nya dengan mengucapkan alhamdulillah dan membaca al-quran. 82 2. Nilai Pendidikan Akhlak a. Ziarah Kubur Berbakti kepada orang tua tidak hanya saat orang tua masih hidup, namun ketika sudah meninggalpun sebagai seorang anak harus tetap memiliki akhlak yang baik terhadap orang tua. Jika ketika masih hidup seorang anak berbakti kepada orang tua dengan cara patuh dan taat kepada keduanya, ketika orang tua sudah ada di alam kubur seorang anak yang sholeh akan selalu mendoakan keselamatan kedua orangtuanya di alam kubur. Termasuk mendoakan para leluhur yang sudah berjasa terhadap suatu desa yang ditempatinya sekarang. 82 Muhammada Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998) hlm. 245-246.

68 b. Tradisi saling mengirim makanan Masyarakat desa Pagumenganamas selalu mengedepankan rasa solidaritas dan kepedulian antar sesama. Salah satunya dengan saling memberikan shodaqah antar tetangga berupa nasi dan laukpauknya yang diberikan kepada tetangga dan sanak keluarganya sebelum acara nyadran dimulai. Menurut kyai Mawardi selaku pemimpin upacara nyadran bahwa tradisi tersebut merupakan ajang untuk berlatih shodaqah bagi setiap warga.mayarakat diajarkan untuk saling berbagi dan bershodaqah secara ikhlas tanpa ada rasa pamrih. c. Tradisi bertegur sapa Selain tradisi mengirim makanan, nilai pendidikan akhlak juga terdapat dalam tradisi saling bertegur sapa antar warga. Meski terlihat mudah dan ringan dilakukan, namun pada kenyataannya zaman sekarang tradisi tersebut sudah jarang dilakukan. Semua berjalan sendiri dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Menyapa sesama umat Islam merupakan sebuah nilai yang harus terus dilestarikan oleh masyarakat Muslim dimanapun berada. Agar dapat saling mengenal, berlaku ramah terhadap tetangga, dan lebih dekat dengan sesama warga desa. Dari ketiga kegiatan di atas terdapat nilai-nilai Islam yang berupa pendidikan akhlak terhadap sesama diantaranya rasa kepedulian, rasa kasih sayang, menyambung tali shilaturrahmi, berlaku baik kepada

69 kerabat dan tetangga, rasa ingin saling berbagi dan belajar ikhlas mengamalkan sesuatu baik berupa harta benda maupun amal perbuatan. Sesuai dengan pendapat Hery Noer Ali dan Munzier dalam bukunya Watak Pendidikan Islam bahwa Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul dalam prinsip berpegang pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan besar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah. 83 3. Nilai Pendidikan Sosial Seluruh ritual tradisi nyadran di desa Pagumenganmas baik dari awal hingga akhir, diantaranya saling mengirim makanan, ziarah ke makam, dan melakukan doa bersama mengandung nilai pendidikan sosial. Berikut akan peneliti analisis satu persatu: a. Kerja Bakti antar Warga Dalam upaya menjadikan daerah sekitar pelataran makam dan jalan desa bersih, maka warga melakukan kerja sama membersihkan tempat-tempat daerah sekitar makam. Kerja bakti ini sangat bermanfaat bagi seluruh warga. Selain untuk mengajarkan kebersihan, juga sebagai ajang shilaturrahmi antar warga dan menjalin keakraban dengan tetangga. Menurut SY selaku ketua panitia nyadran bahwa dalam kegiatan kerja bakti yag dilakukan oleh warga menjelang 2003), hlm. 30. 83 Hery Noer Ali & Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani,

70 pelaksanaan nyadran terdapat nilai-nilai kemasyarakatan. Bahwasanya kerja bakti akan menjadikan hubungan antar warga semakin harmonis. Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammada Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam bahwa Pendidikan sosial dalam Islam menanamkan orientasi dan kebiasaan sosial positif yang mendatangkan kebahagiaan bagi individu, kekokohan keluarga, kepedulian sosial antar anggota masyarakat, dan kesejahteraan umat manusia. Di antara kebiasaan dan orientasi sosial tersebut ialah pengembangan kesatuan masyarakat, persaudaraan seiman, kecintaan insani, persamaan, saling tolong menolong, kepedulian, musyawarah, keadilan sosial, dan perbaikan di antara manusia. 84 b. Tradisi saling kirim makanan Tradisi mengirim makanan kepada saudara baik yang dekat maupun yang berada di luar desa merupakan tradisi yang mencerminkan sebuah kesholehan sosial pada masyarakat. Tradisi mengirim makanan kepada sanak saudara, tetangga dekat ketika ada hari-hari besar salah satunya adalah saat nyadran, memiliki nilai sosial yang tinggi. Dalam Islampun pendidikan sosial sudah diajarkan dalam Al-quran. Tentang berbuat baik kepada kerabat dekat, tetangga dan kepada sesama orang muslim juga sudah diperintahkan oleh Allah. 84 Muhammada Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998) hlm. 245-246.

71 Seperti yang diungkapkan oleh MW selaku tokoh agama di desa Pagumenganmas bahwa bershodaqah dapat meningkatakan dan merekatkan hubungan kekeluargaan antara saudara, saling berbagi rejeki, shodaqoh dengan sesama. Bahwasannya, unsur unsur Islam yang terkandung dalam ritual ini adalah dalam Islam juga menjelaskan dengan bershodaqah akan menambah rejeki, begitupun pada tradisi mengirim makanan ada harapan semoga Allah menambah kelapangan terhadap rizqinya. Senada dengan pendapat Sutarjo Adi Susilo dalam bukunyapembelajaran Nilai-Nilai bahwa Nilai sosial menyangkut nilainilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat, yang sangat berguna bagi terciptanya interaksi sosial dan tatanan sosial yang sehat. 85 c. Kenduri/Selametan Kenduri dilakukan oleh seluruh warga yang mengikuti nyadran. Seluruh warga bertemu di daerah sekitar pelataran makam. Sebelum acara dimulai, beberapa warga menyempatkan untuk saling tegur sapa dan melakukan obrolan dengan warga lain yang hadir. Kegiatan ini menjadi ajang bertemunya seluruh masyarakat desa yang pada hari biasa belum tentu bisa bertemu dalam satu tempat yang sama dengan alasan sibuk bekerja. Saat melakukan kenduri, tidak ada perbedaan dalam status sosial, kekayaan maupun jabatan. Di dalam pelataran makam tersebut semuanya sama sebagai 85 Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai-nilai (Jakarta: PT Rajagrafindo, 2013), hlm.53.

72 hamba Allah yang akan melakukan ibadah kepada-nya yaitu berdoa, membaca ayat-ayat al-quran, dan tahlil yang mana semua itu dipanjatkan kepada Allah semata. Sehingga kegiatan selametan atau kenduri memiliki nilai sosial yang harus terus dilestarikan. Hal ini sesuai pendapat Zaem Elmubarok bahwa jika suatu nilai telah menjadi milik bersama dan telah tertanam dengan emosi yang mendalam, maka anggota masyarakat itu akan bersedia berkorban dan berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai itu seperti halnya sebuah nilai yang ada pada tradisi di suatu masyarakat. 86 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi nyadran di desa Pagumenganmas kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan dalam setiap unsur ritual tradisi nyadran dari awal hingga akhir terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yatiu nilai ibadah, nilai akhlak, serta nilai sosial. Sehingga tradisi nyadran harus terus dilestarikan. 86 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 10.