STASIUN METEOROLOGI NABIRE ANALISA CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI TIMIKA TANGGAL 05 JANUARI 2017 OLEH : EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr NABIRE 2017
ANALISA CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI TIMIKA TANGGAL 05 JANUARI 2017 I. PENDAHULUAN Berdasarkan informasi dari media online (www.salampapua.com) dan (timikaexpress.com) tanggal jumat, 06 Januari 2017, menyebutkan telah terjadi angin kencang di jalan Yos Sudarso, Kilo Meter 5 kawasan Nawaripi pada hari kamis tanggal 05 Januari 2017 jam 13.00 WIT, yang mengakibatkan sejumlah pohon tumbang dan menerbangkan atap seng rumah.
Gambar 1. Kejadian pohon tumbang menimpa sepeda motor dimana tercatat kecepatan angin di Stasiun Meteorologi Timika, kecepatan angin mencapai 24 knot (48 Km/Jam) dengan durasi sekitar 15 menit
II. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER A. Sea Surface Temperature Gambar 2. Analisa SST & Anomali SST tanggal 05 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Secara umum, suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia pada tanggal 05 Januari 2017 berkisar antara 27 s/d 30 0 C dengan anomali (+0.5) s/d (+3) 0 C terhadap normalnya. Untuk wilayah perairan Timika, suhu muka laut pada kisaran 29 30 0 C dengan nilai anomali positif antara (+1) s/d (+2) 0 C terhadap normalnya. Suhu muka laut yang hangat tersebut ini menyebabkan kandungan di udara cukup banyak. Kondisi tersebut menyebabkan potensi pembentukan awan awan konvektif sangat besar dan kondisi cuaca cenderung berawan di wilayah sekitar kota Timika.
B. Outgoing Longwave Radiation (OLR) Gambar 3. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 09 Juli 2016 s/d 07 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 09 Juli 2016 s/d 07 Januari 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Timika : -30 W/m2 s/d -50 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya.
C. ENSO (El Nino South Osciilation) Gambar 4. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI tanggal 05 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 05 Januari 2017 yang bernilai 0.28 dan data SOI tanggal 05 Januari 2017 yang bernilai + 6.3, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 05 Januari 2017, menunjukkan kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap air dari samudera pasifik timur ke pasifik barat tidak signifikan yaitu aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur rendah.
D. MJO (Madden Julian Oscillation) Gambar 5. Track MJO tanggal 05 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 05 Januari 2017 yang berada di tengah lingkaran kuadran, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
E. Pola Tekanan Udara (Isobar) Gambar 6. Analisa Tekanan Udara Permukaan jam 00.00 tanggal 05 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 05 Januari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian utara terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 1 (satu) daerah tekanan rendah (Low Pressure) dan wilayah Indonesia bagian selatan terdapat 5 (lima) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (daerah bertekanan lebih tinggi) menuju BBS (daerah bertekanan lebih rendah).
F. Pola Angin (Streamline) Gambar 7. Analisa arus angin Jam 00.00 tanggal 05 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan gambar pola arus angin streamline pada tanggal 05 Januari 2017 jam 00.00 UTC diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera pasifik dan melewati wilayah Timika. Selain itu adanya pola shearline diatas wilayah Timika yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat maupun angin kencang serta adanya 2 (dua) daerah sirkulasi tertutup (Eddy) di atas wilayah perairan Samudera Pasifik.
G. Relative Humidity Gambar 8. Kelembaban Udara Lapisan 850 & 700 mb pada Jam 00.00 UTC tanggal 05 Januari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Berdasarkan data kelembaban relatif (Sumber: BOM Australia), pada lapisan 850 mb di atas wilayah Timika, kelembaban relatif bernilai 60 70 % dan pada lapisan 700 mb di atas wilayah Timika, kelembaban relatif bernilai 80 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan atas udara cukup basah dan pada saat kejadian angin kencang kondisi udara basah tersebut sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Timika.
H. Citra Satelit Gambar 9. Citra Satelit Himawari 8 EH Jam 04.20 UTC tanggal 05 Januari 2017 Berdasarkan citra satelit, terlihat adanya awan konvektif yang bergerak masuk ke wilayah Timika awalnya berasal dari arah barat wilayah perairan Timika. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-56) s/d (-62) 0 C, yang berpotensi menimbulkan hujan angin kencang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Timika pada jam 04.20 UTC.
J. Indeks Labilitas Udara Gambar 10. K.Indeks jam 00.00 UTC tanggal 05 Januari 2017 Nilai K.Indeks yaitu 39 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Gambar 11. Lifted Indeks jam 00.00 UTC tanggal 05 Januari 2017 Nilai Lifted Indeks berkisar antara -5 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai Guntur yang kuat.
Gambar 12. Showalter Indeks jam 00.00 UTC tanggal 05 Januari 2017 Nilai Showalter Indeks yaitu -3 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. III. KESIMPULAN 1. Nilai anomali OLR disekitar wilayah Timika : -30 W/m2 hingga -50 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih tebal dari rata-rata klimatologisnya. 2. Analisa pola angin terlihat adanya pola shearline diatas wilayah Timika yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan dan angin kencang serta adanya daerah sirkulasi tertutup (Eddy) di atas wilayah perairan Samudera Pasifik. 3. Kelembaban relatif pada lapisan 850 mb di atas wilayah Timika, kelembaban relatif bernilai 60 70 % dan pada lapisan 700 mb di atas wilayah Timika, kelembaban relatif bernilai 80 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan atas udara cukup basah dan pada saat kejadian angin kencang kondisi udara basah tersebut sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Timika.