BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB I PENDAHULUAN. Denyut jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi, aktifitas fisik maksimal pada individu yang tidak terkondisi akan

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control,

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olahraga sangat penting dalam mempertahankan kebugaran dan kesehatan,

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Senam aerobik banyak diminati oleh masyarakat sebagai alternatif

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup ini sebenarnya adalah kancah dari kegiatan-kegiatan dan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tolak ukur keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas, disiplin dan ketaqwaan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada akhirnya akan diperoleh jiwa dan raga yang sehat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

METODE LATIHAN. Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari FIK UNY 2013

BAB I PENDAHULUAN. juga istilah adolesens (dalam Bahasa Inggris: adolescence). Para ahli. merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik secara teratur telah lama dianggap sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005). Menurut Departemen Kesehatan RI, aktivitas fisik sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Masyarakat disarankan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit dalam sehari. Aktivitas fisik dapat berupa olahraga seperti lari ringan, senam, bermain bola, dan angkat beban. Selain olahraga, aktivitas fisik juga berupa kegiatan sehari-hari seperti berjalan dan berkebun. Aktivitas fisik terbagi menjadi beberapa intensitas, yaitu intensitas ringan, sedang dan berat. Hal ini dibedakan oleh pencapaian denyut nadi maksimal atau Maximal Hearth Rate (MHR) saat beraktivitas. Aktivitas fisik dikatakan intensitas ringan jika mencapai 50-63% MHR, intensitas sedang jika mencapai 64-76% MHR dan intensitas berat jika mencapai 77-93% MHR (ACSM, 2011). Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dengan intensitas ringan sampai sedang dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Aktivitas yang demikian akan memperbaiki dan memperlambat proses penurunan fungsi organ

dan meningkatkan kerja sel darah yang merupakan komponen utama kekebalan tubuh pada sirkulasi, sehingga dapat menjaga tubuh dari infeksi. Sel darah yang berperan dalam menjaga kekebalan tubuh ialah sel darah putih yang disebut juga dengan leukosit (Hartanti et al., 1999; Yuliarto, 2012). Dalam darah manusia, normalnya terdapat jumlah leukosit 5.000-10.000 sel/mm 3, bila jumlahnya lebih dari 10.000 sel/mm 3 disebut sebagai leukositosis dan bila kurang dari 5.000 sel/mm 3 disebut leukopenia (Sadikin, 2004). Jumlah leukosit dalam sirkulasi sangat cepat berubah. Nilai absolut maupun relatif dapat berubah oleh stimulasi fisiologis selama beberapa menit atau beberapa jam. Sebagian besar stimulasi fisiologis tersebut berupa olah raga, emosi, pemaparan terhadap suhu ekstrim yang bisa menimbulkan leukositosis (Natale, 2003). Peningkatan jumlah leukosit akibat aktivitas fisik diperantarai oleh pembentukan radikal bebas. Konsumsi oksigen yang berlebihan saat olahraga menyebabkan terjadinya reaksi yang kompleks dalam tubuh dan menghasilkan produk-produk sampingan berupa radikal bebas. Semua radikal bebas dari oksigen ini sangat cepat merusak jaringan (Kumalaningsih, 2006). Kerusakan jaringan dapat menyebabkan leukosit berdiapedesis ke jaringan yang rusak dan memfagositosis jaringan rusak tersebut sehingga mobilisasi leukosit meningkat dan jumlah leukosit total dalam darah juga meningkat (Gomes, 2014). Meskipun aktivitas fisik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, aktivitas tersebut tidak boleh dilakukan secara berlebihan. Aktivitas fisik yang berat dan lama mempunyai efek yang berbeda terhadap sistem imun. Aktivitas fisik pada

tahap ini dapat memicu pelepasan hormon stress seperti kortisol sehingga menekan jumlah leukosit dalam tubuh (Porth dan Matfin, 2009). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada laki-laki tidak terlatih yang dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok I melakukan latihan lari pada treadmill selama 2-3 menit dengan kecepatan 7.5-9 km/jam, sedangkan kelompok II berjalan selama 7-10 menit dengan kecepatan sekitar 5-6 km/jam. Dari penelitian ini ditemukan adanya peningkatan leukosit pada kedua kelompok secara signifikan segera setelah latihan dibandingkan sebelum latihan. Setelah 30 menit masa pemulihan, jumlah leukosit menurun, namun bila dibandingkan dengan sebelum latihan, maka jumlah leukosit pada masa pemulihan jauh lebih tinggi (Ali et al., 2008). Demikian juga pada penelitian lain yang menyatakan bahwa orang tidak terlatih yang berlari di atas treadmill selama tiga menit didapatkan peningkatan jumlah leukosit secara signifikan (Sodique, 2000). Penelitian lain dilakukan pada 15 orang berusia 18-20 tahun yang melakukan aktivitas fisik sedang (AFS) berupa naik turun bangku selama 30 menit hingga mencapai denyut nadi 80% dari denyut nadi maksimal. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat peningkatan rata-rata hitung leukosit dari sebelum AFS dengan segera setelah dan 30 menit setelah AFS, tetapi tidak signifikan (Irianti, 2008). Sedangkan pada atlet yang berlatih dengan intensitas latihan yang maksimal dan melelahkan untuk menghadapi suatu pertandingan, sering tidak dapat melanjutkan pertandingan berikutnya karena sakit atau cedera (Hartanti et al., 1999). Survei terhadap 2300 pelari yang berkompetisi dalam suatu marathon besar menunjukan bahwa mereka yang berlatih lebih dari 60 mil seminggu

beresiko dua kali lebih besar mengalami infeksi pernapasan daripada mereka yang berlatih kurang dari 20 mil seminggu dalam dua bulan sebelum lomba (Sherwood, 2011). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik menyebabkan perubahan homeostasis dalam tubuh yang akan berpengaruh terhadap sistem ketahanan tubuh, salah satunya mempengaruhi jumlah leukosit. Untuk hasil ketahanan tubuh yang baik dapat diperoleh melalui aktivitas fisik intensitas ringan hingga sedang. Peningkatan jumlah leukosit yang terjadi sebanding dengan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. Pada penelitian sebelumnya, pengukuran intensitas aktivitas fisik dilakukan dengan batasan waktu, sedangkan pada penelitian ini dilakukan dengan perhitungan Maximal Hearth Rate. Oleh karena itu, penulis berkeinginan melakukan penelitian mengenai perbedaan jumlah leukosit total sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang. Bersepeda dipilih sebagai aktivitas fisik yang diberikan kepada subjek penelitian karena olahraga ini dapat meningkatkan kerja kardiorespirasi dan suhu tubuh untuk mencapai denyut nadi yang ditentukan dan naik-turunnya denyut nadi pada olahraga ini relatif lebih stabil dibanding aktivitas fisik lainnya. Selain itu, olahraga ini termasuk aktivitas fisik sedang yang tidak membebani tubuh secara berlebihan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perbedaan jumlah leukosit total sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah leukosit total sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1. mengetahui distribusi jumlah leukosit total sebelum melakukan aktivitas fisik intensitas sedang 2. mengetahui distribusi jumlah leukosit total sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang 3. mengetahui perbedaan jumlah leukosit total sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang 4. mengetahui perbedaan peningkatan jumlah leukosit total berdasarkan jenis kelamin. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Bagi Instasi Peneliti 1. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di instansi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2. Sebagai sumber informasi ilmiah dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain untuk masa mendatang.

1.4.2 Bagi Peneliti 1. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis mengenai metode penelitian dan tata cara penulisan yang baik dalam penelitian ilmiah 2. Meningkatkan kemampuan berpikir analisis dan sistematis dalam mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat 3. Menambah wawasan mengenai perbedaan jumlah leukosit total sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang dan mampu mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam praktek di bidang kedokteran. 1.4.3 Bagi Praktisi Memberikan informasi kepada praktisi mengenai perbedaan jumlah leukosit total sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik intensitas sedang sehingga bermanfaat sebagai referensi dalam upaya meningkatkan sistem kekebalan tubuh.