BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA LANSIA MUSLIM DITINJAU DARI PARTISIPASI DALAM AKTIVITAS KEAGAMAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah sajalah hati akan menjadi tenteram (QS Ar Ra d : 28).

Khutbah Jum'at. Memakmurkan Masjid. Bersama Dakwah 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupannya. Mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal,

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. itu kebahagiaan juga meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya.

BAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diperintahkan dalam kitab-nya yang agung : Dan dirikanlah shalat

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja, masa dewasa, lanjut usia (lansia) sampai meninggal. Lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia tahun

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANTARA JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DAN BUKAN JAMA AH HALAQOH SHALAT KHUSYUK DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak. menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

SWT, baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan harian. Qona ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struk-tur demografi ini

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Telah diperkirakan bahwa juta penyandang DM menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap makhluk hidup yang masih diberi umur panjang. Berdasarkan Undang-

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahman

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dalam prestasi didunia kerja. emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan kecakapan dalam

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

KAYA TAPI ZUHUD. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. hidup dengan optimal tanpa memiliki emosi, karena emosi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap penutup dalam perkembangan manusia setelah seseorang berada pada masa dewasa akhir. Mereka telah mengalami berbagai proses perkembangan dan peningkatan kemampuan sejak mereka lahir hingga mencapai masa dewasa akhir. Lansia cenderung memiliki ketrampilan emosional yang baik; optimis dalam memandang kehidupan; bijaksana dalam menentukan pilihan; sabar dalam menghadapi permasalahan; dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan lingkungan (Bryner, 2010; Santrock, 2004). Namun di sisi lain, perkembangan di fase lansia juga ditandai dengan adanya perubahan pada kondisi fisik seperti bagian wajah, tangan, kulit, dan panca indera; bagian dalam tubuh; dan fungsi motorik (kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru) (Suhartini, 2014). Proses menjadi lansia dan konsekuensinya merupakan keadaan yang pasti dialami oleh setiap individu tanpa terkecuali dan tidak dapat dihindari. Seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah hadits yang dikutip oleh As- Sirjani (2011), Berobatlah kalian wahai hamba-hamba Allah, karena Allah Azza wa Jalla Tidak menciptakan penyakit kecuali Dia ciptakan juga obatnya, kecuali penuaan (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), populasi lansia mulai mengalami peningkatan sepanjang tahun. Pada tahun 2010 1

2 persentase populasi lansia sebesar 7,58% (18,04 juta jiwa) (BPS, 2010), kemudian menjadi 7,59% (18,27 juta jiwa) pada tahun 2011 (BPS, 2011a). Di tahun 2013, jumlah populasi lansia masih mengalami peningkatan menjadi 8,05% (20,04 juta jiwa) dan terus meningkat hingga mencapai 9,12% pada tahun 2014 (20,24 juta jiwa) (BPS, 2013b; BPS, 2014a). Trend peningkatan jumlah populasi lansia tersebut juga diproyeksikan oleh BPS yang akan meningkat di tahun 2025 dengan persentase sebesar 11,83% (BPS, 2013a). 12 10 8 6 4 2 0 Persentase Populasi Lansia di Indonesia 2010 2011 2013 2014 2025 (Proyeksi BPS) Grafik 1. Populasi Lansia di Indonesia Sumber : BPS (2000, 2011, 2013a, 2013b, 2014). Grafik 1. Populasi Lansia di Indonesia Secara khusus, wilayah Kabupaten Sukoharjo sendiri juga menunjukkan hasil data yang sama. Jumlah populasi lansia di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun presentase yang dihasilkan masih menunjukkan angka yang sama, namun jumlah penduduk lansia yang ada teteap mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase populasi lansia sebesar 11,5% (97.779 jiwa) (BPS, 2011b). Di tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 11,7% (100.232 jiwa), yang diikuti di tahun 2012 dengan persentase tetap

dalam Persen (%) 3 11,7% (100.835 jiwa) (BPS, 2012b; BPS, 2013c). Survei di tahun 2013 juga masih persentase sebesar 11,7% (101.620 jiwa) (BPS, 2014b). Selanjutnya, survei akhir di tahun 2015 masih terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan data populasi lansia sejumlah 11,8% (101.896 jiwa) (BPS, 2015). 12 10 8 6 4 2 0 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase Populasi Lansia di Surakarta Sumber : BPS (2011, 2012, 2013, 2014, 2015) Grafik 2. Populasi Lansia di Kabupaten Sukoharjo Populasi lansia yang semakin meningkat menunjukkan perlunya perhatian dan penanganan khusus untuk meningkatkan kualitas hidup seorang lansia. Oleh karena itu, Pemerintahan Republik Indonesia memberikan suatu aturan khusus mengenai kehidupan lansia. Hal tersebut terbukti dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dan juga dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 60 2008 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanganan Lanjut Usia di Daerah (dalam Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan [BPKP], 2015). Peraturan-peraturan tersebut dipersiapkan sedemikan rupa untuk mengatur kehidupan lansia menjadi lebih terarah dan terlindungi.

4 Menjadi seorang lansia bukanlah hal yang dapat diterima secara mudah oleh setiap orang. Suardiman (2011) mengungkapkan berbagai permasalahan yang timbul di masa lansia antara lain, (1) masalah ekonomi yang ditandai dengan: menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun, dan berhenti dari pekerjaan, (2) masalah sosial yang ditandai dengan berkurangnya kontak sosial baik dengan keluarga, masyarakat, maupun teman kerja, (3) masalah kesehatan yang ditandai dengan kerentanan terhadap berbagai penyakit, (4) masalah psikologis yang ditandai dengan perasaan tidak percaya diri, kesepian, terasing dari lingkungan, post power syndrome, ketidakberdayaan, ketidakbergunaan, dan ketidakbahagiaan. Hasil survei yang telah dilakukan oleh Howard (dalam Susanto, 2015) menunjukkan bahwa orang yang tidak bahagia cenderung mementingkan diri sendiri, menjauhkan diri dari pergaulan, sering merasa cemas, dan bahkan membenci orang lain. Lansia memiliki kerentanan terhadap ketenangan dan kebahagiaan hidupnya. Seiring betambahnya usia, maka akan semakin bertambah pula kecenderungan perasaan negatif untuk muncul (Candra, 2012; Rafikasari, 2015). Lansia cenderung merasa cemas, khawatir, takut, kurang percaya diri, kesepian, hingga depresi dalam menghadapi berbagai permasalahan di masa akhir kehidupannya yang mengakibatkan tidak mampunya lansia untuk beraktifitas secara optimal (Laksmana, 2013; Suardiman, 2011). Rahmi (2015) memperkirakan bahwa 50% lansia di Indonesia kini mende rita kesepian. Kesepian yang dirasakan lansia akan menyebabkan diri lansia menjadi tidak dibutuhkan, tersisihkan dan merasa tidak berguna. Selanjutnya terkait depresi,

5 Psikolog Rima Olivia (dalam Rezkisari, 2014) menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh berbagai tekanan hidup yang berujung pada perasaan tidak berharga dan tidak bahagia dalam diri seseorang. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa rendahnya kadar hormon endofrin yang ada dalam tubuh juga menyebabkan seseorang mengalami depresi. Hormon tersebut merupakan hormon kebahagiaan yang bisa menangkal stress. Persentase lansia yang mengalami depresi adalah sekitar 1-5% dari populasi lansia dan lebih rentan pada lansia yang mengalami gangguan medis. (Candra, 2012). Kurniawati (2013) menjelaskan bahwa di tahun 2013 persentase lansia yang mengalami depresi tersebut meningkat menjadi 10%. Pada dasarnya, setiap manusia termasuk lansia akan mencari kebahagiaan dalam kehidupannya. Akan tetapi pendapat mengenai apa bahagia itu, dimana tempatnya, bagaimana cara memperolehnya, hampir semua orang mempunyai titik pandang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya (Rahman, 2012). Mustofa (2008) menuturkan bahwa kebahagiaan adalah kondisi ucapan, prediksi, memandang kehidupan dengan realistis, penuh harapan, optimis, dan semangat. Lebih jelas, Mustofa menuturkan bahwa kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan hakiki dimana hilangnya perasaan sedih dan khawatir pada saat mereka hidup di dunia dan juga di akhirat. Kebahagiaan merupakan hal yang sangat ingin dicapai oleh setiap manusia. Beberapa manfaat yang diperoleh ketika seseorang memiliki kebahagiaan adalah dapat memiliki kehidupan yang lebih positif; menjadi lebih kreatif, toleran, dan konstruktif; mampu mencegah berbagai penyakit seperti serangan jantung, stroke,

6 dan diabetes; lebih mudah bergaul; luwes; dan lebih mampu mengatasi kesalahankesalahan sehari-hari (Garey, 2015; Susanto, 2015). Suardiman (2011) mengungkapkan bahwa kebahagiaan hidup dapat dicapai apabila seseorang mampu memenuhi kebutuhan terkait fisik, psikis, sosial dan kebutuhan-kebutuhan lain yang dirasa penting bagi kehidupannya (seperti: beribadah; berkomunikasi dengan orang lain; dicintai, disayangi, dan diperhatikan; dan berhubungan dengan Tuhan). Kebahagiaan yang diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta bertujuan untuk memperkuat religiusitas, menerima kenyataan hidupnya secara ikhlas dan dapat melakukan proses kehidupan secara sukses (Isnaeni, 2012; Mustofa, 2008; Suardiman, 2011). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sarpitaningtyas (2012) menunjukkan bahwa motivasi lansia dalam melakukan aktivitas keagamaan antara lain adalah untuk mengisi hari tua, memperoleh lebih banyak ilmu kegamaan, memperoleh kedamaian, kenyamanan dan kebahagiaan hidup, serta memperoleh kesiapan dalam menghadapi kematian. Selanjutnya, berdasarkan kajian penelitian di Negara Barat yang dilakukan oleh Papalia dan Feldman (2014) menunjukkan adanya hubungan positif antara melakukan berbagai aktivitas keagamaan atau spiritualitas dengan kesehatan, fungsi psikologis, kepuasan pernikahan, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Allah SWT. sudah merumuskan bahwa setiap manusia yang mau mengingat-nya saja pasti akan memperoleh ketenangan dalam hidupnya. Hal ini terdapat dalam QS. Ar-Ra du (13 : 28-29) yang artinya, (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,

7 hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik. Sejalan dengan hal tersebut, kaidah fikih juga mengatakan bahwa addiinu jaa a lisa aadatil basyar yang artinya agama itu datang semata-mata untuk kebahagiaan manusia (Mustofa, 2008). Berdasarkan uraian yang terdapat dalam Al-Qur an dan kaidah fikih tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kebahagiaan umat manusia sudah dijamin oleh Allah SWT. asalkan mereka mau mendekatkan diri kepada-nya melalui berbagai aktivitas agama. Pengaplikasian aktivitas keagamaan dapat dilakukan dalam bentuk shalat, dzikir, bersedekah, membaca Al-Qur an, maupun Haji dan Umrah (Tumanggor, 2014). Saat ini, terdapat beragam agama yang menyebar di seluruh wilayah dunia. Di Indonesia memiliki mayoritas penduduk yang beragama Islam. Dalam catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada tahun 2010 (Indrawan, 2015), Indonesia termasuk dalam 10 Negara yang memiliki populasi penduduk Muslim terbesar di dunia. Dari 205 juta penduduk Indonesia, dilaporkan sedikitnya 88,1% beragama Islam. Di Kabupaten Sukoharjo sendiri, populasi penduduk beragama Islam juga memiliki angka yang tinggi yaitu sekitar 95% (827.023 jiwa) dari keseluruhan jumlah penduduk (BPS, 2015). Populasi penduduk Muslim dalam jumlah yang cukup besar baik di Indonesia maupun Kabupaten Sukoharjo, sudah sepantasnya untuk diberikan perhatian yang lebih terutama dalam hal pemahaman beragama dan menjalankan berbagai aktivitas keagamaan agar seseorang dapat memperoleh kebahagiaan hakiki yang bermakna bagi kehidupannya.

8 Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah yang hendak diangkat dalam penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan antara partisipasi dalam aktivitas keagamaan dengan kebahagiaan (happiness) pada lansia muslim?. Mengacu pada rumusan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Kebahagiaan (Happiness) pada Lansia Muslim Ditinjau dari Partisipasi dalam Aktivitas Keagamaan. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara partisipasi dalam aktivitas keagamaan dengan kebahagiaan (happiness) pada lansia muslim. 2. Mengetahui tingkat partisipasi dalam aktivitas keagamaan dan tingkat kebahagiaan (happiness) lansia muslim. 3. Mengetahui sumbangan efektif partisipasi dalam aktivitas keagamaan terhadap kebahagiaan (happiness) pada lansia muslim. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi para lansia, diharapkan memberikan informasi dan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya melaksanakan aktivitas keagamaan secara baik agar memperoleh kebahagiaan (happiness) dalam menjalani kehidupan serta dapat memiliki pikiran yang positif dalam mengisi hari tua dengan aktivitas yang lebih bermanfaat lagi

9 2. Bagi keluarga, diharapkan dapat lebih memberikan perhatian dan kasih sayang lebih kepada lansia dalam menghadapi masa tuanya, serta memberikan gambaran yang jelas mengenai kebahagiaan (happiness) pada lansia dengan mengoptimalkan aktivitas keagamaan sebagai salah satu sumber kebahagiaan (happiness) lansia. 3. Bagi ilmuwan Psikologi, diharapkan dapat memberikan kontribusi, menambah wawasan dan wacana berpikir terhadap perkembangan dan kemajuan bidang psikologi serta dapat menjadi salah satu referensi dalam mengembangkan teori baru. 4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan berupa referensi dan acuan dalam pengembangan penelitian yang sejenis agar dapat melakukan pendalaman penelitian secara lebih baik lagi.