BAB VI PEMBAHASAN. Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Sel NK. kontrol mengalami kenaikan. Hal ini dapat kita lihat pada grafik berikut ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

BAB IV METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) TERHADAP JUMLAH SEL NK DAN KADAR IFN-γ PADA PENDERITA HIV DENGAN TERAPI ANTIRETROVIRAL

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiki 2 sistem imun yaitu sistem imun bawaan. (innate immunity) dan sistem imun adaptif (adaptive

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dipengaruhi epidemi ini ditinjau dari jumlah infeksi dan dampak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. retroviridae ini menjadi patogen yang berbahaya yang ditemukan di Indonesia dengan jumlah

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

KONSEP DASAR IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted. (- : kontrol)

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

RPKPS Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Dan Bahan Ajar IMUNUNOLOGI FAK Oleh : Dr. EDIATI S., SE, Apt

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA)

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HIV dengan anemia (Volberding, dkk., 2002; Volberding, dkk 2004). Anemia juga

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN SIMUNOX TERHADAP JUMLAH SEL T CD4 + MANUSIA SEHAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH MUTIARA MEDINA G2A007127

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyaknya faktor-faktor yang dapat menurunkan kekebalan tubuh

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon imun adaptif : Respon humoral

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

PENGARUH PEMBERIAN SIMUNOX TERHADAP JUMLAH LIMFOSIT T PERIFER PADA MANUSIA SEHAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olahraga sangat penting dalam mempertahankan kebugaran dan kesehatan,

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemberian preparat daun G. procumbens peroral kepada mencit kelompok. Pengamatan terhadap jumlali makrofag intraperitoneal dilakukan pada hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) yang resisten terhadap dua Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan khususnya untuk bahan obat-obatan (Susi et al., 2009). Sesuai

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa kelas 2 dengan jumlah siswa 157. Pada saat pre-test 8 siswa tidak

MOLEKUL PENGENAL ANTIGEN

ABSTRAK (STUDI PUST AKA) Interferon Sebagai Terapi Terhadap Penderita Hepatitis C Roni Aldiano, Pembimbing : dr. Fanny Rahardja, MSi.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

Transkripsi:

Jumlah Sel NK Jumlah Sel NK BAB VI PEMBAHASAN Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Sel NK Hasil yang didapatkan pada pada pemeriksaan yang dilakukan pada sel NK, kelompok ekstrak/perlakuan mengalami penurunan dan pada kelompok kontrol mengalami kenaikan. Hal ini dapat kita lihat pada grafik berikut ini. 1 3 4 6 8 13 14 15 16 21 24 26 29 30 32 33 1200 35 36 37 38 2 5 7 9 10 11 12 17 18 20 22 23 25 27 28 31 34 39 40 19 1000 800 600 400 450 400 350 300 250 200 150 200 100 50 0 pre Pasien HIV post 0 pre Pasien HIV post Grafik 09. Grafik individu jumlah sel NK kelompok perlakuan (pre dan post test) Grafik 10. Grafik individu jumlah sel NK kelompok placebo (pre dan post test)

Grafik individu pada kelompok perlakuan tersebut menunjukan jumlah sel NK yang turun lebih banyak yaitu 11 orang, sedangkan jumlah sel NK yang naik berjumlah 9 orang. Nilai penurunan pada sel NK pada kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, yang dibuktikan dengan hasil uji beda non parametik Wilcoxon Smith dengan nilai p = 0.911. Grafik boxplot yang dicantumkan pada bab sebelumnya, juga menunjukan tidak jauh berbeda dalam deltanya (jumlah sel NK pre test 0.81193 sel/ul kali lebih tinggi dibandingkan post test). Sedangkan pada kelompok placebo, individu yang mengalami kenaikan jumlah sel NK lebih banyak, yakni berjumlah 14 orang dan jumlah individu yang mengalami penurunan adalah 6 orang. Jumlah sel NK pada kelompok kontrol/placebo mengalami peningkatan namun peningkatan tersebut tidak signifikan berdasarkan uji non parametik Wilcoxon Smith, dengan nilai p = 0.121. Begitupun grafik delta yang menunjukan delta tidak jauh berbeda (jumlah sel NK post test 1.20101 sel/ul kali lebih tinggi dibandingkan dengan post test). Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan placebo, baik pada pemeriksaan pretest maupun posttest. Hasil ini telah ditunjukan pada tabel analisa Mann Whitney pada bab sebelumnya. Kelompok perlakuan dan kelompok placebo pada pemeriksaan pretest, memiliki delta yang tidak jauh berbeda (jumlah sel NK kelompok perlakuan 0.60732 sel/ul lebih rendah dibandingkan kelompok placebo). Sama halnya pada pemeriksaan post test, yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan, serta delta yang tidak

jauh berbeda (jumlah sel NK kelompok perlakuan 0.74959 sel/ul lebih rendah dibandingkan kelompok placebo). Penelitian yang menggunakan ekstrak kulit manggis ini, tidak sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Miryanti. Penelitian ini menilai efektivitas ekstrak kulit manggis terhadap sel NK, pada manusia sehat. Hasil yang didapat adalah, bahwa senyawa xathone mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan merangsang sel NK dalam tubuh. 9 Penelitian ini mengharapkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis dapat meningkatkan sel NK pada pasien HIV dengan terapi ARV. Peningkatan sel NK ini, melalui jumlah sel T CD4 yang semakin meningkat sehingga dapat lebih baik memproduksi sitokin-sitokin yang dapat membantu aktivasi dan kerja sitotoksisitas sel NK. Namun, hasil jumlah sel NK pada penderita HIV ini menurun setelah 30 hari diberikan perlakuan. Penurunan jumlah sel NK ini hampir sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Jenifer. Penelitian ini menunjukan bahwa sel NK, memainkan peranan penting dalam kontrol replikasi virus HIV selama infeksi awal/ primary, dan fungsi sel NK lemah selama infeksi HIV kronis. Infeksi HIV dapat menurunkan presentase sel NK dan mengurangi aktivitas sitotoksik dan aktivasi sel NK. 40 Sedangkan pada penelitian ekstrak kulit manggis ini, subjek penelitian yang digunakan adalah sama, yaitu penderita yang sudah lebih dari 6 bulan terinfeksi atau dapat dikatakan penderita HIV kronis dan hasil pada penelitian ini, pemberian ekstrak kulit manggis tidak memberikan kenaikan jumlah sel NK pada penderita HIV.

Penurunan sel NK ini, dikarenakan kerusakan sel T CD4 saat infksi HIV, sehingga produksi sitokin yang dibutuhkan sel NK untuk mengaktivasi dan mendukung kerja sitotoksi sel NK juga menurun. Salah satu contoh sitokin yang diproduksi oleh sel T CD4 dan berperan dalam aktivasi dan kerja sel NK adalah IL-2. Kemudian, akibat-akibat dari kerusakan sel T CD4 ini, salah satunya penurunan sitokin IL-2 tersebut membuat penurunan jumlah sel NK. 36 Sedangkan sel NK masih dibutuhkan dalam infeksi kronis HIV. Kebutuhan akan sel NK dalam infeksi kronis HIV, disebabkan karena virus HIV adalah virus yang tergolong mampu membuat sel terinfeksi tidak dapat mengekspresikan MHC, sehingga sel imun yang membutuhkan MHC untuk melakukan fungsinya seperti halnya sel CD8 tidak mampu melakukan fungsinya. Saat seperti inilah, sel NK yang berperan penting untuk melakukan sitolitik terhadap sel yang terinfeksi, karena sel NK mampu melakukan fungsinya sebagai sitolitik sel terinfeksi tanpa bantuan MHC. 40 Hasil penurunan jumlah sel NK pada penelitian ini juga hampir sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Naranbhai. Penelitian ini, dilakukan dengan cara membandingkan sekretori sel NK terhadap IFN-γ pada saat awal dan infeksi HIV lanjut. Penelitian yang didapatnya adalah tidak terdapat perubahan yang signifikan pada sekretori sel NK terhadap IFN-γ pada saat awal dan infeksi HIV lanjut. Salah satu aktivitas sel NK adalah memproduksi IFN-γ pada infeksi HIV lanjut tidak mengalami perubahan. 36 Hasil penelitian ini, tidak sesuai dengan harapan, karena efektivitas ekstrak kulit manggis (garcinia mangostana) terhadap sel NK pada kelompok

perlakuan mengalami penurunan dan kelompok placebo mengalami kenaikan, walaupun kedua kelompok ini tidak mengalami perubahan yang signifikan/tidak bermakna dalam statistik. Tidak berhenti disini, penelitian ini melakukan pemeriksaan jumlah sel NK dan tidak melakukan pemeriksaan perubahan aktivitas sitotoksik sel NK. Jika dilihat dari hasil penelitian ini, serta dengan membandingkan beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh orang lain, perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui efek ekstrak kulit manggis terhadap aktivitas sitotosik sel NK terhadap virus HIV, yang tidak hanya cukup menunjukan hasil jumlah sel NK. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menilai apakah terdapat kontraindikasi antara pemberian ekstrak kulit manggis dengan antiretroviral yang menjadi terapi penderita HIV. Penelitian dilakukan dengan jangka waktu atau longterm yang lebih lama, serta jumlah subjek penelitian yang lebih banyak agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Selain itu, dibutuhkan pemeriksaan sel imun lain yang berpengaruh pada jumlah sel NK, mengingat sel NK adalah sel imun inate yang telah kita ketahui bahwa banyak sekali faktor yang berpengaruh pada aktivasi dan kerja sel NK seperti sel-sel imun lain atau sitokinsitokin, antibodi serta antigen. Pemeriksaan dan membandingkan perubahan aktivitas sel NK juga sangat penting dalam penelitian ini, karena dengan jumlah sel NK yang menurun pada kelompok perlakuan belum diketahui apakah menghasilkan aktivitas atau kerja sel NK yang menurun pula. Penting pula dilakukan pemeriksaan aktivitas antibodi, karena berpengaruh pada jumlah sel NK. 5 Hal ini berdasarkan hasil penelitian

Kadar IFN-γ Kadar IFN-γ yang dilakukan oleh Brown, yang menunjukan penurunan jumlah sel NK secara signifikan mengurangi aktivitas antibodi antivirus sebanyak 10 3. 5 Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis Terhadap IFN-γ Pemeriksaan yang dilakukan pada sitokin IFN-γ, menunjukan adanya perubahan pada kedua kelompok. Hasil kadar sitokin IFN-γ pada kelompok ekstrak/perlakuan, mengalami kenaikan. Sedangkan pada kelompok kontrol/placebo mengalami penurunan. Hal ini dapat kita lihat dalam grafik berkut ini. 120 100 80 1 3 4 6 8 13 14 15 16 21 24 26 29 30 32 33 35 36 37 38 350 300 250 200 2 5 7 9 10 11 12 17 18 20 22 23 25 27 28 31 34 39 40 19 60 150 40 100 20 50 0 pre post Pasien HIV 0 pre post Pasien HIV Grafik 11. Grafik individu kadar sitokin IFN-γ kelompok perlakuan (pre dan post test) Grafik 12. Grafik individu kadar sitokin IFN-γ kelompok placebo (pre dan post test) Grafik individu pada grafik pertama diberikan ekstrak kulit manggis (kelompok perlakuan), terdapat 10 penderita yang mengalami kenaikan kadar

sitokin IFN-γ. Jumlah penderita yang mengalami penurunan adalah 10 penderita. Median dari kelompok perlakuan mengalami kenaikan. Perubahan pada kelompok tersebut dibuktikan dengan uji non parametik Wilcoxon Smith. Perbedaan kenaikan tidak bermakna pada kelompok perlakuan dengan nilai p = 0.588 dengan delta yang tidak jauh berbeda (kadar IFN-γ pada pemeriksaan posttest 1.05802 mol/l kali lebih tinggi dibandingkan pretest). Jumlah individu yang mengalami kenaikan pada kelompok kontrol/placebo, 9 penderita. Jumlah yang sama dengan jumlah yang mengalami penurunan adalah 10 penderita, dan yang tetap berjumlah 1 penderita. Nilai median dari kelompok placebo saat pre test dan post test mengalami penurunan dengan hasil uji beda yang tidak signifikan (p = 0.444) dengan delta yang tidak jauh berbeda (kadar IFN-γ pada pemeriksaan pretest 1.16658 mol/l kali lebih tinggi dibandingkan posttest). Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksono. Penelitian yang dilakukannya dengan memberikan Phyllanthus niruri pada penderita HIV, dan hasil yang didapat adalah kadar sitokin IFN-γ mengalami peningkatan, namun tidak signifikan/ tidak bermakna dalam statistik. 37 Kenaikan jumlah IFN-γ pada penelitian ini, dimungkinkan karena terdapat kandungan lain, selain xanthone, yaitu kandungan polifenol yang dapat meningkatkan kadar sitokin IFN-γ. 39 Pada penelitian sebelumnya, dinyatakan bahwa kenaikan kadar IFN-γ dikarenakan penurunan sel CD8 akibat dari mekanisme infeksi HIV. 40

Jika dilihat dari fungsi sitokin IFN-γ adalah sitokin yang berperan penting dalam eliminasi virus dalam sistem imum tubuh seseorang. Fungsi tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan sel NK, kerjasama ini terjadi setelah sel NK mengidektifikasi mikroba dan melakukan fungsi sitolitiknya, kemudian sel NK menghasilnya IFN-γ. Produksi sitokiin IFN-γ ini kemudian memiliki fungsi seperti merangsang makrofag menjadi aktif, fungsi lain seperti meningkatkan aktivitas sitotoksik sel NK sendiri. IFN-γ juga dapat meningkatkan ekspresi molekul MHC kelas I dan kelas II, merangsang sel T untuk berdiferensiasi serta merangsang sel B untuk meningkatkan class switching. 25,27 Bahkan, pada infeksi HIV, sel T CD4 memperoduksi IFN-γ dan IL-2 dalam upaya untuk menekan infeksi virus. Keberadaan IFN-γ dan IL-2 secara bersama dapat menjadi petanda kekuatan imunologi terhadap infeksi HIV. 34 Fungsi dan kerja IFN-γ diatas, menunjukan bahwa hasil penelitian ini tidak cukup mencari perubahan kadar IFN-γ saja, namun masih membutuhkan penelitian yang mencari efektivitas ekstrak kulit manggis terhadap perubahan fungsi dan kerja IFN-γ. Hasil penelitian ini tentunya akan mendapatkan hasil yang jauh lebih bagus dengan jangka waktu perlakuan yang lebih lama dan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak.

Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) Terhadap Korelasi Antara Sel NK dan IFN-γ Tabel 20. Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) Terhadap Korelasi Antara Sel NK dan IFN-γ Korelasi Korelasi Antara Hasil Pre Test, Jumlah Sel NK dan Kadar Sitokin IFN-γ Dalam Kelompok Perlakuan Korelasi Antara Hasil PostTest, Jumlah Sel NK dan Kadar Sitokin IFN-γ Dalam Kelompok Perlakuan Korelasi Antara Hasil Pre Test, Jumlah Sel NK dan Kadar Sitokin IFN-γ Dalam Kelompok Placebo Korelasi Antara Hasil Post Test, Jumlah Sel NK dan Kadar Sitokin IFN-γ Dalam Kelompok Placebo Nilai (p) 0.665 0.074 0.578 0.906 Berdasarkan tabel diatas, didapatkan nilai p yang menunjukan tidak terdapatnya korelasi antar kedua variabel tersebut. Nilai p yang paling mendekati atau yang dapat mejadi borderline adalah korelasi antara hasil, jumlah sel NK dan kadar sitokin IFN-γ pada pemeriksaan posttest, dalam kelompok perlakuan (p = 0.074). Namun, korelasi tersebut memiliki koefisian korelasi dengan arah negative. Hal ini menggambarkan bahwa terjadinya penurunan jumlah sel NK, namun IFN-γ mengalami peningkatan, walapun kedua perubahan tersebut tidak signifikan. Hasil uji korelasi pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara sel NK dan kadar IFN-γ sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Giulia Fregnile. Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan aktivasti sel NK pada penderita HIV yang menjadi sampelnya, sel NK memiliki korelasi dengan target sitolisis. Namun, dalam penelitian ini, sel NK tidak memproduksi sitokin IFN-γ pada saat aktivasi sel NK. Penelitian ini berpendapat bahwa hal tersebut terjadi

karena kerusakan sel T CD4 dan aktivasi virus. Kerusakan ini menyebabkan kerja sel T CD4 dalam memproduksi sitokin-sitokin, salah satu contohnya IL-2 menjadi menurun, sehingga berakibat penurunan sel NK. 39 Kenaikan jumlah IFN-γ pada penelitian ini, dapat dimungkinkan juga karena terdapat kandungan lain, selain xanthone, yaitu kandungan polifenol yang dapat meningkatkan kadar sitokin IFNγ serta penurunan sel CD8 akibat dari mekanisme infeksi HIV. 39 Jika dibandingkan dengan penelitian yang tidak sebanding, seperti penelitian yang dilakukan oleh He X. Proses yang terjadi pada infeksi HIV, sel NK yang memiliki beberapa fungsi. Salah satu fungsi yang dilakukan oleh sel NK adalah memproduksi IFN-γ. Produksi IFN-γ ini selanjutnya akan melakukan fungsinya sebagai sitokin. Produksi IFN-γ sendiri memiliki feedback yang positif terhadap fungsi sel NK, yaitu lebih mengaktifkan fungsi sel NK sebagai sitolitik. Penelitian ini membandingkan fungsi sekretori sel NK pada penderita HIV, dibandingkan dengan orang sehat/tidak terinfeksi sebagai kontrol. Hasil penelitian ini tidak sebanding, karena penelitian ini memiliki hasil bahwa, fungsi ekspresi sel NK dalam mengekspresi IFN-γ lebih tinggi pada kelompok yang terinfeksi dari pada kelompok kontrol. Perbandingan ini memiliki perbedaan yang signifikan menurut statistik. 38 Koefisien korelasi yang negative ini dimungkinkan dikarenakan beberapa faktor yang berpengaruh, walaupun nilai p value menunjukan tidak terdapat korelasi antar keduanya. Beberapa faktor yang mungkin menjadi faktor koefisien korelasi yang negative adalah kerusakan sel T CD4 yang menyebabkan penurunan sel NK, sehingga sitokin-sitokin yang mempengaruhi aktivasi dan kerja sel NK

menurun. Sedangkan kenaikan kadar IFN-γ, disebabkan karena kandungan polifenol ekstrak kulit manggis yang dapat meningkatkan kadar IFN-γ, serta penurunan CD8 akibat mekanisme infeksi HIV. Melihat beberapa perbandingan tersebut, maka tidak cukup hanya dilakukan pemeriksaan jumlah sel NK, namun masih membutuhkan pemeriksaan sel imun lain, dan membandingkan aktivitas/ kerja sel NK sebelum dan sesudah diberikan ekstrak kulit manggis. Hasil penelitian yang didapat, sel NK mengalami penurunan, tetapi belum diketahui apakah kerja/aktivitas sel NK menurun. Hal ini sangat penting, karena hasil penelitian ini menunjukan penurunan jumlah sel NK, namun kadar sitokin IFN-γ mengalami kenaikan, sedangkan kedua variabel ini saling berpengaruh berdasarkan teori. Sampai saat ini, belum terdapat literature atau belum pernah dilakukan penelitian mengenai tentang kandungan ekstrak kulit manggis terhadap sel NK dan sitokin IFN-γ, terkhusus pada sel NK dan sitokin IFN-γ penderita HIV dengan terapi antiretroviral. Sehingga, diperlukan penelitian yang lebih lanjut, apakah ektrak kulit manggis mengandung imunosupresan bagi pendertia HIV dengan terapi antiretroviral terapi. Namun, jika dilihat dari respon subjektif, beberapa subjek penelitian mengemukakan perubahan atau efek yang mereka rasakan secara subjektif. Beberapa efek posistif yang mereka rasakan seperti nafsu makan bertambah, dan badan terasa lebih fit. Banyak faktor yang mempengaruhi sel imun, karena penelitian ini menggunakan subjek penelitian manusia, dimana kita ketahui bahwa manusia

memiliki banyak sekali faktor yang berpengaruh pada sel imun. Subjek penelitian penelitian ini,, memiliki kesetaraan karakteristik dasar menurut statistik. Namun, banyak faktor lain seperti makan yang dikonsumsi sehari-hari, aktivitas keseharian subjek penelitian yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Sehingga, dapat mempengaruhi hasil penilaian variabelvariabel penelitian ini. Berbeda jika penelitian ini dilakukan pada mencit yang dapat dikontrol secara keseluruhan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut dengan intensitas kontrol yang lebih menyeluruh, sehingga tidak banyak faktor yang mempengaruhi hasil penilaian variabel penelitian. Keterbatasan penelitian: 1. Faktor-faktor lain dari subjek penelitian pada penelitian ini tidak bisa sepenuhnya terkontrol. Hal ini dikarenakan subjek penelitian yang digunakan adalah manusia, sehingga banyak faktor yang berpengaruh pada sel imun, seperti pola makan, aktivitas sehari-hari, farmakogenemik, dan lain-lain. 2. Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah 30 hari, hasil ini akan jauh lebih baik jika dilakukan dengan waktu yang lebih panjang. 3. Tidak terdapatnya pemeriksaan parameter viral load sebagai parameter yang paling utama untuk menilai proliferase virus, tidak terdapat pemeriksaan fungsi aktivasi dan sitotoksin sel NK serta fungsi sekresi sel NK mensekresi IFN-γ dan tidak terdapat pemeriksaan sitokin lain seperti IL-2 atau sel imun lain serta aktivitas antibody yang berpengaruh pada hasil variabel-variabel yang diperiksa.