Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

dokumen-dokumen yang mirip
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Syahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG DI GAPOKTAN MAKMUR JAYA KECAMATAN LEMBAH SEGAR KOTA SAWAH LUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PERAN KOPERASI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BETERNAK PADA PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN BANYUMANIK, KOTA SEMARANG SKRIPSI.

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

Hubungan Antara Peran Penyuluh...Satriyawan Hendra W

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

HUBUNGAN PARTISIPASI PETERNAK ANGGOTA KELOMPOK TANI TERNAK TERHADAP PERILAKU ZOOTEKNIK PETERNAK KAMBING DI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi Peternak Sapi Perah tentang Teknologi Biogas di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES

Parwiyati, S., W. Sumekar dan D. Mardiningsih* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG

PREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 ABSTRAK

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UPT BALAI KAJI TERAP PETERNAKAN SRI PULAU KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN KUANTAN TENGAH UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

By : Tedi Hartoyo. Key Word : The Role, Participation, Rank-Spearman Correliation

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN LALABATA,KABUPATEN SOPPENG

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Permintaan Daging Sapi Di Pasar Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

STUDI KOMPARATIF DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG MELALUI KELOMPOK PETERNAK DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI DESA CANDEN KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI


PENGARUH BAHASA BOOKLET

Analisis Kompetensi Petani Pepaya California (Studi Kasus Kelompok Tani Merta Giri Kusuma Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem)

TINGKAT EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENYULUHAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN TANJUNGSARI

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Jurnal Aves, Desember 2016 Vol. 10 (2) p-issn e-issn

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

METODE PENYULUHAN DALAM ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA USAHA PETERNAKAN SAPI DI KABUPATEN DHARMASRAYA

BAB III METODE PENELITIAN. wilayah di Kecamatan Ungaran Barat dalam usaha pengembangan agribisnis sapi

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

D. Mardiningsih Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

"21 4 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJASAMA PETERNAK PLASMA AYAM BROILER DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR SAIPUL RAHMAN

"21 4 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJASAMA PETERNAK PLASMA AYAM BROILER DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR SAIPUL RAHMAN

KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN PETERNAK SAPI PERAH: KASUS PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR DAN KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BEEF CATTLE FARMING ANALYSIS IN PANCONG JAYA FARMER GROUP, WARU TIMUR VILLAGE WARU SUBDISTRICT PAMEKASAN REGENCY

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

Persepsi dan minat pemuda terhadap agribisnis sapi Madura (Studi di Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan)

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI CIHERANG DI DESA SUNGAI DURAIT TENGAH KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PROFIT ANALYSIS ON CATTLE MANAGEMENT INVOLVED WITH ARTIFICIAL INSEMINATION PROGRAM IN DISTRICT OF SELEBAR BENGKULU CITY

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Transkripsi:

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK ANGGOTA KELOMPOK TANI TERNAK SAPI PERAH (Studi kasus di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang) The Correlation of Motivation and Behavior to Artificial Insemination Used of Dairy Cattle Farmers Group Members (Case studies in Sub-district of West Ungaran, Semarang Regency) S. Okkyla, Isbandi, dan D. Samsudewa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi dengan perilaku dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan pada peternak anggota Kelompok Tani Ternak (KTT) di Kecamatan Ungaran Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 Januari 2013. Metode yang digunakan yaitu metode survai. Penentuan responden dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling menggunakan rumus Slovin. Pengumpulan data yang diperoleh merupakan hasil data primer yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dan data sekunder menggunakan studi dokumenter. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan Statistical Package for Social Science (SPSS) 16. Hasil perhitungan statistik menunjukan adanya korelasi antara motivasi terhadap perilaku, pengetahuan, sikap dan keterampilan sebesar 0,979; 0,979; 0,556 dan 0,962. Hal ini dapat diartikan, adanya hubungan positif yang sangat erat atau sangat tinggi antara motivasi peternak dengan perilaku dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Faktor yang mempengaruhi tingkat keeratan motivasi terhadap perilaku dalam pemanfaatan inseminasi buatan adalah umur dan pengalaman beternak. Dapat disimpulkan dengan meningkatnya motivasi responden dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, secara tidak langsung akan sangat erat meningkatkan perilakunya. Disarankan agar responden lebih peningkatan keterampilan dilapangan terutama sistem recording, agar penerapan manfaat teknologi inseminasi buatan dapat berjalan dengan baik. Kata Kunci : motivasi, perilaku, inseminasi buatan, sapi perah ABSTRACT The aim of this research is to determine a relationship between motivation and behavior in the use of artificial insemination technology on farmer members of Livestock Farmers Community (KTT) in the West Ungaran District. The study conducted on December 2012 up to January 2013. Survay method was used in this research. Responden were chosen with stratified random sampling supported with slovin equation. Primary and secondary data were collected. Descriptive

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, halaman 2 quantitatif was used in data analysis, supported with Statistical Package for Social Science (SPSS) 16. The result showed correlation between motivation and behavior, knowledge, atitude and skills with r-square 0,979, 0,979, 0,556 and 0,962, respectively. Highly correlation showed in correlation of motivation and behavior towards artificial inseminaton technology used. Factor affected correlation of motivation and behavior towards artificial inseminaton technology used are age and experience. This study concluded that increasing motivation of responden will increased behavior of the artificial inseminaton technology used. Suggested that increasing skills of farmers by government to increased bahavior of the artificial inseminaton technology used. Key words: motivation, behavior, artificial insemination, dairy cattle PENDAHULUAN Tingginya permintaan konsumen akan pemenuhan kebutuhan protein hewani terutama susu tidak diimbangi dengan peningkatan produksi susu di Indonesia, hal ini terbukti masih banyaknya impor susu yang dilakukan dari luar negeri. Permintaan susu yang meningkat seharusnya bisa menjadi peluang besar bagi peternak sapi perah dalam mengembangkan usahanya, salah satu cara efektif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi susu serta meningkatkan kepemilikan sapi perah adalah dengan memperbaiki manajemen reproduksinya terutama inseminasi buatan. Inseminasi buatan atau kawin suntik merupakan proses memelihara pejantan unggul, untuk ditampung semennya yang kemudian dievaluasi, diproduksi dalam bentuk semen beku sampai didistribusikan dan diinseminasikan pada betina hingga bunting agar menciptakan keturunan yang memiliki keunggulan genetik dengan bantuan manusia. Tujuannya dari Inseminasi buatan itu sendiri adalah untuk memperbaiki genetik sapi lokal, disamping itu juga menekan biaya produksi karena tidak harus memelihara sapi jantan dengan biaya pakan, tempat pemeliharaan, dan perawatannya cukup mahal (Bandini, 2004). Empat aspek yang harus diperhatikan dalam keberhasilan Inseminasi buatan diantaranya, karakteristik semen yang ada didalam straw, sapi betina sebagai akseptor, inseminator atau petugas yang berhak melakukan inseminasi dan peternaknya itu sendiri. Peran peternak merupakan kunci kesuksesan dari segala aspek yang ada, karena apabila telah ada motivasi dalam diri seorang peternak, maka secara tidak langsung akan merubah perilaku peternak untuk menjalankan aspek-aspek lain dalam penerapan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Motivasi adalah hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu usaha yang ingin dicapai (Mardikanto, 1993). Masing-masing peternak sapi perah pasti mempunyai motivasi yang berbeda-beda, besar kecilnya motivasi dapat mendorong perubahan perilaku beternak, sehingga akan terjadi peningkatan produktivitas usahanya dan tercapai keinginannya. Kecamatan Ungaran Barat merupakan penghasil susu kedua terbesar di Kabupaten Semarang. Lokasi ini dipilih karena daerah Ungaran Barat mempunyai potensi yang besar dalam

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, halaman 3 pengembangan sapi perah, dekat dengan Kota Ungaran serta Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi dengan perilaku dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan pada peternak anggota Kelompok Tani Ternak (KTT) yang mempunyai anggota berpopulasi tinggi, sedang dan rendah di Kecamatan Ungaran Barat. METODE PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013, lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Lokasi ini dipilih, karena Kecamatan Ungaran Barat memiliki populasi sapi perah kedua terbesar di Kabupaten Semarang, mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan produksi susu serta dekat dengan Kota Ungaran, sehingga akses pemasaran lebih mudah dilakukan. Penentuan responden dilakukan dengan metode Stratified Random Sampling atau metode acak berlapis (Nazir, 2005). KTT digolongkan dalam tiga bagian yaitu golongan KTT dengan anggota banyak, sedang dan sedikit. Masing-masing golongan akan diambil satu KTT yang anggotanya diambil secara acak. Jumlah anggota KTT dalam penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003). Dari golongan KTT dengan jumlah banyak dapatkan 39 anggota, sedang 25 anggota dan sedikit 17 anggota. Jumlah keseluruhan responden adalah 81 anggota. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, yaitu penelitian dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang cocok. Data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi atau wawancara dengan peternak sapi perah dengan pedoman kuesioner yang berupa daftar pertanyaan, dan data sekunder menggunakan studi dokumenter. Data primer dan sekunder yang telah dikelompokan, kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pertanyaan yang diajukan kapada responden dan diolah dalam bentuk angka-angka (skor) serta pembahasannya melalui perhitungan dengan menggunakan uji statistic Statistical Package for Social Science (SPSS) 16 antar lain : uji Kenormalan data menggunakan Kolmogorof-Smirnov dan uji korelasi menggunakan korelasi Spearman. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Motivasi (X) dengan Perilaku (Y) dalam Pemanfaatan Teknologi Inseminasi Buatan Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukan data yang didapatkan berdistribusi normal sehingga selanjutnya bisa diuji korelasi dengan menggunakan jenjang Spearman. Pada uji statistik korelasi jenjang Spearman didapatkan nilai probabilitas motivasi dengan perilaku sebesar

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, halaman 4 0,000 atau nilai probabilitas < 0,01 (P 0,01) yang berarti adanya hubungan yang sangat nyata antara motivasi (X) dengan perilaku (Y). Nilai korelasi yang didapatkan sebesar 0,979 yang artinya adanya hubungan positif yang sangat erat atau sangat tinggi antara motivasi dengan perilaku responden dalam penerapan teknologi inseminasi buatan. Tanda positif menunjukan terjadinya peningkatan motivasi yang sangat tinggi oleh peternak diikuti dengan kenaikan perilaku yang sangat tinggi pula. Hal ini dijelaskan oleh Abdurrahman dan Muhhidin (2007) bahwa besarnya nilai motivasi 0,90-1,00 menunjukan hubungan sangat erat atau sangat tinggi. Hubungan yang sangat erat atau sangat tinggi ini disebabkan oleh motivasi responden dalam mengetahui manfaat inseminasi buatan, sehingga akan memacu kenaikan perilaku responden untuk menggali informasi lebih dalam mengenai teknologi inseminasi buatan untuk sapi perahnya. Faktor lain yang nenyebabkan hubungan sangat erat antara motivasi dengan perilaku dalam penerapan teknologi inseminasi buatan adalah usia keseluruhan responden yang termasuk pada usia produktif (100%), yang menyebabkan responden mampu mengambil langkah terbaik untuk kemajuan usaha ternak sapi perahnya terutama pada penerapan inseminasi buatan. Pada usia produktif, responden masih memiliki fisik yang kuat untuk bekerja dan berfikir, sehingga bersifat dinamis dalam menerima hal-hal baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Levis (1996) yang menjelaskan bahwa usia seseorang mempengaruhi kondisi fisik bekerja dan berfikir. Pada usia produktif responden akan mudah termotivasi, sehingga mampu mengambil sikap dari pengetahuan yang mereka dapat, serta menerapkan keterampilan tersebut dilapangan. Responden pada usia produktif mampu mengambil keputusan dengan baik dalam tatalaksana pemeliharaan sapi perahnya, seperti apa yang harus dilakukan agar pemanfaatan teknologi inseminasi buatan dapat berjalan dengan baik, meliputi pemilihan bibit, pakan, perkandangan, pengelolaan kesehatan, manajemen reproduksi, pasca produksi dan manajemen usaha, sehingga responden dapat mengatur jarak kelahiran dengan baik, memperbaiki mutu genetik ternak serta meningkatkan produktivitas susu setiap tahunnya. Selain itu pengalaman beternak juga bisa menjadi alasan terjadinya hubungan sangat erat antara motivasi dengan perilaku pemanfaatan teknologi inseminasi buatan Hubungan Motivasi (X) dengan Pengetahuan (Y1) dalam Pemanfaatan Teknologi Inseminasi Buatan Berdasarkan hasil uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukan data yang didapatkan berdistribusi normal sehingga selanjutnya bisa diuji korelasi dengan menggunakan jenjang Spearman. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi jenjang Spearman didapatkan nilai probabilitas motivasi dengan pengetahuan sebesar 0,000 atau nilai probabilitas < 0,01 (P 0,01) yang berarti adanya hubungan yang sangat nyata antara motivasi (X) dengan pengetahuan (Y). Nilai korelasi yang didapatkan sebesar 0,979 yang artinya adanya hubungan positif yang sangat erat atau sangat tinggi antara motivasi dengan pengetahuan responden dalam penerapan teknologi inseminasi buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman dan Muhhidin (2007) yang menyatakan

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, halaman 5 bahwa besarnya nilai motivasi 0,90-1,00 menunjukan hubungan sangat erat atau sangat tinggi. Tingkat keeratan tersebut dapat diartikan bahwa dengan peningkatan motivasi responden akan diiringi dengan peningkatan pengetahuan pula. Dengan pengetahuan yang tinggi, maka peternak akan mudah mengadopsi inovasi baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (1993) yang menyatakan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin mudah melakukan adopsi terhadap inovasi baru, kurangnya pengetahuan dikalangan petani menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas serta membatasi untuk mengadakan inovasi baru. Usia dan pengalaman beternak merupakan faktor yang menentukan seberapa besar pengetahuan yang bisa diserap oleh responden. Hubungan Motivasi (X) dengan Sikap (Y2) dalam Pemanfaatan Teknologi Inseminasi Buatan Berdasarkan hasil perhitungan korelasi jenjang Spearman didapatkan nilai probabilitas motivasi dengan sikap sebesar 0,000 atau nilai probabilitas < 0,01 (P 0,01) yang berarti adanya hubungan yang sangat nyata antara motivasi (X) dengan sikap (Y). Nilai korelasi yang didapatkan sebesar 0,556, yang artinya adanya hubungan positif yang cukup erat atau sedang antara motivasi dengan sikap responden dalam penerapan teknologi inseminasi buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman dan Muhhidin (2007) yang menyatakan bahwa besarnya nilai motivasi 0,40-0,70 menunjukan hubungan cukup erat atau sedang. Tingkat keeratan tersebut dapat diartikan bahwa dengan kenaikan motivasi responden akan pamanfaatan teknologi inseminasi buatan, akan cukup erat meningkatkan sikap dari diri responden itu sendiri. Sikap seseorang ditentukan oleh kepentingan yang dirasakan responden, apabila responden merasa bahwa inseminasi buatan dapat meningkatkan produktivitas usahanya, maka secara tidak langsung akan merubah sikap beternaknya menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Danim (2004) yang menyatakan bahwa sikap seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang dirasakan. Semakin dia merasa memiliki kepentingan maka sikapnya itu semakin baik. Hubungan Motivasi (X) dengan Keterampilan (Y3) dalam Pemanfaatan Teknologi Inseminasi Buatan Berdasarkan hasil perhitungan korelasi jenjang Spearman didapatkan nilai probabilitas motivasi dengan sikap sebesar 0,000 atau nilai probabilitas < 0,01 (P 0,01) yang berarti adanya hubungan yang sangat nyata antara motivasi (X) dengan keterampilam (Y). Nilai korelasi yang didapatkan sebesar 0,962 yang artinya adanya hubungan positif yang sangat erat atau sangat tinggi antara motivasi dengan keterampilan responden dalam penerapan teknologi inseminasi buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman dan Muhhidin (2007) yang menyatakan bahwa besarnya nilai motivasi 0,90-1,00 menunjukan hubungan sangat erat atau sangat tinggi. Tingkat keeratan tersebut dapat diartikan, bahwa dengan kenaikan atau berkembangnya motivasi responden, secara tidak langsung akan diiringi dengan kenaikan keterampilan pula. Hal ini sesuai dengan pendapat

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, halaman 6 Mardikanto (1993) yang menyatakan bahwa keterampilan merupakan teknik melakukan sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Pengalaman beternak merupakan faktor utama penentu dalam keterampilan, karena dengan semakin lamanya pengalaman beternak responden dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, mereka akan lebih selektif dalam menentukan tujuan yang harus dilakukan. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Terdapat hubungan positif yang sangat erat atau tinggi antara motivasi dengan perilaku dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Hal ini dapat diartikan, dengan meningkatnya motivasi responden dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, secara tidak langsung akan sangat erat meningkatkan perilakunya. 2. Terdapat hubungan positif yang sangat erat atau tinggi antara motivasi dengan pengetahuan dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Hal ini dapat diartikan, dengan meningkatnya motivasi responden dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, secara tidak langsung akan sangat erat meningkatkan pengetahuannya. 3. Terdapat hubungan positif yang cukup erat atau sedang antara motivasi dengan sikap dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Hal ini dapat diartikan, dengan meningkatnya motivasi responden dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, secara tidak langsung akan cukup erat meningkatkan sikapnya. 4. Terdapat hubungan positif yang sangat erat atau sangat tinggi antara motivasi dengan keterampilan dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Hal ini dapat diartikan, dengan meningkatnya motivasi responden dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan, secara tidak langsung akan sangat erat meningkatkan keterampilan peternak dilapangan. Saran 1. Kecamatan Ungaran Barat merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan usaha sapi perah, maka perlu dilakukannya perbaikan kualitas dan kuantitas sapi perah dengan cara inseminasi buatan. 2. Peternak harus lebih meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan melalui media penyuluhan dan jangan ragu untuk mengutarakan keluhan kepada penyuluh. 3. Sebagian besar peternak di KTT Ungaran Barat tidak menggunakan straw dari BIB Ungaran, alangkah baiknya dinas memberikan penyuluhan kepada peternak untuk menggunakan straw yang berasal dari BIB Ungaran, serta melakukan memperbaiki mutu genetik dari BIB Ungaran.

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, halaman 7 4. Untuk menunjang keberhasilan inseminasi buatan, peternak seharusnya memiliki sistem recording perkawinan, karena recording akan membantu peternak dalam manajemen reproduksi khususnya dalam memanfaatkan teknologi inseminasi buatan. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M dan S.A Muhhidin. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Pustaka Setia, Bandung. Bandini, Y. 2004. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta. Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Rineka Cipta, Jakarta. Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya. Bandung. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Press. Surakarta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. Umar, H. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT Gramedia, Jakarta.