BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun 2000. Pembentukan indeks ini dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam equity secara syariah. Jakarta Islamic Index (JII) terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham saham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan Dewan Pengawas Syariah, PT. Danareksa Investment Management. Seperti halnya dalam Indeks LQ-45, seleksi saham untuk dimasukan dalam JII juga memasukkan kriteria-kriteria yang diukur secara ekonomi selain kriteria-kriteria syariah Islam. Urutan seleksi dilakukan sebagai berikut: 1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar); 1
2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. 3) Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. 4) Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data public yang tersedia. Kemunculan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai suatu indicator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Di pasar modal syariah, indeks ini diharapkan memiliki fungsi: 1) sebagai indikator tren saham 2) sebagai indikator tingkat keuntungan 3) sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio 4) menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. Indeks sebagai suatu indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif ditunjukkan dengan 2
indeks harga saham yang mengalami kenaikan dan kondisi inilah yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap. Sedangkan pasar yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli satu atau beberapa saham. Indeks syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri 30 saham syariah mengakomodasi investasi syariah dalam Islam atau indeks yang berdasarkan syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah. Investasi dalam pasar modal, khususnya saham, memiliki profil risiko dan hasil yang berbeda dengan investasi keuangan lainnya. Karena itu, setiap investor perlu memahami apakah investasinya telah memberikan hasil yang lebih baik dari rata-rata pasar. Sehingga di pasar modal syariah diperlukan adanya tolak ukur (bencmark). Di samping sebagai tolak ukur, indeks syariah diperlukan untuk meningkatnya kepercayaan investor dan untuk mengembangkan reksadana syariah. B. Hasil 1. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam, 3
2011:19). Gambaran tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah diolah pada tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 Pada tabel diatas, output SPSS statistik deskriptif menunjukkan jumlah sampel (N) sebanyak 39 yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) mempunyai nilai terkecil sebesar 0,063 yang terjadi pada PT Alam Sutera Reality Tbk pada tahun 2010 dan nilai maksimum sebesar 0,448 yang terjadi pada PT PP London Sumatera Indonesia Tbk pada tahun 2010. Nilai rata-rata Return on Asset (ROA) sebesar 0,21358 dengan standar deviasi sebesar 0,095695. 4
b) Earning Per Share (EPS) Nilai terkecil dari variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 0,016 yang terjadi pada PT Alam Sutera Reality Tbk pada tahun 2010, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 3,549 yang terjadi pada PT Astra International Tbk tahun 2010. Nilai rata-rata Earning Per share (EPS) sebesar 0,74441 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,681256. c) Price Earning Ratio (PER) Nilai terkecil dari variabel Price Earning Ratio (PER) sebesar 1.684 yang terjadi pada PT Astra International Tbk pada tahun 2011, sedangkan nilai maksimumnya sebesar 85,099 yang terjadi pada PT PP London Sumatera Indonesia Tbk tahun 2010. Nilai rata-rata Price Earning Ratio (PER) sebesar 19,91532 dengan nilai standar deviasi sebesar 15,22708. d) Return Saham Untuk dependent variable return saham nilai minimumnya sebesar-0, 898 pada tahun 2011 pada PT Astra International TBK sedangkan nilai maksimumnya sebesar 0,628 pada tahun 2011 pada PT Charoen Pokphand Indonesia. Nilai rata-rata adalah sebesar -0,4143 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,349476. 2. Uji Asumsi Klasik Asumsi yang digunakan dalam metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square = OLS) karena dapat menganalisa model penelitian dengan 5
melihat obyek penelitian yang merupakan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indeks. a) Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam, 2011:160). Pengujian normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov - Smirnov yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai Asymp.Sig (2- tailed) dengan tingkat alpha (α = 0,05). Data yang berdistribusi normal apabila Asymp. Sig. (2-tailed) variabel dependent lebih besar dari tingkat alpha (α =0,05). Hasil pengujian normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 4.1 dan tabel 4.2. Gambar 4.1 Hasil uji Normalitas Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 6
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa pada uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov (uji K-S), dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. menunjukkan hasil 0,805 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi dengan normal. Gambar 4.1: Hasil Uji Normalitas Berdasarkan gambar 4.1 normal probility plots titiktitik menyebar berhimpit disekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. 7
b) Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap hubungan linear antara variabel dengan model regresi, karena prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Cara yang digunakan dalam melakukan uji ini adalah dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Dasar acuannya adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel terikat dalam model regresinya. 2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antara variabel terikat dalam model regresinya. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dalam tabel 4.3: Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 8
Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel terikat dalam model regresinya a) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variable pengganggu (e t ) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu sebelumnya (e t-1 ). Regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dengan menggunakan uji run test dimana apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar 0,05 maka diasumsikan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014. Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai Durbin-Watson (DW) adalah 1,800 dimana DW 1,800 lebih besar dari batas atas (du) 1,6575 dan kurang dari 4 1,6575 9
(4-du) yaitu 2,3425 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif sehingga tidak terdapat autokorelasi. a) Uji Heteroskedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Karena model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dalam gambar 4.2. Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas 10
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi untuk memprediksikan bahwa rasio ROA, EPS dan PER berpengaruh terhadap return saham pada emiten yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Rasio ROA,EPS dan PER terhadap Return Saham pada perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda karena memiliki lebih dari satu variabel independent. Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 berikut: Berdasarkan table diatas dapat diperoleh persamaan linear berganda sebagai Return saham= -0,089 +1,158 ROA + 0.027 EPS 0.011 PER. 11
Dari keempat variabel bebas yang dimasukkan dalam regresi, bahwa PER secara parsial berpengaruh terhadap return saham dengan nilai signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05. Sedangkan untuk variabel ROA, EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penjelasan persamaan linear berganda diatas adalah sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar -0,089 artinya jika NPM, ROA, EPS dan PER nilainya 0 (nol) maka nilai return saham -0,089. 2. Koefisien regresi Return on Asset memiliki nilai sebesar 1,158 hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan nilai ROA, maka dapat menyebabkan perubahan return saham sebesar 1,158. 3. Koefisien regresi Earning Per Share memiliki nilai koefisien sebesar 0,027. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan nilai pada variabel EPS maka dapat menyebabkan perubahan terhadap return saham sebesar 0,027. 4. Koefisien regresi Price Earning Ratio memiliki nilai sebesar 0,011. Dimana berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 persen nilai pada variabel suku bunga menyebabkan perubahan return saham sebesar 0,011 12
4. Uji Hipotesis a) Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi yang dihasilkan dari variabel bebas yang meliputi Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ration (PER) terhadap Return Saham. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, apabila nilai koefisien yang dihasilkan mendekati 1 (satu) maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas memberikan kontribusi yang besar terhadap variabel terikat. Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 Nilai pada Adjusted R Square adalah 0,112. Hal ini berarti 11,2% variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variasi keempat variabel independent yaitu PER, EPS, dan ROA, sedangkan sisanya (100% - 11,2% = 88,8%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independent yang digunakan. 13
b) Uji signifikansi simultan (Uji statistik - F) Uji simultan dengan F-test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independent terhadap variabel dependent. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 Dari uji ANOVA a atau F - test didapat nilai F hitung sebesar 2,591 dengan signifikansi sebesar 0,030 lebih kecil dari nilai 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ROA, EPS dan PER secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. c) Uji signifikan parameter individual (Uji statistik - t) Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel bebas untuk mengetahui bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ration (PER) terhadap Return Saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic. Hasil dari uji T dapat dilihat dalam tabel 4.8. 14
Tabel 4.8 Hasil Uji statistik T Sumber : output SPSS versi 21.0, 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh persamaan linear berganda sebagai berikut: Return saham = -0.089+1,158 ROA +0,027 EPS - 0,011 PER Dari keempat variabel independen yang dimasukan dalam regresi variabel ROA dan EPS tidak signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi sebesar 0,080 dan 0,738 sehingga jauh diatas 0,05. Sedangkan PER berpengaruh signifikan sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05. C. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan pengujian regresi berganda tentang pengaruh variabel ROA, EPS dan PER terhadap Return Saham, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pengaruh Return on Asset terhadap Return Saham 15
Bedasarkan hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai untuk ROA 1,158 dan nilai t hitung sebesar 1,802 dengan signifikansi 0,080 yang nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi (a)=5% atau 0,05 atau ternyata p-value 0,080 >0,05. Hasil ini menunjukan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham, ini mungkin dikarenakan investor tidak melihat rasio ROA tetapi lebih terhadap rasio lain. Dan hal ini juga konsisten dengan penelitian Dyah Ayu Savitri (2012). 3. Pengaruh Earning per Share terhadap Return Saham Bedasarkan hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai untuk EPS 0,027 dan nilai t hitung sebesar 0,338 dengan signifikansi 0,738 yang nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi (a)=5% atau 0,05 atau ternyata p- value 0,738 >0,05. Hasil ini menujukan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap Return Saham ini mungkin dikarenakan investor tidak melihat rasio EPS tetapi lebih terhadap rasio lain. Dan hal. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonya (2009) yang hasilnya menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap Return Saham. 4. Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Return Saham Bedasarkan hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai untuk PER -0,011 dan nilai t hitung sebesar -2,729 dengan signifikansi 0,010 yang mana nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat signifikansi (a)=5% atau 0,05 atau 16
ternyata p-value 0,010<0,05. Dari hasil analisis ini menunjukan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan kondisi pasar jadi tidak seluruhnya harga saham ditentukan oleh faktor fundamental dan konsisten dengan penelitian Rizki Tampibulon (2009). Pengaruh positif pada PER menunjukan bahwa semakin tinggi nilai EPS maka semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, sehingga kepercayaan investor untuk menamkan modal pada perusahaan tersebut akan tinggi jika nilai EPS nya pun tinggi. 17