I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja)

dokumen-dokumen yang mirip
JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Belajar

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN KOMBINASI TGT-STAD DAN GI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. matematika. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

Penggunaan CD Interaktif Dan Digital Storytelling Berbasis Kontekstual Sebagai Media Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

EKSPERIMENTASI MATRIKULASI DITINJAU DARI KECERDASAN INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Fisika SMK

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL ST DAN TS DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCINENCE) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN SIKAP SISWA SMP.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman konsep dalam matematika merupakan kemampuan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA MELALUI STRATEGI THINK-PAIR-SQUARE DAN EXPLICIT INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

09. Mata Pelajaran Matematika

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STHL BERBASIS PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 5 KEPIL

III. METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.3 No.4 (2017) :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

Kata kunci: Model Make a Match, prestasi belajar, motivasi belajar

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 4 SINGARAJA I Made Bawa Mulana (Guru Matematika SMA Negeri 4 Singaraja) ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan faktorial 2 x 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh berbantuan masalah terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan sosial siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 4 Singaraja. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 4 Singaraja pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner kecerdasan sosial dan tes prestasi belajar matematika. Data prestasi belajar matematika siswa dianalisis dengan menggunakan analisis varians dua jalur dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) terdapat pengaruh positif pembelajaran kooperatif matematika siswa, prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif, (2) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kecerdasan sosial terhadap prestasi belajar matematika siswa, 3) pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi, terdapat pengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika siswa, 4) pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah, terdapat pengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika siswa. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Berbantuan masalah, prestasi belajar matematika, kecerdasan sosial 1. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Permendiknas, 2007). Dengan memperhatikan tujuan tersebut di atas maka pemberian masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah sangatlah tepat karena akan merujuk pada pemecahan masalah. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian (Permendiknas, 2007). Pada tingkat SMA masalah terbuka diberikan untuk materi yang mudah diterapkan dalam kehidupan seharihari, dan masalah tertutup diberikan pada materi yang sulit penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam hal ini sebaiknya guru mengubah cara mengajar yang selama ini monoton menggunakan model konvensional 369

dengan alasan pelaksanaannya lebih murah, efisien dalam pemanfaatan waktu, dan materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan waktu, peralatan, serta dapat disesuaikan dengan jadwal guru. Kelemahan model konvensional adalah kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, jadi pembelajaran masih didominasi oleh guru, sehingga siswa merasa bosan karena kurang memperoleh kesempatan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, kurang mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan serta bertanggung jawab terhadap materi dan proses pembelajaran itu sendiri. Selain itu guru juga harus kreatif dalam menentukan dan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, karena suatu model pembelajaran belum tentu cocok untuk semua materi pelajaran. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda yang akan memberikan peran berbeda kepada siswa, pada ruang fisik dan keadaan sosial kelas. Oleh karena itu pemilihan model pembelajaran sangat perlu memperhatikan kondisi siswa, lingkungan belajar, dan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang ditenggarai dapat mengeleminir permasalahan dalam pembelajaran, khususnya pada materi dan adalah model. Karena dalam model pembelajaran koopertif berbantuan masalah, guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponenkomponen lebih kecil dan selalu ada masalah yang harus diselesaikan. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari kurang lebih empat orang siswa, sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masingmasing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok masingmasing sebagai ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. Banyak riset telah dilakukan berkaitan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah 1) penelitian yang dilakukan oleh Puspawati (2011) dengan judul Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Matematika dengan Mempertimbangkan Kemampuan Numerik Siswa Kelas VIII SMP Negeri menunjukkan hasil bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, 2) penelitian yang dilakuan oleh Enti Dianasari (2009) pada bidang studi fisika, menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 3) hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sari Rita (2008) dengan judul Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Biologi di SMAN 2 Tanjung menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih sesuai digunakan pada siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal tinggi, sementara pembelajaran kooperatif Think Pair Share lebih tepat digunakan pada siswa dengan tingkat kecerdasan interpersonal rendah. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain. Namun sepanjang pengetahuan peneliti belum ada penelitian yang membahas 370

tentang penerapan pembelajaran kooperatf berbantuan masalah yang dikaitkan dengan prestasi belajar matematika dan kecerdasan sosial siswa. Selain itu karena sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dari pada pembelajaran konvensional, maka dalam penelitian ini tidak lagi membandingkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional, tetapi hanya membandingkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kooperatif berbantuan masalah dan dikaitkan dengan kecerdasan sosial siswa. Dengan demikian siswa akan merasa nyaman dalam mengikuti pelajaran matematika, sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep dan prestasi mereka dapat meningkat. Kecerdasan sosial sama dengan kecerdasan interpersonal merupakan salah satu dari delapan kecerdasan dasar yang dimiliki oleh manusia yaitu: 1) kecerdasan matematika logika, 2) kecerdasan bahasa, 3) kecerdasan musikal, 4) kecerdasan visual spasial, 5) kecerdasan kinestetis, 6) kecerdasan interpersonal, 7) kecerdasan intrapersonal, dan 8) kecerdasan naturalis, Gardner (dalam Hamzah B. Uno, 2009). Menurut konsep kecerdasan majemuk, individu tidak dibedabedakan antara yang memiliki kecerdasan tinggi dengan kecerdasan rendah. Tinggi rendahnya kecerdasan seseorang hanya memberikan gambaran tentang kecerdasankecerdasan dasar yang dimilikinya. Gambaran ini amat perlu, karena jika seseorang dilayani dan difasilitasi sesuai dengan jenis kecerdasannya, maka seseorang akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Kecerdasan sosial berkaitan erat dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, dan peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cendrung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan interpersonal juga merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan untuk membedakan berbagai macam tanda interpersonal; kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu. Kecerdasan semacam ini selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari siswa yang lain, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan sosial pada siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 khususnya pada materi dan Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Apakah terdapat pengaruh matematika siswa? (2) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah dan kecerdasan sosial siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa? (3) Apakah terdapat pengaruh positif model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah terhadap hasil belajar matematika pada siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi? (4) Apakah terdapat pengaruh positif model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah terhadap prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah? 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, tetapi karena tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini digolongkan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatmen (perlakuan) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini hanya dilakukan random kelas, karena random individu tidak dapat dilakukan. Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2 X 2 yang terdiri dari 4 kombinasi, yang diperoleh dari hasil kali 2 model pembelajaran (kooperatif Jigsaw berbantuan masalah dan kooperatif Jigsaw) dengan 2 tingkat kecerdasan sosial (lebih tinggi dan lebih rendah). 371

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah 470 siswa. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode cluster sampling. Setelah melakukan uji kesetaraan dari 8 kelas dipilih 2 (dua) kelas setara. Dari dua kelas tersebut diundi untuk memperoleh 1 (satu) kelas untuk perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan 1 (satu) kelas untuk perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbantuan masalah. Kelas yang terpilih adalah kelas XI MIPA 7 sebagai kelas untuk perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbantuan masalah dan kelas XI MIPA 8 sebagai kelas untuk perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Kedua kelas terpilih kemudian diberikan kuesioner kecerdasan sosial sehingga diperoleh komposisi sampel yaitu: (1) kelompok siswa yang mengikuti dengan kecerdasan sosial lebih tinggi sebanyak 15 siswa, (2) kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan sosial lebih tinggi sebanyak 15 siswa, (3) kelompok siswa yang mengikuti dengan kecerdasan sosial lebih rendah sebanyak 15 siswa dan (4) kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan sosial lebih rendah sebanyak 15 siswa. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data tentang kecerdasan sosial siswa diperoleh dengan menggunakan kuesioner kecerdasan sosial dan data prestasi belajar matematika siswa diperoleh dengan menggunakan tes prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara sebagai berikut: (1) data kecerdasan sosial siswa dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi dan kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah, (2) data prestasi belajar matematika siswa untuk pengujian hipotesis dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey. Sebelum mengkaji hipotesis dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji normalitas sebaran data dengan menggunakan program SPSS 16,0 for window berdasarkan teknik Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Test of Equality of Error Variance. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Hasil perhitungan analisis data dengan analisis ANAVA dua jalur dari data prestasi belajar matematika untuk hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai F antar model pembelajaran (antar baris) diperoleh F hitung sebesar 130,766; sedangkan harga F tabel untuk dk A = 1 dan dk D = 56 pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 4,08. Ternyata F hitung lebih besar daripada F tabel (F hitung = 130,766 F tabel (0,05) = 4,08) dan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,000, pada taraf signifikansi = 0,05, maka nilai sig. jauh lebih kecil, sehingga F signifikan. Hal itu menunjukkan terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif matematika siswa. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik, dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil perhitungan uji Tukey menunjukkan bahwa nilai Q hitung = 13,55 lebih besar dari Q tabel = 2,86. Dengan demikian, prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif. Hipotesis kedua dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis ANAVA dua jalur dan diperoleh hasil nilai F hitung = 0,061 < F tabel = 4,08 dan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,806, pada taraf signifikansi = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif matematika ditinjau dari kecerdasan sosial siswa. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini dianalisis dengan uji t dan dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 65,305 > t tabel = 2,045 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, pada taraf signifikansi 0,05. Hal itu menunjukkan terdapat pengaruh positif model 372

terhadap prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi. Hipotesis keempat dalam penelitian ini juga dianalisis dengan uji t dan dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 119,607 > t tabel = 2,045 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, pada taraf signifikansi 0,05. Hal itu menunjukkan terdapat pengaruh positif model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah terhadap prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah. b. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, pertama ditemukan bahwa terdapat pengaruh positif model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah terhadap prestasi belajar matematika siswa. Adapun beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bahwa terdapat pengaruh matematika siswa adalah sebagai berikut. (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menguasai materi untuk diri sendiri dan untuk diajarkan kepada teman sekelompoknya, sehingga memberikan peluang pada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya. (2) model menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka akan lebih mengingat materi yang dipelajari. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lie (dalam Rusman, 2010:218) bahwa : kooperatif Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara Menampilkan masalah dalam proses pembelajaran akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pemikirannya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Hasil penelitian yang kedua menyatakan bahwa tidak ada interaksi model terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan social siswa. Hal ini terjadi karena model menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, atau dengan kata lain pembelajaran kooperatif berbatuan masalah dapat memvasilitasi kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah maupun lebih tinggi. Hasil penelitian yang ketiga, menyatakan bahwa terdapat pengaruh matematika pada siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan pendapat bahwa kecerdasan sosial sama dengan kecerdasan interpersonal yaitu kecerdasan yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain (Hamzah B. Uno, 2009:13). Mereka cendrung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Jika ditinjau dari kemudahan belajar pada seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut: suka belajar bersama, memberi kesempatan untuk sosialisasi, kegiatan sharing (berbagi), gunakan keterampilan berhubungan dan komunikasi, permainan percakapan, adakan pesta dan perayaan belajar, permainan dari orang lain, kerja kelompok, ajari orang lain, gunakan sebab akibat. Dengan demikian siswa yang memliki kecerdasan sosial lebih tinggi akan mudah bekerja dan belajar dalam kelompok, dapat berinteraksi dengan teman-teman dalam satu kelompok dalam menyelesaikan masalah. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah dapat memfasilitasi siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat meningkat. Hasil penelitian yang keempat menyatakan bahwa terdapat pengaruh matematika pada siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah. Siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah cendrung mengalami kesulitan dalam bersosialisasi atau bekerja sama dengan teman dan lingkungannya, sehingga cendrung enggan 373

bekerja sama bahkan kurang tertarik untuk berusaha menyelesaikan masalah yang diberikan dalam proses pembelajaran. 4. P E N U T U P Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh positif model terhadap prestasi belajar matematika siswa, (2) tidak terdapat interaksi antara model dengan kecerdasan sosial terhadap prestasi belajar matematika siswa, (3) terdapat pengaruh positif model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah terhadap prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih tinggi, dan (4) terdapat pengaruh positif model terhadap prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kecerdasan sosial lebih rendah. Berdasarkan simpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya mata pelajaran matematika hendaknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif berbantuan masalah sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika, (2) dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika hendaknya guru matematika memberikan masalah, baik masalah terbuka ataupun masalah tertutup yang disesuaikan dengan materi yang dibahas. Matematika SMP. Jakarta: Permendiknas. Puspawati, N.W. 2011. Pengaruh Pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap Prestasi Belajar Matematika dengan Mempertimbangkan Kemampuan Numerik Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Mendoyo. Tesis: Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesisonalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers. Sari, R. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Biologi di SMAN 2 Tanjung Pura. http://digilib.unimed.ac.id/pengaruhmodel-pembelajaran-kooperatif-dankecerdasan-interpersonal-terhadaphasil-belajar-biologi-di-man-2- tanjung-pura-491.html Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. DAFTAR RUJUKAN Dianasari, E. 2009. Pengaruh Pembelajaran Koopertif Jigsaw dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Kreativitas Siswa. Tesis: Tidak diterbitkan. Hamzah, B. U. dan Masri K. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Gorontalo: Bumi Aksara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran 374