I. PENDAHULUAN. orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Berkembang pesatnya dunia perekonomian dan perdagangan pada masa sekarang ini

I. PENDAHULUAN. dalam lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu, masyarakat dalam perkembangan

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ekonomi makro telah menimbulkan dampak yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Surat berharga merupakan terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FERY PRAMONO C

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BILYET GIRO. A. Bilyet Giro Sebagai Salah Satu Surat Berharga. sejumlah uang kepada pemegang surat tersebut 11.

Oleh : IWAN BAYU AJI NIM : C

PELAKSANAAN KLIRING ANTAR BANK ATAS WARKAT YANG BERBENTUK CEK PADA BANK INDONESIA DI SURAKARTA

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang

III. METODE PENELITIAN. ada di sekitar kita untuk direkonstruksi guna mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. para sarjana. Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sebagai

Perubahan ketentuan Bilyet Giro

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB II URAIAN TEORITIS

No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TINJAUAN YURIDIS BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI BANK BTN CABANG SURAKARTA

INFORMASI PENTING! QUESTIONS & ANSWERS (Q & A) KETENTUAN BILYET GIRO DAN KETENTUAN TERKAIT LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. aktif dari seluruh anggota masyarakat. Disamping itu juga diperlukan. pengerahan dana, kemampuan modal dan potensi yang tersedia.

INSTRUMEN PEMBAYARAN. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/41/PBI/2016 TENTANG BILYET GIRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

BAB I PENDAHULUAN. Baik di Indonesia maupun di seluruh dunia banyak orang-orang yang

MASALAH PENGGUNAAN CEK KOSONG DALAM TRANSAKSI BISNIS

KETENTUAN BANK INDONESIA DAN KUHD TENTANG PENGUNAAN CEK DAN BILYET GIRO DALAM SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

DAFTAR ISI BAB II SYARAT FORMAL

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Kegiatan perekonomian yang sehari-hari dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit).

PERANAN KLIRING DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA

TINDAK PIDANA PENIPUAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Gresik Putusan No: 246/Pid.B/2014/PN.Gsk)

Pengertian Surat Berharga. Surat Berharga. Unsur-Unsur Surat Berharga 9/6/2014

Peraturan KSEI No. I-D Tentang Rekening Dana (Lampiran Surat Keputusan Direksi KSEI No. KEP-0020/I/DIR/KSEI/0615 tanggal 3 Juni 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian dalam suatu Negara. Menurut Drs. Mohammad Hatta

No. 18/39/DPSP Jakarta, 28 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

MAKALAH HUKUM SURAT-SURAT BERHARGA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, menuntut para pelaku

AKIBAT HUKUM BAGI PENERBIT BILYET GIRO KOSONG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang perlu mengutamakan kualitas pelayanan. Apabila bank tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Kasmir (2014) mengemukakan kegiatan utama suatu bank dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10. November 1998 dinyatakan bahwa Perbankan adalah badan usaha yang

BAB VI JASA-JASA BANK

Hukum Surat Berharga Pasar Uang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA,

TANGGUNGJAWAB BANK ATAS PENGGUNAAN CEK SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN 1 Oleh : Jaafar Buhang 2

Meris Putri Andani, Imam Ismanu, SH. MS, Yenny Eta Widyanti, SH. Mhum. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Sistem Pembayaran Non Tunai

Managemen Dana tentang DP 3

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

Business Law. Surat berharga M-8. Tony Soebijono

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur


KETENTUAN BG DAN PERUBAHANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.

No. 8/ 33 /DASP Jakarta, 20 Desember 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA KLIRING DI INDONESIA

SURAT BERHARGA DAN KEBIJAKAN DEVIDEN

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

GIRO & PINJAMAN REKENING

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar guna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGGUNAAN KARTU KREDIT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI BARANG DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

S U R A T E D A R A N

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

PENGGUNAAN BILYET GIRO KOSONG SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DAN UPAYA MENGATASINYA. Anik Tyaswati WL * ABSTRACT

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

Pelaksanaan Transaksi Kliring Dalam Kegiatan Oprasional PT. BANK BRI Syariah

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

Pasar Uang Antar Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang membutuhkannya. Disamping itu bank dikenal sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GENAP 2016/2017 PELAKSANA AKADEMIK MATAKULIAH HUKUM SURAT BERHARGA UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB 3 PENYIMPANAN UNTUK EFEK BERSIFAT EKUITAS

Kuesioner Variabel Independen (Variabel X) (Peranan Analisis Kredit)

MENGENAL CEK DAN BILYET GIRO

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

mudah, semua itu tidak terlepas dari campur tangan manusia lain. Inilah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan Zoon Politicon hal ini berarti manusia sebagai

TUJUAN PENGAJARAN: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian giro nasabah 2. Mengidentifikasi jenis

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang serba modern sekarang ini segala sesuatunya harus diselesaikan dengan cepat, mudah dan aman, terutama dalam dunia usaha atau perdagangan, khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu, masyarakat dalam perkembangan jual beli yang ada pada saat sekarang ini, pembayaran tidak harus menggunakan uang kartal saja melainkan dapat menggunakan uang giral atau surat berharga. Sebagai alat bayar maka surat berharga sebagai uang giral memiliki manfaat yang lebih praktis dan aman. Praktis artinya dalam setiap transaksi para pihak tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar sebagai alat pembayaran. Aman artinya tidak setiap orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat berharga memerlukan cara cara tertentu. Pembayaran dengan mata uang dalam jumlah besar, banyak sekali kemungkinan menimbulkan bahaya kerugian, misalnya pencurian, perampokan dan bahaya lainnya yang dapat merugikan orang. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), diatur beberapa jenis surat berharga yaitu cek, wesel, surat sanggup, promese atas tunjuk dan kuitansi atas tunjuk. Selain itu terdapat surat berharga yang timbul dalam praktek dan diatur diluar KUHD yaitu bilyet giro, surat kredit berdokumen dalam negeri, surat berharga komersial (commercial paper). Bilyet giro merupakan salah satu surat berharga yang tidak diatur diluar KUHD, melainkan tumbuh dan dipergunakan dalam praktek perbankan. Ketentuan tentang bilyet giro di Indonesia

diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/670/UPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972 Tentang Bilyet Giro yang telah diganti dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro selanjutnya disingkat SKBI No. 28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro, selanjutnya disingkat SEBI No. 28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro. Dalam SKBI No. 28/32/Kep/Dir tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No. 28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro tersebut diatur antara lain mengenai bentuk bilyet giro beserta dengan syarat-syarat formalnya. Dengan dikeluarkannya SKBI No.28/32/Kep/Dir tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro maka peraturan lama yang mengatur tentang bilyet giro yaitu SEBI No. 4/670/UPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Bilyet Giro merupakan surat perintah nasabah yang telah distandarkan atau dibakukan bentuknya, kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya di bilyet giro pada bank yang sama atau bank lain. Jadi pembayaran bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai, melainkan dengan pemindahbukuan atau transfer antar rekening. Dengan demikian, pembayaran bilyet giro adalah pembayaran dengan pemindahbukuan ( booking transfer) dan bukan dengan uang tunai (Abdulkadir, 1998:177). Disamping itu peranan bank sangat dibutuhkan dalam transaksi perbankan khususnya peranan teknis administrasi dari bank mengenai pemindahbukuan suatu jumlah tertentu dari rekening giro yang berhutang pada rekening giro penagih hutang, pada bank yang sama atau bank yang berlainan. Penerbit harus memiliki rekening giro pada suatu bank dan penerima bilyet giro juga

harus memiliki rekening giro pada bank yang sama atau bank yang berlainan. Jadi, dalam transaksi yang menggunakan bilyet giro melibatkan para pihak, yaitu: a. penerbit, adalah nasabah yang memerintahkan pemindahbukuan sejumlah dana atas beban rekeningnya; b. penerima, adalah nasabah yang memperoleh pemindahbukuan dana sebagaimana diperintahkan oleh penerbit kepada tertarik; c. tertarik, adalah bank yang menerima perintah pemindahbukuan; d. bank penerima, adalah bank yang menatausahakan rekening pemegang. Hubungan hukum antara penerbit bilyet giro dengan penerima terjadi karena ada latar belakang perjanjian antara penerbit dengan penerima yang dalam hukum surat berharga disebut perikatan dasar. Hubungan hukum antara penerbit dengan penerima adalah penerbit berkewajiban menyediakan dana pada tertarik untuk dipindahbukukan ke dalam rekening penerima, dan penerima berhak untuk menerima pemindahbukuan sejumlah dana yang tercantum di dalam bilyet giro kedalam rekeningnya. Hubungan hukum antara penerbit dengan tertarik adalah tertarik wajib melaksanakan perintah pemindahbukuan dari penerbit jika dana untuk itu telah tersedia, oleh karena itu penerbit berkewajiban menyediakan dana kepada rekening penerima untuk dipindahbukukan. Hubungan hukum antara tertarik dengan dengan bank penerima adalah tertarik akan memindahbukukan dana kedalam rekening penerima yang namanya tercantum didalam bilyet giro, dan bank penerima akan membukukan dana tersebut kedalam rekening penerima. Dalam hubungan hukum itu, ada kemungkinan pihak penerbit tidak memenuhi janji untuk menyediakan dana bahkan tidak memenuhi persyaratan formal yang telah ditentukan dalam

SKBI No.28/32/Kep/Dir tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro. Jika hal tersebut terjadi, maka pihak bank dapat melakukan penolakan. Di dalam SKBI No. 28/32/Kep/Dir tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro secara khusus mengatur hal-hal yang mewajibkan bank tertarik maupun bank penerima menolak bilyet giro yang digunakan kepadanya. Berdasarkan uraian permasalahan dan merujuk pada ketentuan SKBI No.28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro, serta peraturan lainnya yang berkaitan dengan bilyet giro, maka dirasa penting untuk melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Penolakan Bilyet Giro Berdasarkan SKBI No.28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Dan Pokok Bahasan Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang, maka permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan mengenai penolakan bilyet giro berdasarkan SKBI No.28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro?

Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, yang menjadi pokok bahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. faktor-faktor penyebab penolakan bilyet giro oleh bank tertarik dan bank penerima; 2. akibat hukum terhadap terjadinya penolakan bilyet giro. 2. Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang hukum perdata ekonomi khususnya hukum surat berharga. b. Ruang lingkup bahasan Ketentuan yang terdapat dalam SKBI No.28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro, khususnya menyangkut penolakan bilyet giro oleh bank tertarik dan bank penerima. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendeskripsikan secara jelas dan rinci mengenai ketentuan dalam SKBI No.28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro, khususnya menyangkut: a. faktor-faktor penyebab penolakan bilyet giro oleh bank tertarik dan bank penerima; b. akibat hukum terhadap terjadinya penolakan bilyet giro.

2. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum khususnya tentang surat berharga, dalam hal ini bilyet giro. 2. Kegunaan Praktis a. Berguna sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan perluasan wawasan peneliti mengenai penolakan bilyet giro sebagaimana di atur dalam SKBI No.28/32/Kep/Dir Tahun 1995 tentang Bilyet Giro dan SEBI No.28/32/UPG Tahun 1995 tentang Bilyet Giro; b. Sebagai sumber informasi dan sumber bacaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan; c. Penambah literatur perpustakaan dan sumber data bagi penulis lain; d. Sebagai persyaratan dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.