1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tolak ukur suatu pemerintahan yang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perbedaan Persepsi Stakeholders Ters Atas Transparansi, Partisipasi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang baik, perlu ada peran serta pihak-pihak seperti: stakeholder

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai salah satu

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22


BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

WARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PENGGANTI KOMITE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE,

PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

Satu Dasawarsa Pemberantasan Korupsi Pendidikan, Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Jakarta, 29 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. Program Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) adalah

Perjuangan Belum Sampai Harapan

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Amanat UUD 1945 Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGELOLA KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Rakyat.(Pasal 1 angka 7, UU No. 17/2003).Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Penyusunan APBS seharusnya. dilakukan dalam waktu singkat sekitar satu bulan sebelum tahun

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI KEPULAUAN YAPEN


PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Pengawasan Bantuan Operasional Sekolah Berbasis Masyarakat

KONFLIK DESENTRALISASI DI BIDANG PENDIDIKAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN DANA BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI INDONESIA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

PERAN APIP DALAM MENGAWAL AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD

BAB I PENDAHULUAN. teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERIAN BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2009 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2009

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

REVITALISASI DEWAN PENDIDIKAN & KOMITE SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan laporan keuangan. Sesuai amanat undang-undang yaitu Pasal 5

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PENDIDIKAN GRATIS

I. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, salah satu contoh kecurangan tersebut adalah korupsi. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai aspek kehidupan. Salah satu dari perubahan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

WALIKOTA LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Dasar 1945 yang telah mengalami amandemen sebanyak 4 kali, melalui pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 2 menyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Serta ayat 4 menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Sehubungan dengan itu, pemerintah terus melakukan upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan, antara lain dengan mengeluarkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan penggantian atas pengurangan subsidi bahan bakar minyak dan sehubungan dengan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang ditujukan agar para siswa memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah memprogramkan pemberian BOS bagi siswa SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMPLB negeri atau swasta dan Pesantren Salafiyah serta sekolah agama non Islam setara SD dan SMP yang menyelenggarakan wajib belajar (wajar) pendidikan dasar 9 tahun. Sekolah wajib mendukung program tersebut dengan menggunakan dana tersebut seefektif mungkin untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Dasar inilah yang menjadi keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 76 tentang petunjuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana bantuan operasional sekolah tahun anggaran 2013. Peraturan yang menjadi latar belakang keluarnya dana BOS adalah Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (http://bos.kemdikbud.go.id, diunduh tanggal 8 Desember 2013). Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar 9 tahun dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9 tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas. Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan, agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana

program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Pada tahun anggaran 2011 penyaluran dana BOS dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah kabupaten/kota dalam bentuk dana penyesuaian untuk bantuan operasional sekolah, mulai tahun anggaran 2012 dana BOS disalurkan dengan mekanisme yang sama tetapi melalui pemerintah provinsi. Dalam mekanisme penyaluran dana BOS, banyak terjadi penyalahgunaan dan penyimpangan, seperti yang terjadi di Gunungkidul dan Magelang dimana dana BOS diselewengkan. Berdasarkan temuan Badan Pemeriksaan Keuangan RI penyaluran dana BOS tidak tepat di 12 Sekolah Dasar dan 13 Sekolah Menengah Pertama. Sementara itu, menurut laporan hasil pemeriksaan BPK, terdapat 48 sekolah yang melakukan pungutan liar terhadap siswa. Pungutan liar itu dibedakan menjadi iuran rutin bulanan dan iuran sukarela yang dikenakan berdasarkan kebutuhan sekolah dengan cara pembayaran diangsur. Jumlah nominal pungutan liar tersebut tidak membedakan antara siswa dari kalangan miskin dan siswa golongan kaya, Wibowo (2011) Berbagai masalah penyelewengan dana BOS yang terjadi, seperti kasus seorang Kepala SMP Negeri di Kabupaten Nias dituntut jaksa di pengadilan tipikor Medan, 6 tahun 6 bulan penjara karena didakwa telah melakukan korupsi dana BOS senilai Rp 301.371.500. Dalam perkara ini, Kepala SMP Negeri tersebut menerima dana BOS Rp 800 juta pada tahun 2010 sampai dengan 2012. Sebagai pengelola, Kepala SMP Negeri tersebut menggunakan sebagian dana bantuan untuk kepentingan pribadi, mulai triwulan IV tahun 2010 sampai triwulan I tahun 2012, Muhardiansyah (2013). Banyak masalah ketidaktransparan dalam

penggunaan dana BOS. Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) bersama jaringan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan komunitas orang tua siswa, menyatakan 87% sekolah tidak transparan dalam pengelolaan BOS. Jumlah tersebut merupakan hasil uji akses yang dilakukan terhadap 222 sekolah sampel di 8 provinsi. Menurut Koordinator YSKK, "Dari 222 sekolah yang menjadi sampel, 87% diantaranya menolak memberikan informasi soal pengelolaan dana BOS,". Pihak YSKK menyesalkan meski termasuk kedalam kategori informasi publik, data dan informasi dana BOS masih sulit diakses. Koordinator YSKK mengatakan, "Kita adakan uji akses serentak pada 21 Oktober 2013 lalu, di 8 provinsi, yakni Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Lampung, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Ada 3 provinsi yang 100% menolak memberikan informasi, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Untuk tingkat kabupaten dan kota terjadi di Sragen, Klaten, dan Karanganyar. Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesian Corruption Watch (ICW) mengatakan transparansi data dan informasi pengelolaan dana BOS diakuinya masih rendah. Kondisi tersebut membuka peluang terjadinya penyelewengan. "Saat ini sudah ada 48 kasus penyelewengan dana BOS yang melibatkan 179 kepala sekolah. Agar tak terulang lagi, harus dilakukan perbaikanperbaikan dalam hal keterbukaan dan kemudahan akses data informasi oleh masyarakat,", Sunaryo (2013). Ada juga kasus kesalahan yang terjadi karena tidak baiknya kinerja bendahara dalam membuat laporan yang benar seperti yang diungkapkan oleh Kadisdikpora Palangkaraya. Kadisdikpora tersebut mengakui adanya penyalahgunaan dana BOS, disebabkan kinerja bendahara sekolah yang tidak bisa

membuat laporan yang benar, ada juga komite sekolah yang melakukan pungutan dan itu terjadi dibeberapa sekolah. Bahkan yang lebih miris lagi terjadi di sekolah unggulan yang mestinya pihak sekolah mengetahui aturan apa saja yang boleh dibebankan kepada siswa (http://jppn.com, 04 April 2013, diunduh tanggal 11 Desember 2013). Masih ada peristiwa dalam bentuk gagal menyusun laporan keuangan, dan tidak sesuainya akumulasi perhitungan yang dilakukan oleh kepala sekolah, dewan guru, dan komite sekolah yang mengakibatkan pihak Dinas Pendidikan Sintang langsung mengambil tindakan tegas kepada kepala sekolah sehingga kepala sekolah tersebut dimutasi (Kusmiyati, 2009). Ketidakjelasan peran dari bendahara BOS juga terjadi di Kota Tebing Tinggi. Peran bendahara diambil alih sepenuhnya oleh Kepala Sekolah, sehingga terjadi tindak pidana korupsi. Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi telah menahan Kepala SMP Negeri tersebut, setelah dilakukan pemeriksaan terkait dugaan dana BOS tahun 2009 sebesar Rp. 369 juta, dalam kasus pengadaan buku pelajaran melalui dana BOS tahun 2009 di SMP Negeri tersebut yang dikerjakan oleh kepala sekolah, terindikasi adanya kenaikan harga buku yang tidak signifikan. Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, bahwa telah terjadi tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan pertanggungjawaban dana BOS SMP Negeri Tebing Tinggi tersebut pada tahun 2009, yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut, sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi, (TT-02/DT.04/*MPC, 19 Januari 2010, diunduh tanggal 11 Desember 2013).

Peran bendahara diambil oleh kepala sekolah, dimana kejelasan peran dari bendahara BOS tidak sesuai dengan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) yang disusun oleh bendahara sekolah, tim BOS, dan komite sekolah, akan tetapi dari berbagai masalah diatas menunjukkan bahwa peran bendahara BOS diambil alih oleh kepala sekolah, bahkan seringkali terjadi manipulasi dana di sejumlah sekolah. Sesuai dengan peraturan bahwa dana BOS mestinya menjadi kewenangan bendahara dan tim BOS sekolah untuk mengelola dana BOS. Dugaan penyelewengan penggunaan dana BOS oleh kepala SD Negeri di Hutan Lindung Kecamatan Muara Bulian Provinsi Jambi sejak Januari sampai dengan Maret 2012. Penyelewengan yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan memalsukan tanda tangan bendahara dana BOS. Kepala sekolah tersebut memalsukan tanda tangan bendahara BOS dikarenakan bendahara BOS telah berhenti dari tugasnya, sehingga perlu melakukan tindakan pencairan dana yang seharusnya merupakan tanggung jawab bendahara dana BOS (Hid, 2012). Peran sebagai bendahara dana BOS yang diambil alih oleh kepala sekolah sehingga bendahara dana BOS tersebut merasa dirinya sebagai pelengkap saja, hal ini karena bendahara dana BOS yang sebelumnya dimutasi/alih tugas. Mulai dari sini, kepala sekolah tersebut mengambil peran bendahara dana BOS tersebut. Sehingga bendahara dana BOS yang baru tidak mengetahui berapa banyak dana yang diambil dan dikeluarkan dalam pengelolaan dana BOS tersebut. Ini terjadi pada satu sekolah dasar negeri di Bulak II, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu (Er, 2013). Berbagai peristiwa diatas menunjukkan bahwa belum efektifnya bendahara BOS dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai bendahara BOS,

kegagalan ini juga banyak dipengaruhi oleh kemampuan bendahara dalam menguasai teknologi dalam penyusunan laporan. Terlalu ikut campur tangan kepala sekolah dalam pembuatan laporan keuangan dan juga dalam penggunaan anggaran. Kurang koordinasi antara bendahara BOS, kepala sekolah, dewan guru dan komite sekolah dalam penyusunan perencanaan, penggunaan anggaran maupun pelaporan keuangan. Adanya ketidakpuasan bendahara sehingga membuat kinerja bendahara semakin berkurang yang mengakibatkan terjadi penyimpangan penggunaan dana BOS. Berdasarkan hal inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan peneliti memberi judul Pengaruh Teknologi Informasi, Kepuasan Kerja, dan Kejelasan Peran Terhadap Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut ; (1) apakah terdapat pengaruh teknologi informasi secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara dana BOS di sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang?; (2) apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara dana BOS di sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang?; (3) apakah terdapat pengaruh kejelasan peran secara signifikan dan positif terhadap terhadap kinerja bendahara dana BOS di sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang?, dan; (4) apakah ada pengaruh teknologi informasi, kepuasan kerja, kejelasan peran secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara BOS secara simultan?.

1.3 Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk; (1) menguji dan menganalisis pengaruh teknologi informasi secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara dana BOS di sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang; (2) menguji dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara dana BOS di sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang; (3) menguji dan menganalisis pengaruh kejelasan peran secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara dana BOS di Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Deli Serdang; serta (4) menguji dan menganalisis pengaruh teknologi informasi, kepuasan kerja dan kejelasan peran secara signifikan dan positif terhadap kinerja bendahara dana BOS di sekolah dasar Negeri di Kabupaten Deli Serdang secara simultan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk; (1) kepala sekolah, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam memperoleh informasi serta dapat untuk merancang program-program perbaikan ke depan, dalam pengelolaan dana BOS; (2) Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang untuk dapat menyusun dan membuat rencana dan membuat pelatihan kepada bendahara dana BOS sekolah agar dapat mencegah penyelewengan dan ketidakmampuan bendahara BOS dalam menyusun laporan yang baik dan benar; (3) bagi peneliti dan peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai mekanisme dan pelaporan serta penyajian dana BOS di sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang; (4) bagi pembaca,

penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai dana BOS di sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang. 1.5 Originalitas Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dalimunthe (2010) dengan judul Analisis Kepuasan Kerja, Kejelasan Peran, dan Kinerja Bendahara Bantuan Operasional Sekolah di Sekolah Negeri Kota Medan. Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada penambahan variabel independen yaitu teknologi informasi dan variabel dependen yaitu kinerja, adapun alasan peneliti menambahkan variabel teknologi informasi adalah bahwa peneliti melihat bahwa perlunya keterbukaan informasi yang harus disampaikan oleh bendahara BOS, sedangkan pada penelitian Dalimunthe (2010) tidak diketahui antara variabel independen dan variabel dependen karena semua variabel saling mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar negeri Kabupaten Deli Serdang, sedangkan penelitian Dalimunthe (2010) dilakukan pada sekolah dasar negeri Kota Medan. Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah untuk variabel kinerja bendahara dan bendahara dana BOS untuk variabel teknologi informasi, kepuasan kerja, kejelasan peran. Sedangkan pada penelitian Dalimunthe (2010), respondennya adalah bendahara dana BOS.

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian Kriteria Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang Variabel penelitian 1. Kepuasan kerja 2. Kejelasan peran 3. Kinerja bendahara BOS Variabel independen: 1. Teknologi informasi 2. Kepuasan kerja 3. Kejelasan peran Variabel dependen: 1. Kinerja bendahara BOS Tempat penelitian Sekolah Dasar Negeri Kota Sekolah Dasar Negeri Responden Medan Bendahara Bos di Sekolah Dasar Kota Medan Kabupaten Deli Serdang Bendahara Bos di Sekolah Dasar Kabupaten Deli Serdang