BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population Prospect: The 2010 Revision Population Database usia harapan hidup pada tahun 2010-2015 di beberapa negara menunjukkan peningkatan tiap dekadenya, Negara Amerika Serikat memiliki usia harapan hidup rata-rata mencapai 78,9 tahun, Singapura mencapai 82,2 tahun sedangkan Indonesia mencapai usia 70,1 tahun. Bertambah panjangnya usia harapan hidup, maka membuat jumlah lansia juga akan meningkat. Jumlah lansia diberbagai negara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Saat ini jumlah penduduk lansia didunia diperkirakan mencapai 500 juta dan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar, sementara itu peningkatan jumlah lansia juga terjadi di Asia dari 2,3% mencapai 7,8% (Meiner, 2011). Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah lanjut usia di Indonesia mencapai 18,1 juta jiwa, pada tahun 2014 meningkat menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa (Kemenkes, 2015). Sumatera Barat termasuk dalam 10 besar provinsi dengan jumlah lansia terbanyak, jumlah lansia pada tahun 2013 mencapai 5,1 juta jiwa (8,09%) dengan jumlah lansia di Kota Padang sebanyak 82 ribu lansia atau setara dengan 1,6% dari seluruh lansia di Sumatera Barat (BPS Sumatera Barat, 2014). 1

2 Meningkatnya jumlah lansia akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan, dengan bertambahnya usia fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga banyak penyakit muncul pada usia lanjut. Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem kardiovaskuler yang merupakan proses degeneratif, diantaranya yaitu penyakit hipertensi (Perry & Potter, 2009). Definisi mengenai hipertensi sangat beragam yang dikemukakan para ahli. Menurut Smelttzer & Bare dalam Ode (2012) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan faktor resiko dari penyakit kardiovaskuler dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas. Penelitian yang dilakukan Yang Fan, dkk (2016) mengenai Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension in the older population : results from the multiple national studies on ageing menyatakan hipertensi merupakan faktor resiko terbesar pada penyakit pembuluh darah dan menyebabkan 7,6 juta kematian per tahun di seluruh dunia atau 13,5% dari seluruh kematian, hampir tiga perempat dari hipertensi hidup di negara berkembang, secara keseluruhan lansia dengan hipertensi (55,6%) menyadari kondisi mereka, (44,1%) dari pasien menerima obat antihipertensi yang diresepkan, tetapi hanya (17,1%) dari mereka yang memiliki tekanan darah terkontrol.

3 Kejadian hipertensi pada lansia meningkat seiring bertambahnya usia, Center for Disease Control and Prevention (2015) menyatakan Negara Amerika Serikat pada usia 65-74 tahun persentase lansia hipertensi sebesar (64%) pada laki-laki dan (69,3%) pada perempuan, persentase ini meningkat pada usia 75 tahun (66,7%) pada laki-laki dan (78,5%) pada perempuan. Secara nasional pada tahun 2013 25,8% penduduk Indonesia menderita hipertensi, prevalensi kejadian hipertensi pada usia 55-64 tahun sebanyak (45,9%), usia 65-74 tahun (57,6%), dan usia > 75 tahun (63,8%) (Kemenkes, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan Sumatera Barat terdapat 232.274 kasus hipertensi yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah. Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita oleh kaum lanjut usia, baik laki-laki maupun perempuan. Adapun dampak apabila penyakit hipertensi tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Pada lanjut usia penyakit-penyakit tersebut sangat rentan sehingga dianjurkan untuk dapat mengontrol hipertensi dengan baik, untuk mencegah penyakit yang lebih parah. Penatalaksanaan hipertensi diperlukan untuk mencegah keberlangsungan kerusakan organ target dalam waktu lama sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian, penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua macam terapi yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

4 merekomendasikan modifikasi gaya hidup dalam mencegah dan menangani tekanan darah tinggi selain terapi farmakologis diantaranya yaitu mempertahankan diet sehat dengan mengurangi konsumsi sodium, menjalani program pengobatan antihipertensi, aktivitas fisik yang teratur, pertahankan berat badan normal, berhenti merokok, dan batasi asupan alkohol. Menjalani gaya hidup sehat merupakan kunci sukses dalam pencegahan dan penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler. Penelitian yang dilakukan Rigsby (2011) mengenai Hypertension Improvement through Healthy Lifestyle Modification menyatakan (60%) partisipan memiliki tingkat kesadaran yang baik tentang hipertensi, (30%) menunjukkan peningkatan dalam kontrol tekanan darah, (40%) peningkatan dalam melakukan aktivitas fisik, (40%) peningkatan dalam mengkonsumsi buah dan sayuran serta (20%) dari partisipan mengalami penurunan berat badan selama mengikuti penelitian ini. Modifikasi diet merupakan salah satu penatalaksanaan nonfarmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah, mencegah terjadinya hipertensi, dan mengurangi resiko komplikasi dari hipertensi. Dalam penelitian Bazzano, dkk (2013) mengenai Dietary approaches to prevent hypertension menyatakan modifikasi diet dikenal secara luas sebagai strategi modifikasi gaya hidup dengan potensial besar untuk mencegah hipertensi pada pasien yang kurang menjalani intervensi farmakologi, dalam penelitian ini strategi diet yang direkomendasikan dalam menurunkan tekanan darah yaitu diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diantaranya konsumsi buah-buahan, sayuran, susu rendah lemak, makanan berserat, biji-bijian, protein nabati yang kurang dari lemak jenuh

5 dan kolesterol. Mengatur pola makan dan menu makan sesuai yang direkomendasikan untuk hipertensi menjadi solusi dalam perawatan lansia dengan hipertensi. Keberhasilan tindakan pencegahan dan kekambuhan dipengaruhi oleh kepatuhan penderita hipertensi dalam mengontrol diet dan tekanan darah. Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan dalam penanganan hipertensi didefinisikan sebagai seberapa baik perilaku seseorang dalam menggunakan obat, mengikuti diit atau mengubah gaya hidup sesuai dengan tatalaksana terapi. Peningkatan kejadian hipertensi disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi diet yang diperbolehkan dalam mengkonsumsi makanan yang beresiko terjadinya hipertensi ataupun terjadinya kekambuhan hipertensi. Penelitian yang dilakukan Karakurt dan Kasikci (2012) mengenai Factor affecting medication adherence in patients with hypertension menyatakan dari 750 partisipan, 27,2% (204) pasien hipertensi berusia antara 60-69 tahun, dari seluruh partisipan sebanyak 94,4% (708) pasien mengetahui diet khusus hipertensi, namun yang mematuhi diet hipertensi sebesar 52,7% (373) dan yang tidak mematuhi sebesar 47,3% (335). Penelitian yang dilakukan Agrina, dkk (2011) mengenai Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet, penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekan Baru didapatkan hasil bahwa sebanyak 34 orang

6 (56,7%) responden tidak patuh dalam pemenuhan diet hipertensi dan sebanyak 26 orang (43,3%) yang patuh dalam pemenuhan diet hipertensi. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang diantaranya, penderita atau individu, dukungan keluarga, dukungan sosial dan dukungan petugas kesehatan (Niven, 2002). Dalam melakukan terapi dukungan keluarga pada lansia menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan penatalaksanaan hipertensi, dukungan keluarga yang diberikan bertujuan untuk memulihkan kondisi lansia agar sehat kembali dan mengurangi gejala penyakit/ ketidaknyamanan yang disebabkan oleh gangguan kesehatan, serta mencegah terjadinya komplikasi akibat penyakit yang diderita. Sebuah keluarga terdiri dari beberapa anggota keluarga yang saling berinteraksi, interaksi antara anggota keluarga dapat berupa dukungan yang akan mempengaruhi kesehatan anggotanya. Menurut Friedman, (2010) dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya, dan memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan, dukungan keluarga dibagi menjadi empat bentuk yaitu, 1) Dukungan informasi, yaitu keluarga berfungsi sebagai pencari informasi tentang kebutuhan diet hipertensi pada lansia, 2) Dukungan penghargaan/ penilaian, keluarga bertindak sebagai umpan balik dalam mengevaluasi diri anggota keluarga, 3) Dukungan instrumental, dalam hal ini keluarga memberikan bantuan pada lansia berupa keuangan, membantu pekerjaan rumah tangga dalam mempersiapkan kebutuhan makanan lansia, 4) Dukungan

7 emosional, keluarga mendengarkan keluhan lanjut usia dan memberikan saran pemecahan masalah. Fungsi keluarga dibidang kesehatan adalah membantu setiap anggotanya dalam memelihara kesehatan, karena keluarga merupakan sistem pendukung utama terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya. Penelitian yang dilakukan Flynn, et al (2013) mengatakan partisipan dengan hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol melaporkan bahwa anggota keluarga sering memfasilitasi pengaturan dalam kepatuhan rencana pengobatan hipertensi, partisipan juga menghargai bagaimana anggota keluarga membantu dalam menyiapkan makanan, mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengingatkan mengkonsumsi obat hipertensi. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga dapat membantu anggota keluarganya yang sakit kearah yang lebih sehat. Keluarga adalah sumber utama konsep sehat sakit dan perilaku sehat sehingga keluarga dapat menjalankan sebuah peran pendukung yang penting selama periode pemulihan dan rehabilitasi klien. Penelitian yang dilakukan Baretto, dkk (2014) mengenai Patient perspectives on family participation in the treatment of hypertension juga menyatakan dukungan keluarga berperan penting dalam terapi antihipertensi, dukungan diadopsi dari kebiasaan perawatan diri diantaranya latihan fisik dan pengaturan makan (diet), penelitian ini juga menggambarkan bagaimana keluarga menjadi fasilitator dalam kepatuhan pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil rekapitulasi Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014 dari 22 Puskesmas yang tersebar di Kota Padang menunjukkan kasus hipertensi

8 menempati urutan pertama dari semua penyakit terbanyak pada usia lanjut di Kota Padang, dengan jumlah hipertensi sebanyak 16.853 orang dan kunjungan terbanyak terdapat di Puskesmas Belimbing. Laporan jumlah kunjungan penderita hipertensi pada usia lanjut di Puskesmas Belimbing pada tahun 2015 sebanyak 1928 orang dan hipertensi menempati urutan ke 1 dari 12 penyakit terbanyak di Puskesmas Belimbing, angka ini meningkat jika dibandingkan dengan kunjungan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 1773 orang (Laporan Puskesmas Belimbing, 2015). Peneliti melakukan studi pendahuluan pada beberapa orang lansia dengan hipertensi di Puskesmas Belimbing pada bulan Maret 2016, didapatkan 6 dari 10 orang mengatakan kesulitan mentaati aturan makan atau diet hipertensi karena pasien merasa bosan terhadap diet yang dijalankan seperti makanan terasa hambar jika tidak ditambah garam, kurang mengkonsumsi buah dan sayuran, dan juga merasa kurang mendapatkan perhatian dari keluarga seperti keluarga jarang mengingatkan pasein untuk mematuhi aturan makan yang dijalani karena anggota keluarga yang sibuk dengan aktivitas sehari-hari, keluarga jarang menyediakan atau menyiapkan makanan sesuai diet hipertensi, keluarga kurang mendukung usaha pasien dalam pelaksanaan diet hipertensi seperti membiarkan pasien makan makanan sesukanya saja. Sedangkan 4 dari 10 pasien mengatakan dalam menjalani pengobatan hipertensi mereka mendapatkan dukungan dari keluarganya, seperti keluarga mengingatkan pasien dalam mengkonsumsi obat hipertensi dan mengingatkan jadwal makan makanan yang ditentukan sesuai dengan diet hipertensi yang dianjurkan, keluarga menyediakan makanan yang

9 sesuai dengan diet pasien, keluarga membantu pasien dalam menghindari makanan yang tinggi garam, tinggi lemak, makanan berserat, dan keluarga mendukung usaha pasien dalam melakukan pengaturan makan sesuai diet hipertensi. Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Belimbing Padang tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Hipertensi pada Lansia penderita Hipertensi di Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2016. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Belimbing Padang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik demografi lansia meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.

10 b. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Belimbing Padang tahun 2016. c. Mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan diet hipertensi pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Belimbing Padang tahun 2016. d. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Belimbing Padang tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian dapat menjadi masukan dan informasi baru di Puskesmas Belimbing dalam merencanakan program promosi kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi khususnya kepatuhan dalam memodifikasi gaya hidup (diet hipertensi). 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi mahasiswa dan institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dengan tinjauan ilmu keperawatan berupa promosi kesehataan, untuk meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada pasien hipertensi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien hipertensi.