BAB I PENDAHULUAN ASING) TERHADAP KEPEMILIKAN LAHAN DAN BANGUNAN DI SEKITAR. KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG KEC. BOHOROK KAB.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

RENCANA STRATEGIS

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, mobilitas Warga Negara Asing. (selanjutnya disingkat WNA) yang masuk ke wilayah Indonesia akan terus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

BAB I PENDAHULUAN. 23 Januari 1942 merupakan catatan penting bagi masyarakat Provinsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi


PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

Kegiatan pariwisata yang saat ini belum digali dan dikelola secara baik di antaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 TENTANG PERBURUAN SATWA BURU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I P E N D A H U L U AN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.penggunaan tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Tentang : Perburuan Satwa Buru

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi. Permainan menurut Joan Freeman dan Utami Munandar (dalam Andang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

DOKUMENTASI PENELITIAN BEBERAPA GAMBAR SATWA, SEBAHAGIAN KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG DAN BANGUNAN YANG ADA INDIKASI PEMILIKAN ORANG ASING

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis memilih permasalahan EKSISTENSI WNA (WARGA NEGARA ASING) TERHADAP KEPEMILIKAN LAHAN DAN BANGUNAN DI SEKITAR KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG KEC. BOHOROK KAB. LANGKAT, dan mencoba menghubungkannya dengan Ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, khususnya yang berkenaan dengan Ketentuan Perundangan Agraria Nasional Indonesia UU RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Ketentuan Agraria Nasional Indonesia, PP RI No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas Tanah, dan PP RI No. 41 Tahun 1996 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia, Lembar Negara No : 59, Tambahan Lembaran Negara No : 3644, serta Permeneg. Agraria/ Kep. Kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional) Pusat No. 7 Tahun 1996 Tentang Persyaratan Kepemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Bagi Orang Asing di Indonesia, dan lain-lain. 4 UUPA Undang-undang Pokok Agraria (No. 5 Tahun 1960) sebagai Peraturan Perundangan salah satu karya terbaik anak bangsa Indonesia, yang telah disepakati dan berhasil di Undangkan pertama sekali pada tanggal 24 September Tahun 1960 dan telah mengawal serta mengakomodasi berbagai kepentingan yang 4 UU RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), PP RI No. 41 Tahun 1996 Tentang Rumah Hunian/ Tempat Tinggal Bagi Orang Asing di Indonesia, PP RI No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak-hak Atas Tanah yang Dimungkinkan Diberikan Kepada Orang Asing.

sangat sesuai dengan Jiwa Bangsa dan Semangat Kebangsaan (nasionalis/ sosialis) Indonesia, Perlindungan Terhadap BAR (Bumi, Air, dan Ruang Angkasa) di seluruh wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), jaminan terhadap kepentingan umum/ sosial yang mengutamakan kepentingan Nasional, perlindungan terhadap Petani dan golongan ekonomi lemah lainnya. 5 Dapat kita lihat saat ini UUPA sedang mengalami tekanan dan cobaan yang sangat keras, terbukti dengan munculnya wacana-wacana untuk merubah/ mengganti UUPA dengan Peraturan Perundang-undangan sejenis yang baru, dengan dalih penyesuaian dan pemenuhan terhadap kebutuhan serta tuntutan zaman, dimana UUPA dinilai sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan dan tuntutan serta kebutuhan terhadap kemajuan maupun pembangunan yang berwawasan global. Argumentasi berikutnya yaitu, UUPA semenjak di Undangkan pada Tahun 1960 sampai saat ini belum berhasil mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, dan argumen-argumen tajam lainnya. Apabila UUPA dirubah maka tentu akan merembet kepada perubahanperubahan aturan Perundang-undangan lainnya, baik itu aturan Perundangan yang status/ tingkatan hierakhinya sama, yaitu sama-sama Undang-undang, maupun aturan-aturan pelaksana (organik) dari UUPA itu sendiri, seperti PP (Peraturan Pemerintah RI), KepPeres (Keputusan Presiden RI), KepMen (Keputusan Menteri 5 Materi kuliah dari Tampil Anshari Siregar, Dosen Hukum Agraria FH USU, Medan, Nopember 2009. Dan Pasal 2 ayat (3 dan) Pasal 6 UUPA.

Negara RI), Peraturan Kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional RI), Perda (Peraturan Daerah), dan lain-lain. 6 Dalam pandangan banyak ahli, segala tekanan dan permasalahan di atas akan bertambah semakin berat dan kompleks ke depan, alasannya menurut analisis mereka, hanya sedikit orang (ahli/ ilmuan) yang benar-benar mengetahui tentang esensi UUPA ini, yang kemudian mau dan mampu, menyampaikan secara baik dan benar kepada masyarakat secara luas, kemudian juga dapat menjelaskan kaitan antara kesejahteraan yang belum dicapai oleh bangsa Indonesia dengan amanat UUD RI 1945 Pasal 33 ayat (3) khususnya UUPA sebagai penjabarannya, dan dapat pula menyampaikan serta menjelaskan secara tepat dan benar bagaimana sebenarnya kedudukan pemahaman maupun kedudukan hukum dari hal-hal yang belum dicapai tersebut. Telah di tegaskan bahwa, UUPA digali dari prinsif-prinsif hukum Adat dan hukum Agama (bagian berpendapat huruf : A dan Pasal 5, UUPA yang berlaku di Indonesia dengan mengutamakan) kepentingan Nasional dan sifat-sifat kebersamaan yang sangat khas yaitu sosialis nasionalis Indonesia. Akar dari semua permasalahan terhadap lambannya kemajuan dan proses mensejahterakan masyarakat Indonesia, lebih kepada penegakan aturan Perundangundangan yang sebenarnya tekah ada selama ini, karena dinilai belum benar-benar konsisten di laksanakan oleh para pemangku kekuasaan (steak holder) saat ini, khususnya para aparat penegak hukum, disebabkan karena faktor tingginya tingkat pertentangan kepentingan antar para oknum Pejabat maupun para penyelenggara 6 Tampil Anshari Siregar, Op.cit. September 2009.

Negara, adanya praktik KKN/ Pungli, maupun ketidak sefahaman antar para Pejabat tersebut tentang esensi dan tugas yang diembannya, kesadaran dan pengetahuan hukum masyarakat luas yang juga masih tergolong sangat rendah, dan penyebab-penyebab kompleks lainnya. 7 Sejalan dengan argumentasi di atas, Penulis ingin mengkhususkan penelitian ini kepada Indikasi kepemilikan maupun penguasaan lahan dan bangunan oleh Orang Asing yang ada di Indonesia, khususnya di sekitar kawasan objek wisata Bukit Lawang Kec. Bohorok Kab. Langkat Sumatera Utara, yang menurut pengamatan Penulis daerah ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit di Sumatera Utara setelah Danau Toba (Lake Toba) dan Berastagi (Kab. Karo) yang paling banyak didatangi oleh Orang Asing karena kekhasannya. Beberapa alasannya disebabkan karena keindahan dan kekayaan alam yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), bahwa Bukit Lawang merupakan salah pintu utama untuk masuk ke daerah ini, yaitu dengan luas hutan mencapai 2,6 juta Ha. Merupakan hutan hujan trofis (Trofic Rain Forrest) yang merupakan Paru-paru dunia, dianggap sebagai rumah terakhir bagi populasi Gajah sumatera, Orangutan sumatera, Harimau sumatera, dan Badak sumatera serta merupakan tempat terakhir di muka bumi yang dapat ditemukan ke empat spesies ini di habitat yang sama. 8 Kawasan ekosistem Leuser merupakan sebuah habitat yang kompleks, dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, sekaligus rentan terhadap segala bentuk 7 Pembukaan UUPA (UU No. 5 Tahun 1960), bagian berpendapat, huruf ; A. 8 Buku Saku Menuju Taman Nasional Gunung Leuser (Trofical rain Forest Heritage Of Sumatera) Tangkahan Langkat Indonesia, 2010.

ganguan yang meyebabkan ancaman kepunahan bagi spesies-spesies tersebut. Pada hutan Leuser ini, terdapat beraneka ragam jaringan spesies hewan dan tumbuhan yang saling ketergantungan antara satu dengan lainnya. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ini juga telah ditetapkan sebagai hutan warisan dunia (Trofical Rainforest Heritage Of Sumatera Indonesia TRHS) Oleh UNESCO pada Juli Tahun 2004, yaitu karena hutan ini memiliki keaneka ragaman jenis satwa endemik yang jumlahnya tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 bintang menyusui, 194 bintang melata, 52 jenis ampibi, serta 3500 jenis species tumbuhan. Bukit Lawang ditetapkan sebagai pusat rehabilitasi dan Pemantauan Orangutan liar yang dikelola oleh Departemen Kehutanan yang bekerjasama dengan UNESCO dan WWF (World Wild Foundation). 9 Karena faktor keasrian alamnya Bukit Lawang juga cukup diminati oleh para wisatawan lokal maupun asing, yaitu : terdapat permandian alam dengan tersediannya fasilitas ban, arung jeram dan panjat tebing, Treaking, yang sangat cocok untuk kegiatan pencinta alam, flaying fox, dan lain-lain. Sedangkan bagi para wisatawan asing pada umumnya datang ke Bukit Lawang untuk tinggal/ berada/ menetap dengan jangka waktu yang relatif lama (rata-rata sekitar 1-6 bulan), dalam kepentingan liburan, penelitian, pengamatan, dan lain-lain. Walaupun ada beberapa juga yang sifatnya insidendentil (sementara/ pelancong), maka jika dilakukan pendekatan melalui logika berfikir sederhana saja dapat dibayangkan gambaran bahwa dengan seringnya mereka berada ke daerah ini 2009. 9 Data BPS (Badan Pusat Statistik) Kab. Langkat, Kecamatan Bohorok Dalam Angka, Tahun

dalam jangka waktu yang relatif lama tersebut, tentu mereka akan membutuhkan tempat tinggal yang permanen dalam kepentingan kenyamanan dan kelancaran tugas/ misi/ tujuan mereka, sehingga tentu akan berusaha untuk meminimalisir Coss (menekan pengeluaran/ biaya) mereka selama berada di daerah ini. Oleh karena itu dengan cara membeli suatu lahan dan/ atau suatu bangunan yang ada di daerah ini, adalah dianggap sebagai salah satu cara yang relatif murah dibandingkan jika mereka harus menyewa penginapan berkali-kali selama berharihari/ berbulan-bulan ketika setiap kali datang, belum lagi karena faktor kebebasan dan kenyamanan, dan lain-lain. Dengan maka mereka hanya sekali saja mengeluarkan uang yang cukup besar, setelah itu mereka dapat dengan bebas mempergunakan lahan dan bangunan yang telah mereka beli tersebut, kemudian mereka dapat juga menyewakan lahan dan bangunan itu ketika mereka sedang tidak di Bukit Lawang, ataupun untuk kepentingan ekonomis lainnya yang dilaksanakan oleh pengurus rumah (pembantu/ orang kepercayaan), sedangkan dalam kepentingan kapan mereka mau datang ke daerah ini tentu tidak perlu lagi menyewa penginapan dan seterusnya. Sesungguhnya UUPA pada Pasal 9 telah menegaskan bahwa hanya WNI (Warga Negara Indonesia) sajalah yang memiliki hubungan sepenuhnya dengan BAR (Bumi, Air, dan Ruang Angkasa) di dalam wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) termasuk penilaian pelaksanaan terhadap PP RI 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tinggal/ Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia dengan aturan pelaksananya yaitu Permeneg. Agraria/ Kep. Kepala BPN

Pusat No. 7 Tahun 1996 Tentang Persyaratan Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Bagi Orang Asing. 10 Penjelasan Pasal 9 UUPA tersebut, juga biasa disebut dengan Prinsif/ Asas Nasionalitas, yaitu tidak semua orang bisa mempunyai Hak Milik atas tanah di wilayah Indonesia, artinya apabila ada Orang Asing (WNA) memiliki lahan dan/ atau bangunan atas dasar Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU) secara langsung, maka tentu menyalahi Peraturan Perundang-undangan. Hal inilah yang akan Penulis buktikan pada Penelitian nantinya. 1.2 Perumusan Masalah Bahwa di dalam penelitian ini, Penulis akan melakukan pengumpulan informasi dan data/ dokumen serta keterangan-keterangan yang berkenaan dengan keberadaan Orang Asing (WNA) yang ada di Sekitar Kawasan Wisata Bukit Lawang, Kec. Bohorok Kab. Langkat, Sumatera Utara. Adapun fokus Permasalahan di dalam Penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana status lahan dan bangunan secara mayoritas yang ada di sekitar kawasan Wisata Bukit Lawang? 2. Upaya Penulis dalam usaha membuktikan Indikasi Kepemilikan Lahan oleh Orang Asing di Sekitar Kawasan Wisata Bukit Lawang. 3. Apa tanggapan masyarakat setempat terhadap keberadaan Orang Asing di Bukit Lawang, apakah lebih besar manfaatnya atau sebaliknya dan bagaimana pandangan Peraturan Perundanga-undangan Khususnya Tentang Hukum Agraria terhadap keadaan tersebut? 10 Pasal 9 UUPA op.cit hal.6.

4. Bagaimana cara Orang Asing mempertahankan Eksistensinya Kepemilikan terhadap lahan dan/ atau bangunan di Bukit Lawang dan dalam kepentingan apa, serta berapa lama umumnya mereka berada di daerah ini? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1 Tujuan Tujuan dari Penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya Eksistensi Warga Negara Asing (WNA) terhadap Kepemilikan Lahan maupun Bangunan di sekitar kawasan wisata Bukit Lawang, terutama dilihat dari status hukumnya (dengan kesesuaian bukti outentik) terhadap lahan maupun bangunan yang terindikasi memiliki kaitan dengan Orang Asing (Warga Negara Asing). 1.3.2 Manfaat Manfaat dari Penelitian ini adalah agar semua pihak dapat mengetahui dengan jelas tentang eksistensi Warga Negara Asing terhadap kepemilikan lahan maupun bangunan yang ada di sekitar kawasan wisata Bukit Lawang, bagaimana status lahan maupun bangunan yang mereka kuasai/ miliki tersebut, apakah bersesuaian dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia atau tidak, dan apakah pemanfaatan bangunan dan lahan-lahan tersebut bersesuaian dengan prinsif tata ruang dan tata kelola pelestarian dan perlindungan terhadap alam maupun semangat pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan (suistinable development), hal ini sesungguhnya akan bermanfaat juga bagi para pemerhati masalah pertanahan maupun Pemerintah sebagai pembuat dan pembuat kebijakan.

Sekalipun Hak Milik atas rumah ataupun bangunan dimungkinkan untuk diberikan kepada Warga Negara Asing sesuai dengan pengaturan di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1996, dan tentunya bagi yang telah memenuhi syarat sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Agraria/ Ka. BPN Pusat No. 7 Tahun 1996 Tentang Persyaratan Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Bagi Orang Asing, namun tetap saja harus tunduk kepada kepentingan dan perlindungan masyarakat secara nasional di seluruh Indonesia, dengan segala kewajiban dan ketentuan-ketentuan perundangundangan yang mengikatnya. Hasil penelitian ini dapat juga kita bandingkan dengan daerahdaerah wisata lain yang juga banyak/ lebih banyak dikunjungi oleh Orang Asing di seluruh Indonesia, seperti Bali, Lombok, Bunaken dan lain-lain. Apakah mereka Orang Asing tersebut menggunakan cara/ modus yang sama atau berbeda, sehingga pada akhirnya dapatlah ditemukan suatu kesimpulan utuh dan konfrehenship tentang keberadaan Orang Asing di Indonesia ini adalah lebih besar manfaatnya atau sebaliknya. 1.4 Keaslian Penulisan Sesuai dengan pemeriksaan dan penelusuran oleh Penulis dan Petugas Perpustakaan Fakultas Hukum USU, terhadap skripsi-skripsi dan karya ilmiah lainnya yang telah ada selama ini, maka diperoleh Kesimpulan bahwa Judul Skripsi yaitu Tinjuan Yuridis, Eksistensi WNA Terhadap Kepemilikan Lahan dan Bangunan di Sekitar Kawasan Wisata Bukit Lawang Kec. Bohorok Langkat, Berdasarkan Ketentuan Hukum Agraria Nasional Indonesia (UU No. 5 Tahun 1960) tidak ada dan tidak ditemukan serta belum pernah diteliti oleh Mahasiswa/ i

fakultas Hukum USU sebelumnya. Oleh karena itu, bahan/ materi dari Penelitian di dalam skripsi ini berstatus original di lingkungan Fakultas Hukum USU sampai Juli Tahun 2010. (Surat Keterangan dan Stempel Perpustakan Fakultas Hukum USU Terlampir). 11 11 Sumber : Keterangan dari Petugas Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, Juni 2010.