BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

PERILAKU MENYIMPANG.

Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Kontrol Sosial. Pengantar Sosiologi

BAB 6 PENGENDALIAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL

PENGENDALIAN SOSIAL. b. Pengawasan individu dengan kelompok.

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) prilaku atau tindakan

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat

SOSIOLOGI X PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam teori domain menurut Benjamin S Blom dkk, diutarakan 3

BAB I PENDAHULUAN. dengan mudahnya mengakses berbagai informasi, pengetahuan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control) terhadap berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat sering kali diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparaturnya saja. Memang ada benarnya bahwa di era globalisasi sekarang ini kontrol sosial oleh pemerintah yang memiliki sanksi - sanksi tegas terhadap anggota suatu masyarakat yang melanggar norma - norma yang berlaku lebih banyak dipakai dalam mengontrol dan mengawasi berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat. Tetapi sesungguhnya kontrol sosial masyarakat itu tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Reucek dalam Soekanto (1987 : 1-2) mengatakan bahwa, arti sesungguhnya dari kontrol sosial jauh lebih luas, karena dalam pengertian tersebut tercangkup segala proses baik yang direncanakan maupun tidak, bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga - warga masyarakat agar mematuhi kaidah - kaidah dan nilai sosial yang berlaku, baik yang dilakukan oleh pribadi terhadap pribadi, kelompok terhadap kelompok, kelompok terhadap anggotanya. Sejalan dengan Reucek, Soekanto (1990 : 205) mengatakan, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya, atau oleh suatu kelompok terhadap individu. Itu semua merupakan suatu proses pengendalian sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat walaupun sering kali tidak disadari. Dengan demikian maka pengendalian sosial terutama

bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan - perubahan yang terjadi di masyarakat. Konsep kontrol sosial yang saat ini diberlakukan di beberapa wilayah Negara Indonesia oleh para pemegang otoritas yang turut berperan serta untuk mengawasi segala perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat, dinilai masih kurang efektif dalam mengatasi berbagai macam gejala perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh warga masyarakatnya. Banyaknya kasus tawuran, perampokan, pemerkosaan, penggunaan obat - obat terlarang oleh para remaja maupun orang dewasa menjadi salah satu bukti bahwa sistem kontrol sosial yang ada saat ini masih belum efektif dalam mengendalikan berbagai perilaku yang menyimpang dimasyarakat khususnya dikalangan remaja. Ditambah lagi sekarang ini perilaku - perilaku menyimpang, seperti; kasus tawuran, perampokan, pemerkosaan, penggunaan narkoba tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, anak - anak remaja yang seharusnya belajar untuk menuntut masa depannya yang cerah bahkan ikut merajalela melakukan tindakan perilaku menyimpang. Dalam jurnal Pewarta Dinamika, Eading in Character Education, Edisi 10/2012, dikatakan bahwa seorang pelajar yang bernama Alawy Yusianto Putra Meninggal pada tanggal 24 September 2012 karena kekerasan yang dilakukan oleh pelajar lainnya yang terlibat dalam aksi tawuran antara SMA 70 dan sekolah Alwi sendiri yaitu SMA 6 Jakarata Selatan. Dalam jurnal ini juga dikatakan bahwa tawuran dikalangan pelajar juga merupakan sebuah budaya baru di sejumlah kota di Indonesia.

Berger dalam Bagong (2010) mendefenisikan bahwa, pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang. Sementara itu menurut Reucek dalam Soekanto (1987 : 83) menyatakan bahwa, pengendalian sosial adalah proses yang direncanakan maupun tidak. Melalui proses tersebut warga masyarakat dididik, diajak, atau dipaksa untuk menganut kebiasaan kelompok. Dilain pihak, Menurut Horton dan Hunt (1996 : 176), pengendalian sosial atau kontrol sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat itu. Salah satu faktor yang mempertimbangkan mengapa warga masyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu - rambu didalam berperilaku dalam kehidupan sehari - hari ada kaitannya dengan efektif tidaknya proses sosialisasi, proses sosialisasi secara normatif tidak hanya mendatangkan manfaat bagi masyarakat, dalam arti mewujudkan tertib sosial. Disisi lain, peroses sosialisasi juga mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara individual, sehingga dengan adanya sosialisasi maka masyarakat akan mengerti tentang bagaimana seharusnya hidup menjadi anggota masyarakat yang memiliki perilaku yang jauh dari penyimpangan norma - norma dan nilai masyarakat yang dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi setiap individu dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari - hari. Dengan adanya kontrol sosial yang dilakukan melalui proses sosialisasi tersebut seharusnya dapat mengingatkan kapada masyarakat tentang tindakan -

tindakan yang selama ini mereka lakukan secara tidak sadar merupakan tindakan yang termasuk dalam kategori yang menyimpang. Namun karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat, serta adanya kebudayaan lokal yang membenarkan tindakan terntentu, maka bisa saja seseorang secara tidak sadar telah melakukan tindakan penyimpangan, tetapi tidak merasa bahwa dirinya telah melakukan tindakan yang menyimpang atas perilakunya. Kontrol sosial yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi oleh berbagai pihak kepada masyarakat, selain dapat memberikan pedoman kepada individu tentang bagaimana seharusnya berperilaku dalam kehidupan masyarakat dan bagaimana seharusnya sikap yang harus diambil oleh masyarakat agar tidak terpengaruh oleh sekelompok orang tertentu, juga kontrol sosial yang dilakukan tersebut seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang sangat menguntungkan masyarakat khususnya individu. Bagong (2010) menyatakan bahwa karena kontrol sosial yang berupa sosialisasi bersifat menguntungkan atau rewarding, maka seharusnya seluruh masyarakat itu bersedia untuk menerima norma - norma dari sosialisasi itu sendiri dan kemudian menginternalisasikannya dalam dikehidupan bermasyarakat yang kongkrit dan aktual tanpa paksaan dari pihak manapun. Namun realitas sekarang ini, peneliti melihat bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa proses sosialisasi norma - norma sosial sering sekali dianggap masyarakat sebagai hal yang merugikan dan membuang - buang waktu saja. Adanya pandangan seperti ini mungkin disebabkan oleh adanya anggapan masyarakat bahwa proses sosialisasi justru secara tidak langsung menuntut mereka untuk mengikuti semua nilai - nilai yang disosialisasikan,

sedangkan para penguasa birokarasi yang membuat kontrol sosial itu sendiri juga kerap kali melanggar nilai - nilai dan norma yang disosialisasikan ke masyarakat itu sendiri. Efek dari itu maka tidak heran kalau perilaku - perilaku menyimpang dalam masyarakat baik itu yang dilakukan oleh individu secara tunggal maupun individu secara berkelompok terus bertambah jumlahnya. Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat menyimpang dari norma yang berlaku seperti yang dikemukakan, Soekanto (1990 : 214-226) ; (1) karena kaidah - kaidah nilai - nilai sosial budaya yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya; (2) karena kaidah - kaidah nilai - nilai sosial tidak dirasakan manfaatnya olah masyarakat; (3) karena terjadi ketidakserasian antara aspirasi dengan saluran - saluran yang tujuannya untuk mencapai cita - cita tersebut; (4) berpudarnya pegangan masyarakat pada kaidah - kaidah nilai sosial, sehingga menimbulkan keadaan yang tidak stabil. Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang adalah; (1) tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai - nilai atau norma - norma yang ada; (2) tindakan yang antisosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasan masyarakat atau kepentingan umum (tindakan kriminal), yaitu tindakan yang nyata - nyata telah melanggar aturan - aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain (Soekanto, 1990 : 205). Tindakan yang seperti ini sering kita temui misalanya: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya, itu

semua merupakan sebagian contoh dari perilaku menyimpang yang secara nyata bahwa semua itu telah mengancam ketentraman masyarakat. Di era globalisasi sekarang, perilaku menyimpang rentan terjadi di masyarakat perkotaan (urban community) dan masyarakat pinggiran kota (sub urban) daripada masyarakat pedesaan (rural commuity), hal ini dikarenakan di masyarakat yang tinggal di perkotaan (urban community) atau di daerah pingiran kota (sub urban) memiliki karakteristik lebih terbuka terhadap hal - hal baru termasuk hal yang bersifat idieologi. Keadaan ini berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan, masyarakat pedesaan biasanya lebih tertutup, tidak dengan mudah menerima hal - hal yang bersifat baru, sehingga masyarakat tersebut tidak dengan mudah masuk ke dalam sebuah wacana yang bersifat menyimpang. Bagong (2010) mengatakan bahwa, semakin besar suatu kelompok masyarakat maka semakin sukarlah orang saling menginditifikasi dan saling mengenali sesama warga kelompoknya. Dengan demikian anomie social menjadi hal yang tidak dapat dihindari (keadaan tanpa norma), sehingga semakin bebaslah individu - individu untuk berbuat semaunya, dan kontrol sosial pun akan lumpuh tanpa daya. Hal yang demikian itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat tradisional (primitif) yang kecil - kecil, dimana segala interaksi bersifat langsung dan face to face dengan demikian masyarakat tradisonal (primitif) cenderung jarang terjadi berbagai pelanggaran norma - norma sosial atau perilaku menyimpang. Dalam masyarakat tradisional (primitif) kontrol - kontrol sosial yang berlaku bersifat tradisional (informal), biasanya hanya berbentuk ejek - ejekan dan sindiran, namun karena semua anggota masyarakat

dari kelompok tradisional ini saling mengenal maka ejek - ejekan dan sindiran yang dilakukan sebagai kontrol sosial cukup efektif dalam mengendalikan perilaku - perilaku meyimpang yang dilakukan oleh kelompoknya. Terlepas dari itu tidak heran jika kontrol sosial yang diberlakukan di daerah - daerah yang berada di kawasan pinggiran kota terlihat melemah dalam mengatasi dan mengendalikan berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat. Hal ini dikarenakan daerah pinggiran kota (sub urban) juga memiliki karakteristik masyarakat yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Perubahan sosial, ekonomi, politik, teknologi telah merubah daerah pinggiran kota menjadi daerah tak kalah maju dengan perkotaan. Tidak jarang, terlihat banyak sekali daerah pinggiran kota telah berubah menjadi daerah kawasan elit perumahan. Perubahan yang semacam ini juga tidak hanya terlihat dalam karakteristik fisiknya saja, tetapi hal ini juga diikuti oleh perilaku masyarakat yang tinggal di daerah itu. Masyarakat yang materialis, individualistik juga menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri akibat adanya perubahan ini, sehingga individu yang tidak mempunyai kemampuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sering sekali menghalalkan segala cara untuk memenuhinya. Hal - hal yang demikian akhirnya menjadi pemicu timbulnya masalah perilaku menyimpang di masyarakat, seperti misalnya masalah perilaku menyimpang yang dilakukan secara berkelompok yaitu Geng Motor. Geng Motor merupakan salah satu contoh dari kelompok sosial yang pada dasarnya kelompok tersebut diikat oleh persamaan tujuan, hobi atau dengan kata lain kelompok yang tergabung dari orang - orang yang memiliki kecintaan

terhadap motor, kemudian seiring dengan perkembangan waktu kelompok tersebut berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan orang. Untuk menunjukan identitas mereka kepada masyarakat kemudian kelompok - kelompok tersebut melakukan aktivitas - aktivitas yang meresahkan masyarakat sekitarnya, seperti: kebut - kebutan di jalan, tawuran sampai merampok pengguna jalan di sekitar mereka, dan lain - lain. Dalam Web Blog yang ditulis Sigit (2011) menyatakan bahwa, Geng Motor adalah sebuah kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective belief). Keyakinan bersama itu bisa berbentuk, katakanlah, siapa yang cenderung dipersepsi sebagai maling (dan oleh karenanya diyakini pantas untuk dipukuli); atau situasi apa yang mengindikasikan adanya kejahatan (yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti dengan tindakan untuk, katakanlah, melawan). Terkait dengan keberadaan Geng Motor, dalam skripsi Hutabarat (2011), menyatakan bahwa keberadaan Geng Motor itu sendiri sebenarnya sudah ada dari tahun 1978, yang dulu namanya melegenda adalah Geng Motor Moonraker. Kota tempat tumbuh dan berkembangnya geng - geng motor adalah kota Bandung. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kini mereka mulai menjalar ke daerah - daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon, Subang, Medan dan sejumlah kota besar lainya. Namun belakangan ini

geng motor tidak hanya banyak ditemukan dan melakukan aksi - aksi anarkis mereka di kota - kota besar saja, di sekitar daerah pinggiran kota seperti Desa Bandar Khalipah keberadaan Geng Motor juga telah ditemukan di sekitar daearah yang tak jauh dari Desa Bandar Khalipah bahkan istilah Geng Motor bukan lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian masyarakatnya. Berdasarkan observasi awal saya terkait keberadaan Geng Motor di Desa Bandar Khalipah bahwa, Geng Motor sudah ada sejak 3 tahun terahir ini, tapi Geng Motor itu sendiri bukan berasal dari Desa Bandar Khalipah. Mereka biasanya datang dari Kota Medan dan melakukan Konvoi dari jalan Desa Lau Dendang (10 km dari Desa Bandar Khalipah) sampai akhirnya berhenti di sekitar Pasar 12 (dulu kebun sawit sekarang tanah garapan). Aksi - aksi mereka bervariasi mulai dari tawuran dengan pemuda - pemuda setempat yang tidak mau gabung dengan geng mereka, menghancurkan ruko - ruko para pedagang Baju Monja (bekas) di pasar 12, tidak membayar uang saat mengisi bensin di SPBU dan lain sebagainya. Desa Bandar Khalipah merupakan suatu kawasan pinggiran kota (Sub Urban) dan Seiring dengan perkembangan dan kemajuannya Desa Bandar Khalipah tersebut juga telah mengalami berbagai perubahan sosial yang lebih maju baik secara sosial, ekonomi, politik dan lain - lain. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya tingkat heterogenitas dari kelompok masyarakatnya dan juga ditandai dengan lengkapnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat, seperti misalnya rumah sakit, swalayan, sekolah, sehingga seiring dengan

kemajuannya tersebut tingkat perilaku menyimpang yang mengarah pada kriminalitas juga ikut meningkat sesuai dengan perkembangan desa tersebut. Melihat keadaan seperti itu maka penulis tertarik menjadikan Desa Bandar Khalipah untuk sebagai lokasi penelitan skripsi yaitu tentang Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Geng Motor. Studi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Penelitian tentang Geng Motor itu sendiri sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun dalam penelitian ini penulis tidak akan membahas dan meneliti secara mendalam tentang bagaimana keberadaan Geng Motor dalam melakukan aksi - aksi brutalnya atau faktor - faktor pemicu banyaknya Geng Motor sekarang ini, namun dalam penelitian ini peneliti lebih mendalami tentang bagaimana peran dari para penguasa birokrasi, keluarga, aparat keamanan, juga kontrol sosial masyarakat yang lainnya dalam melakukan pengawasan terhadap anak - anak remaja sehingga tidak terjerumus dan bergabung dalam sebuah kelompok sosial yang menyimpang dan meresahkan masyarakat seperti Geng Motor. Selain itu, peneliti juga akan meneliti tentang makna tindakan/perilaku Geng Motor berkenaan dengan banyaknya reaksi dari masyarakat yang telah memberikan caap (lebeling) yang negatif terhadap Geng Motor, dan juga bagaimana respon dari anggota Geng Motor terhadap kontrol sosial sosial.

1. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kontrol sosial Pemerintah Desa Bandar Khalipah terhadap perilaku Geng Motor? 2. Bagaiamana kontrol sosial masyarakat terhadap Geng Motor di Desa Bandar Khalipah? 3. Bagaimana makna dan respon dari perilaku anggota Geng Motor terhadap kontrol sosial? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kontrol sosial Pemerintah Desa Bandar Khalipah terhadap perilaku Geng Motor. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kontrol sosial masyarakat terhadap Geng Motor di Desa Bandar Khalipah. 3. Untuk mengetahui bagaimana makna dan respon dari perilaku Geng Motor terhadap kontrol sosial.

1. 4. Manfaat Penelitian Setiap penelitian mampu memberikan manfaat, baik itu untuk diri sendiri, orang lain maupun ilmu pengetahuan. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kajian referensi dalam dunia pendidikan khususnya dalam ilmu sosiologi yang mengkaji berbagai fenomena - fenomena masyarakat yang berkaitan dengan pengawasan sosial, perilaku menyimpang dan juga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat dan pemerintah dalam mengambil berbagai kebijakan sosial yang efektif demi terciptanya ketertiban sosial di masyarakat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah khususnya yang berhubungan dengan upaya dalam mengendalikan atau mengawasi banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja seperti Geng Motor. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada agen kontrol sosial dalam mengambil kebijakan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini nantinya juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak agen kontrol sosial dalam mengatasi banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja dan juga menjadi salah satu kajian refrensi bagi pihak - pihak yang mempunyai peran dalam mengambil kebijakan sosial untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mengganggu ketertiban masyarakat atau bahkan meresahakan masyarakat, seperti misalnya perilaku Geng Motor.

1.5. Defenisi Konsep Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kontrol Sosial Pemerintah Kontrol sosial adalah pengawasan dari kelompok terhadap kelompok atau individu lain untuk mengarahkan peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar tercipta situasi kemasyarakatan yang sesuai dengan harapan sosial yaitu kehidupan sosial yang konformis (Kolip, 2010). Dari pengertian tersebut, maka kontrol sosial pemerintah dalam hal ini adalah peran atau upaya yang dilakukan oleh lembaga lembaga yang berada dibawah sistem pemerintahan, seperti Pemerintah Desa Bandar Khalipah, lembaga kepolisian, lembaga pendidikan yaitu dengan tujuan untuk mengendalikan atau mengkontrol banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti perilaku Geng Motor. 2. Kontrol Sosial Masyarakat (Society) Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh seluruh lapisan atau anggota masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Bandar Khalipah dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, baik itu kontrol yang dilakukan oleh kepala keluarga, tokoh yang dituakan, tokoh agama. 3. Pengendalian Sosial Secara Preventif Merupakan salah satu tahap yang utama yang dilakukan oleh lembaga agen sosiolisasi atau kontrol sosial sebagai upaya dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, baik

yang dilakukan dengan cara - cara, seperti : sosialisasi, himbauan, mengarahkan, mengawasi. 4. Pengendalian Sosial Secara Persuasif Merupakan salah cara yang dilakukan oleh lembaga agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor yaitu dengan cara - cara seperti : membujuk dan mengajak secara lebih inten, merayu, memberikan imbalan. 5. Pengendalian Sosial Secara Represive Adalah salah satu cara yang dilakukan oleh agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, yaitu dengan cara memberikan hukaman yang berupa sanksi sosial, sanksi administrasi, dan sanksi hukum. 6. Pengendalian Sosial Secara Coersive Merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang, yaitu dengan cara memberlakukan tindakan kekerasan fisik dan tindakan yang berupa ancaman, seperti memukul, menampar, mengeroyok. 7. Perilaku Menyimpang (Deviance) Yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai - nilai dan norma - norma yang berlaku di masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan terhadap kaidah dan nilai - nilai yang berlaku di masyarakat, seperti misalnya tawuran, penggunaan obat terlarang, mencuri, bergabung dengan kelompok yang menyimpang seperti Geng Motor.

8. Geng Motor Merupakan suatu kelompok sosial yang pada dasarnya kelompok tersebut diikat oleh persamaan tujuan, hobbi atau dengan kata lain kelompok yang tergabung dari orang - orang yang memiliki kecintaan terhadap motor, kemudian seiring dengan perkembangan waktu kelompok tersebut berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan orang. Untuk menunjukkan idendititas mereka kepada masyarakat kemudian kelompok - kelompok tersebut melakukan aktivitas - aktivitas yang meresahkan masyarakat sekitarnya, seperti: kebut-kebutan, merampok pengguna jalan raya, membuat keributan, dan lain - lain. Itu semua terjadi karena adanya perasaan/keyakinan yang sama terhadap suatu hal tertentu sehingga mereka cenderung untuk melakukan tindakan yang disepakati oleh kelompok, meskipun seringkali tindakan itu adalah tindakan yang menyimpang