Risal Wintoko. Community Medicine Departement, Faculty of Medicine Lampung University. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Rizka Yunidha Anwar 1, Nuzulia Irawati 2, Machdawaty Masri 3

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Shinta Shabrina; Dewi Mayangsari; Dyah Ayu Wulandari. Prodi DIV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Prevalensi Soil Transmitted Helminth di 10 sekolah dasar Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

Key words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, nails hygiene

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KONTAMINASI TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA KUKU DAN TANGAN SISWA SDN 07 MEMPAWAH HILIR KABUPATEN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

Infection risk of intestinal helminth on elementary school student in different ecosystem of Tanah Bumbu district in 2009

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR MI ASAS ISLAM KALIBENING, SALATIGA

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN HIGIENE TANGAN DAN KUKU DENGAN KEJADIAN ENTEROBIASIS PADA SISWA SDN KENJERAN NO. 248 KECAMATAN BULAK SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

RIAMA SANTRI SIANTURI

xvii Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DENGAN PENYAKIT CACING (SOIL TRANSMITTED HELMINTH) PADA PEKERJA TANAMAN KOTA PEKANBARU ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI

Kata kunci: Infeksi, Personal Hygiene, Soil Trasmitted Helminth

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

KONTAMINASI TANAH OLEH SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI DUSUN II, DESA SIDOMULYO, KECAMATAN BINJAI, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA TAHUN 2010.

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN KECACINGAN DENGAN STATUS KECACINGAN SISWA SDN 03 PONTIANAK TIMUR KOTAMADYA PONTIANAK TAHUN

Universitas Sumatera Utara

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERSONAL HIGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN GIANYAR

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN DI SD ATHIRAH BUKIT BARUGA MAKASSAR

INSIDENSI INFESTASI SOIL TRANSMITTED HELMINTHES

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

Jurnal Riset Kesehatan. HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN INFEKSI Soil Transmitted Helminths PADA PEMULUNG DI TPS JATIBARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Infeksi Soil Transmitted Helminths di SDN 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 dalam Upaya Pencegahan Kecacingan di SDN 2 Keteguhan Teluk Betung Barat

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou*

Transkripsi:

Risal Wintoko Relations Aspects of Personal Hygiene And Behavior Aspects with Worm Eggs Nail Contamination Risk At 4 th, 5 th And 6 th Grade of State Elementary School 2 Raja Basa Districts Bandar Lampung Academic Year 2012/2013 Risal Wintoko Community Medicine Departement, Faculty of Medicine Lampung University Abstract Prevalence helminthiasis or infected of worms is very high in the world, especially in the tropic. This disease is the most cause of morbidity worldwide. Three and a half billion people in the world infected with intestinal parasites, including roundworm (Ascaris lumbricoides, Trichiuristrichiura, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) and four hundred and fifty million of them are children. The purpose of this study was to determine the relationship aspects of personal hygiene and behavior aspects with worm eggs nail contamination risk at 4 th, 5 th, and 6 th grade of state elementary school 2 Rajabasa districts, Bandar Lampung academic year 2012/2013. This research uses descriptive analytic observational method and cross-sectional data collection. Reseacrch conducted in October 2013 against 79 respondent using proportional random sampling. The research results shows worm eggs nail contaminations is 21,5%. Aspects of personal hygiene are most closely related to the contamination of the eggs of worms in dirty nails student is washing hands and aspects of risk behaviors most closely associated with the contamination of worm eggs in the stool is the student habit of playing on the ground. [JuKeUnila 2014;4(7):136-141] Keywords: behavior, helminthiasis, personal hygienic Pendahuluan Prevalensi helminthiasis atau kecacingan sangat tinggi di dunia terutama di daerah tropis. Penyakit ini merupakan penyebab kesakitan terbanyak di seluruh dunia. Tiga setengah miliar penduduk dunia terinfestasi parasit intestinal, termasuk cacing perut (Ascaris lumbricoides, Trichiuristrichiura, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan empat ratus lima puluh juta diantaranya mengenai anakanak. 1 Menurut laporan Bank Dunia, di negara berkembang diperkirakan diantara anak usia 5-14 tahun, helminthiasis merupakan penyumbang terbesar angka kesakitan (12% anak perempuan dan 11% anak laki-laki). 2 usus golongan Soil Transmitted Helminths (STH) yang masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat di Indonesia yaitu Ascaris lumbricoides, Trichiuristrichiura, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. 3 Sedangkan cacing usus golongan non STH yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan, diantaranya Enterobius vermicularis dan Trichinella spiralis. Enterobiasis adalah penyakit infeksi yang tersebar luas di seluruh belahan dunia, baik di negaranegara maju maupun berkembang. 4 Kecacingan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara ekonomi dapat menyebabkan banyak kerugian, karena adanya kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. 5 Infeksi cacing pada manusia dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasinya terhadap lingkungan. Helminthiasis banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan terkena pada kelompok masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang. Kondisi ini dapat menyebabkan tingginya angka prevalensi JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 136

helminthiasis ditambah lagi dengan sosial ekonomi masyarakat yang rendah. 1 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sadjimin tahun 2000, gangguan gizi dapat disebabkan oleh infeksi cacing, khususnya cacing usus yang ditularkan melalui tanah.selain itu, larva cacing seperti A.lumbricoides yang masuk ke paruparu dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus. Keadaan ini disebut dengan sindroma Loeffler. A.lumbricoides dewasa juga dapat menimbulkan gangguan usus seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi, bahkan jika terjadi infeksi berat bisa menimbulkan malabsorpsi makanan. Kondisi yang lebih serius dapat terjadi ketika cacing menggumpal di dalam usus lalu menimbulkan penyumbatan sehingga terjadi obstruksi ileus. 6 Kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan miikroorganisme diantaranya bakteri dan telur cacing. Penularan diantaranya melalui tangan yang kotor. Pada kuku jari tangan yang kotor, kemungkinan terselip telur cacing. Telur cacing akan tertelan ketika makan. Hal ini diperparah lagi apabila tidak terbiasa mencuci tangan memakai sabun sebelum makan. 7 Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2000) menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara tanah dan kuku yang terkontaminasi telur A.lumricoides dan kejadian askariasis pada anak balita di Kecamatan Paseh Jawa Barat. 8 Pada tahun 2011 telah dilaporkan hasil penelitian mengenai kecacingan, khususnya STH pada siswa SDN 2 Kampung Baru, Bandar Lampung menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan STH di SDN 2 Kampung Baru, Bandar Lampung adalah 26,7%. 9 Berdasarkan uraian di atas penulis merasa penting untuk meneliti hubungan aspek personal higiene dan aspek perilaku berisiko dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN 2 Rajabasa Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu desain penelitian dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu waktu untuk mengetahui hubungan aspek personal higiene dan aspek perilaku berisiko dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa SD Negeri 2 Rajabasa, Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan data primer, data sampel diperoleh dengan melakukan wawancara pada siswa yang terpilih dari SD yang sudah ditentukan. Sedangkan untuk pemeriksaan kotoran kuku dilakukan dengan metode sedimentasi yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Populasi adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 SD Negeri 2 Rajabasa Kota Bandar Lampung pada tahun ajaran 2012/2013, sedangkan sampel dilakukan dengan proportional random sampling. 10 Kemudian data dianalisis menggunakan Chi-square dengan alternatif uji fisher. Untuk melihat keeratan hubungan antar variabelnya digunakan analisa koefisien kontingensi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 di SD Negeri 2 Rajabasa, Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan data primer yakni data dari kuesioner dan potongan kuku siswa kelas 4, 5, 6. Pengumpulan potongan kuku dilakukan dengan cara menggunting kuku siswa kelas 4, 5, dan 6 yang diletakkan di dalam pot plastik lalu diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sedimentasi. Adapun data pada kuesioner berisi tentang karakteristik responden. Pada kuesioner juga terdapat 4 tema pertanyaan yang diuraikan menjadi 7 pertanyaan tentang aspek personal higiene dan aspek perilaku berisiko yang berkaitan dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku seperti kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun, kebiasaan memotong JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 137

kuku, kebiasaan bermain tanah, dan kebiasaan menggaruk anus. Gambaran kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun diketahui bahwa 54,4% (n=43 responden) memiliki kebiasaan baik dan 45,6% (n=36 responden) memiliki kebiasaan yang kurang baik. Gambaran kebiasaan memotong kuku diketahui bahwa 83.5% (n=66 responden) memiliki kebiasaan baik dan 16.5% (n=13 responden) memiliki kebiasaan yang kurang baik. Gambaran kebiasaan bermain tanah diketahui bahwa 34.2% (n=27 responden) memiliki kebiasaan bermain tanah dan 65.8% (n=52 responden) tidak memiliki kebiasaan bermain tanah. Gambaran kebiasaan menggaruk anus diketahui bahwa 31.6% (n=25 responden) memiliki kebiasaan menggaruk anus dan 68.4% (n=54 responden) tidak memiliki kebiasaan menggaruk anus, data selengkapnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Distribusi Frekwesi Aspek Personal higienis dan aspek prilaku Aspek personal higienis/prilaku Frekuensi (n) Persentase (%) Mencuci Tangan Kurang Baik 36 45.6 Baik 43 54.4 Memotong Kuku Kurang Baik 13 16.5 Baik 66 83.5 Bermain Tanah Selalu/kadang-kadang 27 34.2 Tidak Pernah 52 65.8 Menggaruk Anus Selalu/kadang-kadang 25 31.6 Tidak Pernah 54 68.4 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Telur Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak 62 78.5 Terkontaminasi Terkontaminasi 17 21.5 Total 79 100 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Telur Jenis Telur Frekuensi (n) Persentase (%) Ascaris 15 88.2 lumbricoides Hookworm 1 5.9 Trichuris 1 5.9 trichiura Total 17 100 Pada penelitian ini diketahui bahwa 21.5% (n=17 responden) terkontaminasi telur cacing dan 78.5% (n=62 responden) tidak terkontaminasi telur cacing. Jenis telur cacing yang paling banyak mengontaminasi kotoran kuku siswa adalah Ascaris lumbricoides yakni sebanyak 19%. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun dengan Cuci Tangan Total Kurang Baik 16 20.3 20 25.3 35 44.3 Baik 1 1.3 42 53.2 44 55.7 Total 17 21.5 62 78.5 79 100. 0 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hubungan Memotong Kuku dengan Potong Kuku Total Kurang 4 5.1 9 11.4 13 16.5 Baik Baik 13 16.5 42 67.1 66 83.5 Total 17 21.5 62 78.5 79 100.0 JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 138

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Bermain Tanah dengan Bermain Tanah Total Ya 12 15.2 15 19 27 34.2 Tidak 5 6.3 47 59.5 52 65.8 Total 17 21.5 62 78.5 79 100 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggaruk Anus dengan Garuk Anus Kontamin asi Telur Total Ya 3 3.8 22 27.8 23 31.6 Tidak 14 17.7 40 50.6 54 68.4 Total 17 21.5 62 78.5 79 100 Dari analisis bivariat dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan α 0,05 di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan kontaminasi telur cacing. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan memotong kuku dengan kontaminasi telur cacing. Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan bermain tanah dengan kontaminasi telur cacing dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggaruk anus dengan kontaminasi telur cacing. Tabel 8. Analisis Hubungan antara Variabel Variabel p- value Mencuci Tangan terhadap Memotong Kuku terhadap α Ket. 0.001 0.05 p-value < α 0.375 0.05 p-value > α Bermain Tanah terhadap Menggaruk Anus terhadap 0.001 0.05 p-value < α 0.161 0.05 p-value > α Pada penelitian ini, lingkungan sekolah yang masih tanah memegang peranan dalam timbulnya kontaminasi telur cacing pada kuku siswa. Selain itu, kondisi sanitasi lingkungan juga memegang peranan dalam kontaminasi telur cacing. Selain itu, factor sosial dan ekonomi ikut berpengaruh dalam penelitian ini. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Cromptom dan Savioli bahwa keadaan tingginya transmisi infeksi cacing bergantung pada faktor yang bersifat pada sosio ekonomi. 9 Pada penelitian ini ditemukan kontaminasi tertinggi oleh A.lumbricoides yakni 19%. Hal ini didukung fakta bahwa A.lumbricoides adalah satu-satunya jenis cacing yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Purba (2005). Penelitian yang dilakukan oleh Gusrianti (2001) menunjukkan bahwa 25% (n=20 orang) positif terkontaminasi telur cacing A.lumbricoides. 11 Selain itu, penelitian serupa yang dilakukan oleh Emiliana pada kuku 213 anak yatim piatu di Jakarta, ditemukan66,6%(n=2 responden) positif terkontaminasi telur A.lumbricoidesdan 33,4% (n=1 orang) positif terkontaminasi telur A.lumbricoides dant.trichiura. 12 Margono (2004) menyatakan perilaku mencuci tangan amat penting dimana tangan yang terkontaminasi dengan STH dapat menularkan infeksi cacingan. 13 Mencuci tangan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan pada JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 139

permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan. Frekuensi memotong kuku yang baik adalah seminggu sekali, dengan asumsi berdasarkan pernyataan Onggowaluyo (2002) bahwa pertumbuhan panjang kuku tangan adalah sekitar 0,5-1 mm per minggu. Namun aktivitas anakanak dan dewasa yang berbeda akan menjadi faktor penentu untuk timbulnya kontaminasi. Kebiasaan anak-anak untuk bermain tanah menyebabkanrisiko kontaminasi telur cacing lebih tinggi dibanding pada dewasa sehingga dalam waktu seminggu dengan pertumbuhan kuku 0,5-1 mm kuku anak-anak dapat terlihat sangat kotor dan mungkin terselip telur cacing di dalamnya. Sebaiknya, anak-anak menjaga kebersihan kuku tidak hanya dengan cara memotong kuku seminggu sekali tetapi juga membersihkan kuku disaat kuku terlihat kotor.apabila tidak dilakukan pembersihan kuku, kuku yang kotor dapat mendukung terjadinya kontaminasi telur cacing. Penelitian yang dilakukan oleh Ching pada tahun 2010 di Dusun II Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menunjukkan bahwa persentase kontaminasi tanah oleh telur STH di halaman rumah penduduk sebesar 70% dari 40 sampel dan spesies terbanyak yang mengontaminasi tanah di halaman rumah penduduk adalah Ascaris lumbricoides yaitu 32.5%. Apabila anak bermain tanah, telur cacing yang terdapat pada tanah bisa menimbulkan kontaminasi pada kuku tangan. 14 Mayoritas responden tidak memiliki kebiasaan menggaruk anus, hal ini dapat disebabkan mungkin responden merasa pertanyaan ini cukup sensitif. Ada kemungkinan responden merasa malu untuk mengakui kebiasaan ini dan takut menjadi bahan ejekan temannya. Menggaruk anus merupakan respon anak ketika cacing E.vermicularis bergerak meletakan telurnya di malam hari. Hal ini menandakan kebiasaan menggaruk anus berhubungan dengan telur E.vermicularis, sedangkan pada penelitian ini tidak ditemukannya telur E.vermicularis. Tabel 9. Uji Koefisien Kontingensi Variabel Bebas dan Variabel Terikat No Variabel Bebas dan Nilai Interpre Terikat 1. Kebiasaan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun dengan 2. Kebiasaan Memotong Kuku dengan 3. Kebiasaan Bermain Tanah dengan 4. Kebiasaan Menggaruk Anus dengan C 0.45 5 0.99 9 0.37 3 0.15 6 tasi Sedang Sangat Lemah Lemah Lemah uji koefisien kontingensi terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa dengan nilai keeratan hubungan sebesar 0.455 dan terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan bermain tanah dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa dengan nilai keeratan hubungan sebesar 0.373. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan memotong kuku dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa dengan nilai keeratan hubungan sebesar 0.999 dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggaruk anus dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa dengan nilai keeratan hubungan 0.156. Simpulan Aspek personal higiene yang paling erat hubungannya dengan kontaminasi telur JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 140

cacing pada kotoran kuku siswa adalah kebiasaan mencuci tangan dan aspek perilaku berisiko yang paling erat hubungannya dengan kontaminasi telur cacing pada kotoran kuku siswa adalah kebiasaan bermain tanah. Daftar Pustaka 1. Purba, J. 2005. Pemeriksaan Telur Pada Kotoran Kuku dan Higiene Siswa Sekolah Dasar Negeri 106160 Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2005, Skripsi, Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. 2. Sadjimin, T. 2000. Gambaran Epidemiologi Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Vol 4, hal 1-2,6. 3. DepKes RI. 2004. Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan an di Era Desentralisasi. Jakarta. 4. Chukiat, S. Chanathep, P. Pataropora, W. Areewan, L. Pornthep, C. 2000. Prevalence of Enterobiasis and Its Incidence After Blanket Chemotherapy in a Male Orphanage. 5. Sudomo, M. 2008. Penyakit Parasitik yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Entomologi dan Moluska. Jakarta. 6. Effendy, D. 2006. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Infeksi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 70 Kelurahan Bagan Deli, Skripsi, Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. 7. Onggowaluyo, S.J. 2001. Parasitologi Medik 1 Helminthologi. EGC. Jakarta. 8. Agustina. 2000. Telur Ascaris Lumbricoides pada Tinja dan Kuku Anak Balita serta pada tanah di Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung, Jawa Barat,Skripsi, Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. 9. Pramono, H.S. 2011. Hubungan Status Gizi Anak, Pendidikan Orang Tua dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) Pada Siswa Kelas 3, 4 dan 5 di SD Negeri 2 Kampung Baru Bandar Lampung, Skripsi, Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. 10. Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. 11. Gusrianti. 2001. Pemeriksaan Kotoran Kuku Murid SD Negeri No.15 Limo Kampuang Kecamatan Banuhampu Sei Puar Kabupaten Agam, Skripsi, Padang: Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas. 12. Emiliana, T. 1991. Penelitian-penelitian Soil Transmitted Helminths di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No.72, hal 12-16 13. Margono, S. 2000. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. BPFKUI. Jakarta. 14. Ching, C.W. 2010. Kontaminasi Tanah oleh Soil Transmitted Helminths di Dusun II Desa Sidomulyo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara tahun 2010, Skripsi, Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 141