BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah rumah tangga lansia sebanyak 16,08 juta rumah tangga atau 24,50 dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 jiwa setara dengan 8,03 dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 lansia laki-laki (Badan Pusat Statistika, 2014). Menurut Setiati (2015) mengatakan penduduk dengan usia di atas 60 tahun di Indonesia akan terus bertambah. Saat ini jumlah orang lansia di Indonesia menduduki peringkat ketiga teratas setelah India dan China. Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Menurut Suardiman (2011), menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. Semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal. Seperti pada Surat Al-Mu min ayat 67 yang artinya Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari 1
2 segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai pada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti. Dampak dari bertambahnya usia yaitu penurunan sistem neurologis, sensori, musculoskeletal, kognitif dan masih banyak sistem lagi. Hampir 80 lansia memiliki sedikitnya satu penyakit kronis. Penyakit kronis tersebut dapat menggangu aktifitas lansia dalam pemenuhan kebutuhan tubuh mereka. Dampak penurunan fungsi ini dapat menyebabkan efek negatif pada lansia. Salah satu contoh penurunan fungsi pada lansia yaitu terjatuh. Lebih dari separuh kematian yang berhubungan dengan jatuh yang terjadi dalam rumah. Lansia rawan mengalami kejadian jatuh diakibatkan menurunnya kemampuan fisik pada lansia. Berbagai faktor yang mempengaruhi adanya jatuh pada lansia ada beberapa hal, yaitu faktor host (diri lansia), faktor aktifitas, faktor lingkungan dan faktor obat-obatan. Sekitar 30 lansia di atas 65 tahun pernah mengalami jatuh setiap tahunnya dan sekitar setengah dari mereka jatuh berulang kali. Bahkan pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50 pernah mengalami jatuh. Kejadian luka akibat jatuh juga meningkat terutama pada usia di atas 85 tahun. Pada lansia yang jatuh, sekitar 5 mengalami patah tulang, 1 patah tulang paha, dan 5-11 mengalami luka berat. Luka merupakan penyebab kematian nomor
3 lima pada lansia dan sebagian besar akibat luka jatuh. Kematian akibat jatuh pada populasi lansia sekitar 75, sedangkan pada populasi umum sebesar 12 (Probosuseno, 2006). Setelah usia 65 tahun individu sering jatuh karena kondisi lingkungan, kondisi fisik maupun psikis. Beberapa faktor resiko jatuh meningkat secara proporsinal sebagai salah satu usia: gangguan pada ketajaman visual, gangguan kognitif, hipotensipostural, aritmia jantung, diabetes yang tidak terkontrol, gejala depresi, kelemahan ekstremitas bawah dan gangguan gaya jalan. Banyak kejadian jatuh dipengaruhi oleh beberapa hal dari lansia itu sendiri yaitu: sistem sensori, sistem saraf pusat, muskuloskeletal dan kognitif (Staats, 2008). Fungsi kognitif merupakan menjadi salah satu faktor resiko penyebab meningkatnya resiko jatuh pada lansia. Kesulitan dengan fungsi ingatan atau dalam mengekspresikan secara verbal atau berbicara merupakan bentuk-bentuk penurunan fungsi kognitif pada lansia. Penurunan dalam kecepatan memproses, diakui mempengaruhi banyak aspek kognisi di usia lanjut. Penurunan efisiensi dalam berfikir, dalam hal perhatian, jumlah informasi yang dapat dilakukan oleh kerja ingatan (memori), penggunaan strategi memori, dan pengungkapan kembali memori jangka panjang (Suardiman, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014) pada lanjut usia di PSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta adalah dari 30 responden yang memiliki riwayat jatuh terbanyak yaitu 2 kali sebesar 73,3 (22
4 orang). Sedangkan yang memiliki prosentase terendah dengan riwayat jatuh 1 kali (6,7 ). Dampak yang dialami responden dari kejadian jatuh tersebut adalah luka lecet, memar dan menderita gangguan berjalan. Berdasarkan penelitian hubungan fungsi kognitif dengan resiko jatuh menunjukkan bahwa definite gangguan kognitif mempunyai hubungan dengan resiko jatuh kategori tinggi yang ditunjukkan pada 8 responden, kategori jatuh sedang 3 responden dan resiko jatuh rendah 0 responden. Selain itu juga didapat 8 orang yang memiliki probable gangguan kognitif mempunyai hubungan tertinggi pada resiko jatuh sedang. Pada fungsi kognitif normal mempunyai hubungan tertinggi pada resiko jatuh rendah 2 responden. Berdasarkan latar belakang di atas yaitu dengan melihat banyaknya faktor yang dapat menyebabkan jatuh pada lansia salah satunya dilihat dari penurunan fungsi kognitif, maka peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara fungsi kognitif dengan riwayat jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara fungsi kogntif dengan riwayat jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten?
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara fungsi kognitif dengan riwayat jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Jiwiring Klaten. b. Untuk mengetahui gambaran riwayat jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. c. Untuk menganalisa hubungan antara fungsi kognitif dengan riwayat jatuh pada lanjut usia di Desa Jaten Kecamatan Juwiring Klaten. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam membuat penelitian dan analisa kasus serta dapat mengembang teori yang diperoleh dari kampus. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Adapun secara umum di masyarakat, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui hubungan antara fungsi kognitif pada lanjut usia terhadap riwayat jatuh.
6 b. Bagi Institusi Pendidikan Pelaksanaan penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah tentang hubungan antara fungsi kognitif terhadap riwayat jatuh pada lanjut usia.