BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

PROFIL KEPRIBADIAN ETNIS TIONGHOA SUKSES DI KOTA SURAKARTA PROFIL KEPRIBADIAN ETNIS TIONGHOA SUKSES DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

Konsep Wellbeing dalam Psikologi Positif. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan seorang individu dengan ciri khusus yang dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

Prevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

PHP Developers Day, LIPI, 19 Juni 2008

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

7 Habits of Highly Effective People & The 8 th Habit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terdiri atas beberapa jenis, yaitu pendidikan umum, kejuruan, akademik,

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

KEWIRAUSAHAAN-I PERSIAPAN PRIBADI PENGUSAHA MUDA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer. Program Studi Informatika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. semua untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas

2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan perasaan negatif membuat kita menghindarinya. Emosi positif bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini selalu ada hal yang dinamakan persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, sehingga kadang kala hukum rimba dapat berlaku. Siapa yang kuat dia akan bertahan, siapa yang cepat dia yang akan mendapatkan. Tujuan mereka hanya satu yaitu untuk hidup lebih layak dari orang lain dan mempunyai sesuatu yang lebih dibanding orang lain, dengan kata lain mereka ingin sukses. Di bawah ini terdapat beberapa tokoh yang bisa disebut telah memenangkan persaingan di dunia bisnis Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang masuk kedalam list 40 orang terkaya di Indonesia. Yang pertama R. Budi dan Michael Hartono dengan kekayaan US$ 11 miliar. Yang kedua Susilo Wonowidjojo dengan kekayaan US$ 8 miliar. Yang ketiga Eka Tjipta Widjaja dengan kekayaan US$ 6 miliar. Yang ke empat Martua Sitorus dengan kekayaan US$ 3,2 miliar. Yang ke lima Anthoni Salim dengan kekayaan US$ 3 miliar. Yang ke enam Sri Prakash Lohia dengan kekayaan US$ 2,65 miliar. Yang ke tujuh Low Tuck Kwong dengan kekayaan US$ 2,6 miliar. Yang ke delapan Peter Sondakh dengan kekayaan US$ 2,3 miliar. Yang ke sembilan Putra Sampoerna dengan kekayaan US$ 2,3 miliar. Yang ke sepuluh Aburizal Bakrie dengan kekayaan US$ 2,1miliar (http://www.andriewongso.com di akses tanggal 8 September 2011). Dari ke sepuluh nama orang sukses di atas mereka sebagian 1

2 besar adalah etnis keturunan Tionghoa. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari populasi orang suksess di Indonesia adalah etnis Tionghoa. Fenomena saat ini yang tampak nyata di masyarakat yaitu seringnya nilai kesuksesan seseorang dilambangkan dengan tingkat kekayaan atau kondisi finansialnya. Namun bila dilihat dari sisi lain, makna kesuksesan dari sudut pandang psikologi maka nilai kesuksesan tidak hanya diukur dari materi yang didapatkan dan dihasilkan. Dalam ilmu psikologi kesuksesan dapat dinilai dari sesuatu yang sudah diraih seseorang dalam tujuan hidup dan cita-citanya. Hal ini disebut sebagai subjective well-being. Cita-cita dan tujuan hidup yang dimaksud disini mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari finansial, sosial dengan teman dan keluarga, serta orang terdekat, emosional, hingga spiritual. Diener, Suh & Oishi (1997) mengemukakan bahwa kesejahteraan subjektif merupakan cara bagaimana seseorang mengevaluasi dirinya. Evaluasi tersebut meliputi kepuasan hidup, sering merasakan emosi positif seperti kegembiraan, kasih sayang serta jarang merasakan emosi negatif seperi kesedihan dan marah. Kemudian menurut pendapat Diener, Lucas dan Oishi (dalam Wulandari, 2010) Subjective well-being merupakan konsep yang luas, meliputi: emosi, pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat negative mood, dan kepuasan hidup yang tinggi. Menurut Tanadi Santoso, dosen mata kuliah kewirausahaan di magister manajemen ITS dalam salah satu artikelnya berpendapat bahwa kesuksesan dapat dikelompokkan menjadi 5 area. Yang pertama adalah kesuksesan material.

3 Material ini adalah memiliki uang banyak, mempunyai mobil, mempunyai perusahaan yang besar. Pada dasarnya yaitu segala hal yang bersifat duniawi yang disebut sebagai material. Berikutnya yang kedua adalah fisik atau 'physical', misalnya ingin memiliki tubuh selalu sehat, mempunyai tubuh yang sempurna dan dapat berumur panjang. Dengan sehat saya bisa bekerja dengan baik, dalam hal ini adalah aspek kesehatan, maka tubuh yang sehat ternyata bisa jadi adalah kesuksesan yang pertama. Kemudian yang ketiga adalah kesuksesan intelektual. Intelektual adalah kemampuan otak biasa, 'intellectual capital', misalnya saya tidak perlu uang banyak, tapi saya harus pandai, saya ingin lulus S3, bisa jadi guru besar dan lain-lain. Ini yang disebut sebagai kesuksesan ke-3, intelektual. Yang keempat adalah emosional. Saya ingin hubungan saya dengan istri dan anak-anak harmonis, hubungan saya dengan teman juga baik, semua orang menyukai saya, dan saya bisa memberikan kontribusi dalam keluarga saya. Jadi sukses emosional adalah bentuk kesuksesan yang ke-4. Yang terakhir, kelima adalah spiritual. Banyak orang merasa dekat dengan Tuhan sebagai hal yang utama. Misalnya, saya bisa merasakan kedamaian dalam hati kita. Spiritual adalah salah satu bentuk kesuksesan (www.tanadisantoso.com/businesswisdom diakses 12-10-2011). Usaha seseorang dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidupnya pastilah akan ada proses mental atau proses psikologis yang menyertai. Suatu kondisi dimana seseorang harus berperan (role) sesuai dengan aturan atau norma-norma yang berkembang di masyarakat sehingga akan mempengaruhi perilaku individu. Kemudian dari perilaku yang berdasar role tersebut akan terinternalisasi dalam diri individu dan dapat mengubah karakteristik kepribadian individu secara perlahan (human adjustment). Dengan kata lain kesuksesan finansial tersebut

4 dapat diraih salah satu penyebabnya karena terdapat faktor kepribadian yang mendasari perilaku mereka sehari hari. Dalam sebuah penelitian sebelumya tentang Perilaku Bisniss Pengusaha China dan Bugis Makassar dalam Agribisniss Di Makassar dapat diambil kesimpulan bahwa pengusaha China memiliki otostereotip 7 sifat signifikan yaitu, (1) etos kerja yang tinggi, (2) jujur, (3) hemat, (4) teliti, (5) dapat dipercaya, (6) dapat menyimpan rahasia, dan (7) persatuan usaha yang kuat. Otostereotip pengusaha Bugis Makassar memiliki satu sifat signifikan, yakni bermoral. Dalam penelitian yang lain Aldridge 1997 (dalam Cloninger, 2009) sebuah studi kepribadian pewirausaha ditemukan tingkat kecemasan yang sedang, dan apprehensiveness yang rendah (Self-assured (O-)) dan stabilitas emosional yang cukup (C+). Ditemukan pula kemandirian dan dominasi yang cukup (E+), social-boldness (H+), dan oppenes to change (Q1+). Selain itu mereka juga mempunyai self-reliance yang tinggi (Q2+), rule-consciousness (G+), dan reasoning ability (B+), serta sensitifitas yang kurang (utilitarian (I-)) Berbicara mengenai kepribadian yang tercermin dari perilaku, menurut buku Seven Habits yang di tulis oleh Stephen R. Covey (Covey, 2008) menyebutkan bahwa perilaku orang sukses secara umum ada 7, yaitu: pribadi yang proaktif, self leadership, dapat memanage diri, think win-win (berpikiran positif), sifat pengertian, synergize (kooperatif), sharpen the saw (evaluasi diri). Tidak banyak masyarakat saat ini yang memiliki sudut pandang kesuksesan dari berbagai ilmu, asumsi masyarakat yang banyak muncul yaitu kesuksesan seseorang berbanding lurus dengan tingkat finansial atau kondisi ekonomi seseorang khususnya pada etnis Tionghoa di Indonesia. Berangkat dari

5 fenomena yang ada dan mengacu pada manfaat yang diharapkan sehingga peneliti terdorong untuk mencari kebenaran apakah ukuran kesuksesan etnis Tionghoa hanya berdasar pada kesuksesan finansial seperti anggapan masyarakat selama ini, atau mungkin terdapat aspek lain yang menarik dan bisa diungkap lebih jauh. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk memahami ukuran kesuksesan bagi etnis Tionghoa. 2. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian etnis Tionghoa dibalik kesuksessan yang dimaknainya. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini ada dua, antara lain: a. Bagi etnis Tionghoa, mereka dapat memahami ukuran kesuksesan di kalangan etnis mereka sendiri. b. Bagi masyarakat, mereka dapat mengambil suatu pelajaran dari penelitian ini berbagai makna kesuksesan dan profil kepribadian orang yang mencapainya. 2. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini untuk menambah informasi baru mengenai profil kepribadian etnis Tionghoa dalam ilmu Psikologi kepribadian.