PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DI SDN 30 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Martalena 1, Yusrizal 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail: martalena30kinali@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VI SDN 30 Kinali. Rendahnya aktivitas siswa dalam aktivitas menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dengan benar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI SDN 30 Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan satu kali tes akhir siklus. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 30 Kinali Kabupaten Pasaman Barat, yang berjumlah 25 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, tes hasil belajar siswa dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I adalah 56% dan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II adalah 88%. Dari hasil analisis lembar observasi aktivitas siswa, diperoleh rata-rata persentase pada siklus I adalah 66% sedangkan pada siklus II rata-rata persentase yang diperoleh adalah 82%. Hal ini berarti pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI SDN 30 Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Kata Kunci: Aktivitas Belajar, IPS, Inkuiri 1
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DI SDN 30 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Martalena 1, Yusrizal 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail: martalena30kinali@yahoo.co.id Abstract This research is motivated by the lack of activity in teaching sixth grade students at SDN 30 Kinali IPS. The low activity of students in activities to answer questions and do the work properly. One way that can be used to overcome this problem is to use a method of inquiry learning. While the purpose of this study was to determine whether using the method of inquiry learning can enhance students' learning activities Class VI SDN 30 Kinali West Pasaman. This type of research is classroom action research. This research was conducted in two cycles, each cycle consisting of two meetings and one final test cycle. The subject of this research is the sixth grade students of SDN 30 Kinali West Pasaman, which amounts to 25 people. The research instrument used is the observation sheet student activities, teacher activity observation sheet, test results and documentation of student learning. Based on the research that has been done can be seen that the percentage of students who achieve a passing grade in the first cycle is 56% and the percentage of students who achieve a passing grade on the second cycle was 88%. From the analysis of student activity observation sheet, obtained an average percentage in the first cycle was 66%, while in the second cycle the average percentage obtained was 82%. This means learning social studies using the method of inquiry learning can enhance students' learning activities Class VI SDN 30 Kinali West Pasaman. Keywords: Learning Activities, IPS, Inquiry 2
Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar (SD) untuk pengembangan potensi diri siswa SD adalah Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan (P Kn), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) serta mata pelajaran lainnya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS ) menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai ke perguruan tinggi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Berdasarkan pengalaman mengajar dari tahun 2005 sampai sekarang, mulai dari kelas V dua tahun, kelas I satu tahun, kelas III dua tahun, kelas IV empat tahun, dan kelas VI sampai sekarang di SDN 30 Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Selama peneliti mengajar, peneliti memakai metode tanya jawab, ceramah dan jarang sekali memakai media pembelajaran. Pada tahun pelajaran 2014-2015 peneliti mengajar di kelas VI SDN 30 Kinali Pasaman Barat. Satu bulan proses pembelajaran berlangsung, peneliti melihat kurangnya Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hal itu teridentifikasi dari 25 orang siswa, hanya 12 orang atau 48% yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran, sedangkan 13 orang atau 52% siswa yang lain berbicara dengan teman sebangkunya. Kemudian, apabila ditanya siswa hanya 8 orang atau 32% yang bisa menjawab pertanyaan dari guru, ketika disuruh ke depan kelas siswa tidak berani untuk tampil hanya 4 orang atau 16% yang mau ke depan kelas. Ketika siswa diminta untuk membaca materi pelajaran hanya 40% siswa yang serius membaca bukunya. Sementara itu, ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas hanya 10 orang atau 40% yang serius mengerjakan tugas dan mengumpulkan tepat waktu. Sementara 60% siswa lagi bermain-main saat mengerjakan tugas, sehingga tugasnya terbengkalai, dan dikumpulkan asal siap saja. Begitu juga ketika diberikan PR dari 25 orang siswa hanya 60% siswa yang mengerjakan PR di rumah. Sementara itu, jika dilihat dari nilai Ulangan Harian I mata pelajaran IPS. Masih banyak nilai siswa yang di bawah Kriteria 3
Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini dapat dilihat dari 25 siswa, hanya 9 orang atau 36% siswa yang mendapat nilai di atas KKM, dan 16 orang atau 64% siswa lagi mendapat nilai di bawah KKM, sementara KKM mata pelajaran IPS yang ditetapkan oleh Sekolah adalah 70. Di sisi lain, ketika peneliti mencoba mendiskusikan dengan guru kelas VI yang mengajar tahun lalu. Beliau mengatakan bahwa pelajaran IPS ini adalah pelajaran yang membosankan bagi anak, karena materi pelajarannya menuntut siswa untuk banyak hafalan. Sementara, siswa membaca materi pelajaran itu banyak yang malas. Sehingga membuat nilai mata pelajaran IPS mereka banyak yang rendah. Salah satu upaya yang akan dilakukan peneliti untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri. Gulo (dalam Trianto, 2011:166) mengatakan bahwa metode inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti memperbaiki pembelajaran IPS di kelas VI SDN 30 Kinali dengan menerapkan metode inkuiri pada pembelajaran IPS tersebut. Oleh karena itu, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VI pada Pembelajaran IPS melalui Metode Inkuiri di SDN 30 Kinali. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Guru cenderung memakai metode tanya jawab dan ceramah saja waktu mengajar. 2. Guru tidak memakai media pembelajaran waktu mengajar. 3. Siswa kurang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran. Dari 25 siswa hanya 48% yang memperhatikan guru saat menjelaskan materi pembelajaran. 4. Ketika ditanya oleh guru tentang pelajaran, siswa tidak mau menjawab pertanyaan. Hanya 32% yang mau menjawab pertanyaan dari guru. 5. Siswa tidak berani tampil di depan kelas. Terbukti dari 25 orang siswa hanya 16% yang berani ke depan kelas. 6. Siswa malas mengerjakan tugas. Hal ini terlihat dari 25 orang siswa hanya 40% yang mampu mengerjakan tugas dengan benar. 7. Siswa malas membuat PR. 8. Siswa malas membaca materi pelajaran. Dari 25 siswa hanya 40% yang membaca buku pelajaran. 9. Pelajaran IPS dianggap membosankan karena banyak bersifat hafalan. 4
10. Hasil belajar IPS siswa banyak di bawah KKM. Hal tersebut terlihat dari 25 orang siswa hanya 36% yang memperoleh nilai di atas KKM. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan di atas dan dengan kemampuan yang terbatas maka penelitian ini dibatasi pada: peningkatan aktivitas siswa yaitu aktivitas lisan: menjawab pertanyaan, aktivitas menulis: mampu mengerjakan tugas dengan benar pada pembelajaran IPS kelas VI melalui metode inkuiri di SDN 30 Kinali. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VI dalam menjawab pertanyaan pada pelajaran IPS melalui metode inkuiri di SDN 30 Kinali? b. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa mampu mengerjakan tugas dengan benar yang disediakan guru dalam pembelajaran IPS melalui metode inkuiri di kelas VI SDN 30 Kinali? 2. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yang digunakan dalam PTK ini yaitu dengan menerapkan metode inkuiri dengan metode pembelajaran ini, diharapkan aktivitas siswa kelas VI SDN 30 Kinali dalam pembelajaran IPS dapat meningkat. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian bertujuan: 1. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa pada saat menjawab pertanyaan dalam pembelajaran IPS melalui metode inkuiri di kelas VI SDN 30 Kinali. 2. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa mampu mengerjakan tugas dengan benar yang disediakan guru dalam pembelajaran IPS melalui metode inkuiri di kelas VI SDN 30 Kinali. Manfaat Penelitian Melalui PTK ini, guru dapat mengetahui model pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran serta dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak yaitu: 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi peneliti, maupun pembaca, serta pedoman bagi peneliti selanjutnya. 2. Secara praktik atau operasional, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan guru dan keterampilan guru menggunakan metode inkuiri. 3. Secara akademik, penelitian ini berguna sebagai pedoman metode inkuiri yang dipakai dalam proses pembelajaran di SD. 5
Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Pembelajaran IPS a. Pengertian Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial Depdiknas (2006:19). Di samping itu, Kokasih (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007:14) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Selanjutnya Masson (dalam Sapriya, 2006:6) mengatakan IPS adalah suatu pengajaran yang membimbing para pemudapemuda ke arah menjadi warga negara yang cerdas, hidup fungsional, produktif dan berguna. Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari hubungan manusia dengan lingkungannya. b. Tujuan Pembelajaran IPS Jika mengacu kepada KTSP SD tahun 2006, diketahui bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar mampu hidup di tengah-tengah masyarakat yang baik. c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 19) telah dirumuskan ruang lingkup mata pelajaran IPS yang meliputi aspek-aspek yaitu: 1) manusia, tempat dan lingkungan, 2) waktu, keberlanjutan dan perubahan, 3) sistem sosial dan budaya, 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan, ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan dan perubahan, sistem sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Melalui ruang lingkup dari kecil hingga meluas, merupakan materi yang 6
harus diajarkan pada tingkat sekolah dasar, dan tentunya pada tingkat seterusnya materi pelajaran lebih diperluas. Pada akhirnya seorang siswa akan memiliki kemampuan danpengetahuan yang bermula pada lingkungannya sendiri hingga lingkungan dunia. d. Karakteristik Pembelajaran IPS Karakteristik dalam pembelajaran IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmuilmu sosial lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hukum dll). Menurut Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006:8), karakteristik pembelajaran IPS adalah: 1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya. 2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. 3. Mengutamakan peran aktif siswa. 4. Berusaha menghubungkan teori dengan kehidupan nyata di masyarakat. 5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat. 6. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi. 7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya. 8. Memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupan. 9. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik dan pendekatanpendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau (PTK). Classroom Action Research (CAR) atau penelitian tindakan kelas adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Kunandar (2011:45) mengatakan, PTK adalah penelitian tindakan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya. PTK yang akan dilaksanakan adalah PTK kolaboratif. Peneliti berperan sebagai pengajar dibantu dengan dua orang observer lain yaitu Ibu Asni Fitria dan Bapak Samadi. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 30 Kinali, Kabupaten Pasaman Barat. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VI yang berjumlah 25 orang. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode inkuiri. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua 7
siklus. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Januari 2015, pertemuan kedua hari Rabu tanggal 14 Januari 2015, kemudian dilanjutkan dengan tes hasil belajar pada siklus I berupa tes akhir siklus I pada hari Sabtu tanggal 17 Januari 2015. Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 2015, pertemuan kedua hari Rabu tanggal 28 Januari 2015, kemudian dilanjutkan tes hasil belajar pada siklus II berupa tes akhir siklus II pada hari Jum at tanggal 30 Januari 2015. Hasil data yang diperoleh pada penelitian ini bersumber dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan tes akhir siklus siswa dalam pembelajaran pada 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Observasi dilaksanakan untuk melihat peningkatan aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Penelitian untuk siklus I dilaksanakan pada pokok bahasan Peristiwa Alam di Indonesia. Untuk kegiatan observasi, peneliti yang bertindak sebagai guru dibantu oleh 2 (dua) orang observer yaitu Ibuk Asni Fitri dan Bapak Samadi. 1. Pelaksanaan pembelajaran aspek guru Keberhasilan siswa dalam pembelajaran pada umumnya dilihat juga dari pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada persentase kegiatan guru. Dalam hal ini terlihat peningkatan dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini: Tabel 12: Persentase Kegiatan Pembelajaran Guru pada Siklus I dan Siklus II Siklus Rata-rata 76,65% Persentase Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada siklus I dapat dilihat rata-rata persentase pada siklus I adalah 69,8% dapat dikatakan cukup baik. Pada siklus II rata-rata persentase pada siklus II adalah 83,5% dapat dikatakan sangat baik. Kemudian rata-rata persentase siklus I dan siklus II adalah 76,65% di kategorikan baik. Berdasarkan pembicaraan peneliti dengan obsever setelah selesai siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa guru merasa terbantu dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri hal tesebut bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Rata-rata per Siklus I 69,8% II 83,5% 2. Pelaksanaan aktivitas belajar siswa Hal yang paling mendasar dituntut dalam proses pembelajaran adalah aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari kedua siklus dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini: 8
Tabel 11: Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II No. I II Indikator Aktivitas Belajar Siswa Siswa Menjawab Pertanyaan Siswa Mengerjakan Tugas Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran IPS menggunakan metode inkuiri yang dilaksanakan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti dengan kenaikan rata-rata persentase untuk masing-masing indikator keberhasilan aktivitas telah ditetapkan. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa indikator 1 dan 2 adalah 66% yang dikategorikan banyak namun belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 70%. Hal ini dikarenakan menggunakan metode pembelajaran inkuiri merupakan hal baru bagi siswa. Pada siklus II ratarata persentase aktivitas siswa adalah 82%, sudah dalam kategori banyak meningkat dari siklus I karena sudah mencapai target di atas 70%. Rata-rata Persentase Siklus Siklus II I 56% 74% 76% 90% Rata-rata kedua siklus 66% 82% Aktivitas siswa setiap indikator terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan aktivitas siswa disebabkan pada pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran inkuiri ini memberi peluang siswa untuk beraktivitas dalam proses pembelajaran. Guru dalam proses pelaksanaan sudah baik dan mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas. Hal ini terbukti bahwa metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa juga meningkat. Tabel 13: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Sik Siswa Siswa Ratarata Target lus tidak tuntas (70%) tuntas nilai nilai <70 70 I 44% = 11 56% = 69,8 Belum orang 14 mencapa orang i target II 12% = 3 88% = 75,8 Sudah orang 22 mencapa orang i target Berdasarkan Tabel 13 tentang hasil belajar siswa dalam 2 siklus terlihat bahwa pada siklus I, siswa yang tuntas belajar ada 14 orang ( 56%) dan yang belum tuntas belajar ada 11 orang ( 44%), dengan nilai rata-rata secara klasikal 69,8. Sedangkan pada siklus II, siswa yang tuntas belajar ada 22 orang (88%) 9
dan yang belum tuntas belajar hanya 3 orang (12%), dengan nilai rata-rata secara klasikal 75,8. Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke II mengalami peningkatan sebesar 32%, sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal juga mengalami peningkatan dan sudah mencapai standar nilai KKM dan indikator keberhasilan secara klasikal. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN 30 Kinali meningkat melalui metode pembelajaran inkuiri. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Heru Youno tahun 2012 yang berjudul Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IVa SD Negeri 8 Metro Timur. DAFTAR PUSTAKA Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperativ Learning: Analsis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Sumaatmaja, Nursid. 2006. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Propesi Guru. Jakarta: Rajawali. Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran IPS. Bandung. UPI Press. 10