PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

DEKONTAMINASI UMBI KENTANG YANG TERINFEKSI NEMATODA SISTA KUNING (NSK)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam

PENGUJIAN KETAHANAN KULTIVAR KENTANG TERHADAP NEMATODA SISTA KUNING (Globodera rostochiensis)

Efektivitas Dosis Serbuk Daun Kenikir terhadap Pengendalian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman Tomat

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia

BABHI BAHAN DAN METODE

LAPORAN PENELITIAN. PENGUJIAN SODIUM HYPOCHLORITE (NaOCl) TERHADAP PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG

PENGUJIAN WAKTU TANAM Asparagus officinalis L. DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat.

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000

Oleh: Norma Rahmawati Dosen Pembimbing: Tutik Nurhidayati, S.Si.,M.Si.

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE A.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum) adalah termasuk tanaman

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

Teknologi Produksi Ubi Jalar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Jenis dan Cara Aplikasi Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill)

BAB III BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Mei B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

Cara Menanam Cabe di Polybag

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Agroteknologi Fakultas

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

Pengaruh Teknik Dan Dosis Pemberian Pupuk Organik Dari Sludge Bio- Digester Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

Hersanti, Wawan Kurniawan, Tohidin, Toto Sunarto, dan Andang Purnama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

III.TATA CARA PENELITIAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN OLEH : PROF.DR.H. SADELI NATASASMITA, IR. TOTO SUNARTO, IR.,MP. UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN BANDUNG 2004 1

Judul Karya Tulis : NEMATODA ENTOMOPATOGEN DAN PENGELOLAAN HAMA SERANGGA Nama Penulis : Toto Sunarto,Ir.MP. MIP. : 19610610 199003 1 002. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas : Universitas Padjadjaran Mengetahui : Ketua Jurusan HPT, H. Ceppy Nasahi, Ir.,MP. NIP. 19620401 198603 1 004 2

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa penelitian dengan judul : PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN telah diselesaikan. Hasil penelitian ternyata bahwa pada dosis 6 g tepung kulit udang per tanaman dapat menekan perkembangan nematoda sista kuning (G. rostochiensis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipertimbangkan untuk pengendalian G.rostochiensis (nematoda sista kentang) pada tanaman kentang. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukannya. Bandung, Desember 2004 Tim Penulis 3

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang mengandung karbohidrat, vitamin dan protein yang cukup tinggi sehingga bermanfaat bagi tubuh manusia (Hamdani, 2000). Selain gizinya tinggi, kentang juga mempunyai rasa yang enak, sehingga banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Luas pertanaman kentang di Indonesia setiap tahun cenderung menunjukan peningkatan, tetap rata-rata hasil per hektar masih sangat rendah. Tercatat rata-rata hasil panen tanaman kentang pada tahun 1985 sebesar 8,2 ton per hektar (BPS, 1985 dalam Sulaeman, 1988), pada tahun 1997 sebesar 15,4 ton per hektar (Hamdani, 2000). Jumlah tersebut masih rendah dibandingkan dengan potensinya yang dapat mencapai 35 ton per hektar (Samadi, 1997). Hasil yang rendah ini, akan lebih rendah lagi terutama dengan teridentifikasi NSK di sentra-sentra pertanaman kentang. Rendahnya hasil tanaman kentang di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya serangan hama dan penyakit. Salah satu penyakit yang dapat menurunkan produksi tanaman kentang adalah penyakit yang disebabkan oleh nematoda sista kuning (Globodera rostochiensis W.). Di Indonesia nematoda sista kuning (NSK) pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2003 di dusun Sumber Brantas, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Jawa Timur (Daryanto, 2003). Luc dkk. (1995) melaporkan bahwa nmatoda sista kuning ini dapat menimbulkan kerugian hingga mencapai 90%. 4

Daryanto (2003), melaporkan selain di daerah Jawa Timur, di Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Pasir Jambu, Ciwidey Kabupaten Bandung telah dilaporkan adanya keberadaan nematoda ini dengan tinghat populasi 45 NSK/100 gr tanah. Petani di daerah Ciwidey, dalam mengendalikan NSK ini masih bertumpu pada penggunaan nematisida sintetik. Pengendalian yang hanya bertumpu pada nematisida sintetik secara terus menerus dan ditunjang dengan pemakaian yang tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Djojosumarto, 2000). Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan nematisida sintetik, maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang ramah lingkungan, salah satu alternatifnya yaitu dengan pemanfaatan bahan organik yang berasal dari alam. Dari berbagai bahan organik yang tersedia di alam, kitin yang berasal dari berbagai jenis hewan dan jamur dapat digunakan dalam mengendalikan berbagai macam patogen tanaman. Suganda (1999) telah melaporkan bahwa bahan berkitin efektif terhadap nematoda bengkak akar (Miloidogyne spp.). Udang, kepiting dan keong mas merupakan hewan yang mengandung kitin (Abdurachman dkk., 1997). Kulit udang dan kulit kepitig tersedia dalam jumlah yang besar sebagai hasil dari industri pengolahan udang dan kepiting, sedangkan cangkang keong mas tersedia dalam jumlah yang besar di sekitar pertanaman padi. Walau demikian, belum banyak diketahui pemanfaatan kitin yang bersal dari tepung kulit udang, kulit kepiting dan cangkang keong mas dalam mengendalikan nematoda sista kuning pada tanaman ketang, sehingga perlunya penelitian untuk mengetahui efektifitas tepung kulit udang, kulit kepiting dan cangkang keong mas terhadap perkembangan nematoda sista kuning pada tanaman kentan. 5

1.2 Perumusan Masalah Pada dosis berapa pemberian tepung kulit udang, tepung kulit kepiting, dan tepung cangkang keong mas dapat menekan perkembangan nematoda sista kuning (Globodera rostochiensis) pada tanaman kentang. 6

II. TUJUAN DAN PERKIRAAN LUARAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan bahan berkitin (kulit udang, cangkang kepiting, keong mas) sebagai nematisida alami. Perkiraan luaran dari hasil penelitian ini adalah diketahuinya keefektifan bahan alami berkitin yang dapat mengendalikan NSK sebagai alternatif bagi nematisida sintetik 7

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor dari bulan April Nopember 2004 Bahan yang digunakan adalah : bibit kentang varietas Granola, sista Globodera rostochiensis, tepung kulit udang, tepung kulit kepiting, tepung cangkang keong mas, akuades steril, pupuk kandang kotoran sapi, Furadan 3 G, dan pupuk NPK. Alat yang digunakan adalah : kuas halus, timbangan, ajir, beaker glass, mikroskop binokuler, pipet, polybag ukuran 35x35 cm, saringan 100 mesh, termometer, hand counter, counting dish, hygrometer. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) dengan delapan macam perlakuan dan empat ulangan. Kedelapan perlakuan tersebut (Suganda, 1999) adalah: A = 6 g tepung kulit udang per tanaman B = 8 g tepung kulit udang per tanaman C = 6 g tepung kulit kepiting per tanaman D = 8 g tepung kulit kepiting per tanaman E = 6 g tepung cangkang keong mas per tanaman F = 8 g tepung cangkang keong mas per tanaman 8

G = 2 g carbofuran per tanaman H = Kontrol (tanpa tepung dan tanpa nematisida) Setiap perlakuan diinokulasi dengan 50 G. rostochiensis kecuali kontrol. Penanaman dan pemeliharaan tanaman kentang Bibit ubi kentang varietas granola (G-3) yang memiliki lebih dari satu mata tunas dengan ukuran 2 cm, terlebih dahulu dilakukan pembelaan. Bibit ubi kentang yang telah dibelah disimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena matahari secara langsung selama 4 hari agar merangsang terjadinya penggabussan pada bidang-bidang luka (Soelarso, 1997), kemudian ditanam pada polybag berisi 2,5 kg tanah yang telah dipasteurisasi. Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan dan pemberian pupuk. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran sapi yang sebelumnya telah dipasteurisasi, di berikan sebanyak 315 g per tanaman akan dilakukan 1 kali, yaitu pada 1 minggu sebelum tanam, sedangkan pupuk NPK (15:15:15) akan diberikan 1 minggu setelah tanam. Pengumpulan sista G. rostochiensis Pengumpulan sista didapatkan dengan mengambil 100 ml tanah yang terserang G. rostochiensis dari daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, kemudian dimasukan dalam beaker glass 500 ml. Selanjutnya tanah tersebut disemprot dengan air yang yang mengalir dan disaring dengan menggunakan saringan 750 m, hasilnya disaring kembali dengan menggunakan saringan 50 m dan 30 m. Hasil yang tertinggal kemudian dibilas sampai bersih dan ditampung dalam beaker glass. Apabila terdapat sista di dalam suspensi 9

tersebut, sista akan mengapung di atas permukaan bersama dengan sisa bahan organik lain (Luc dkk., 1995). Sista yang mengapung ini dikumpulkan dengan kuas halus, kemudian dilakukan perhitungan jumlah sista yang didapat. Pembuatan tepung kulit udang, tepung kulit kepiting, tepung cangkang keong mas Kulit udang dan kepiting yang digunakan dalam percobaan ini diperoleh dari berbagai tempat (Pasar Astana Anyar dan Pasar Induk Caringin), kemudian kulit udang dan kulit kepiting dicuci dan dibersikan dari sisa-sisa daging yang masih menempel, selanjutnya kulit uang dan kepiting dikerinkan dengan cara menjemur 1 hari di bawah sinar matahari. Kulit udang dan kulit kepiting yang telah kering ditumbuk halus dan disaring denan menggunakan saringan 100 mesh (Setyawan, 2003). Cangkang keong mas diperoleh dari dari persawahan sekitar Jatinangor, kemudian Cangkang keong mas dicuci dan dibersikan dari sisa-sisa tanah yang masih menempel, selanjutnya kulit uang dan kepiting dikerinkan dengan cara menjemur 1 hari di bawah sinar matahari. Cangkang keong mas yang telah kering ditumbuk halus dan disaring denan menggunakan saringan 100 mesh (Setyawan, 2003). Aplikasi tepung kulit udang, teung kulit kepiting dan tepung cangkang keong mas Aplikasi tepung kulit udang, tepung kulit kepiting dan tepung cangkang keong mas dilakukan satu kali, yaitu satu minggu sebelum tanam. Dosis tepung kulit udang, tepung kulit kepiting dan tepung cangkang keong mas masing-masing sebanyak 6 g dan 8 g, diaplikasikan dengan cara ditabur di sekitar perakaran tanaman kentang pada pot-pot percobaan. 10

Inokulasi sista G. rostochiensis Inokulasi sista G. rostochiensis dilakukan pada 7 hari setelah tanam di sekitar perakaran tanaman kentang, dengan cara terlebih dahulu dibuat lubang ke dalam tanah sekitar 5 cm, selanjutnya 50 sista G. rostochiensis dimasukkan ke lubang tesebut, kemudian lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah. Parameter yang diukur Pengamatan dilakukan pada 49 hari setelah inokulasi G. rostochiensis terhadap: 1. Jumlah Globodera rostochiensis betina per sistem akar Tanaman dicabut secara hati-hati agar tidak terdapat akar yang tertinggal di dalam tanah, setelah itu seluruh G. rostochiensis betina dihitung satu persatu dengan bantuan kaca pembesar. Persentase penghambatan jumlah sista per sistem akar dihitung dengan rumus : Keterangan : Bk Bp P = ---------------- x 100 % Bk P = Persentase penekanan Bk = Jumlah G. rostochiensis betina pada kontrol Bp = Jumlah G. rostochiensis betina pada perlakuan yang diuji 11

2. Jumlah Larva II G. rostochiensis dalam 100 ml tanah Pengamatan dilakukan dengan mengambil 100 ml tanah dari pot percobaan, selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan metode corong Baermann. Jumlah larva II G. rostochiensis dihitung di bawah mikroskop binokuler. 3. Jumlah sista G. rostochiensis dalam 100 ml tanah Pengamatan diawali dengan mengambil 100 ml tanah dari pot-pot percobaan. Selanjutnya tanah tersebut disemprot dengan air yang yang mengalir dan disaring dengan menggunakan saringan 750 m, hasilnya disaring kembali dengan menggunakan saringan 50 m dan 30 m. Hasil yang tertinggal kemudian dibilas sampai bersih dan ditampung dalam beaker glass. Apabila terdapat sista di dalam suspensi tersebut, sista akan mengapung di atas permukaan bersama dengan sisa bahan organik lain (Luc dkk., 1995). Sista yang mengapung ini dikumpulkan dengan kuas halus, kemudian dilakukan perhitungan jumlah sista yang didapat. 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Globodera rostochiensis betina per sistem akar Rata-rata jumlah G. rostochiensis betina yang menempel pada akar dan persentase penekanannya tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Jumlah Globodera rostochiensis Betina yang Menempel pada Akar Tanaman Kentang Perlakuan Jumlah G. rostochiensis betina pada akar (ekor) Penekanan (%) 6 g tepung kulit udang 0,75 c 78,57 8 g tepung kulit udang 1,00 c 71,43 6 g tepung kulit kepiting 1,50 bc 57,14 8 g tepung kulit kepiting 1,25 c 64,29 6 g tepung cangkang keong mas 1,50 bc 57,14 8 g tepung cangkang keong mas 1,75 c 50,00 Karbofuran 2 g 3,00 ab 14,29 Kontrol (tanpa kitin) 3,50 a - Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 % Berdasarkan Tabel 1 ternyata jumlah G. rostochiensis betina pada akar berbeda pada semua perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Jumlah G. rostochiensis betina yang menempel pada akar sangat sedikit, hal ini diduga karena suhu di rumah kaca tidak mendukung bagi perkembangannya. Mulyadi (2003) melaporkan bahwa larva II G. rostochiensis akan aktif pada suhu 10 oc dan dapat menginfeksi pada suhu 10 oc, serta kisaran suhu untuk pertumbuhan dan perkembangan G. rostochiensis antara 15 21 oc. Selain itu, pemberian pupuk kandang kotoran sapi diduga mempengaruhi jumlah nematoda betina yang menempel pada akar. Shapiro et al. (1996) dalam Aryantha (2003) melaporkan bahwa kotoran sapi segar dapat mengendalikan nematoda. 13

Pada Tabel 1 ternyata jumlah G. rostochiensis betina pada dosis 6 g dan 8 g tepung kulit udang tidak berbeda nyata dengan dosis 6 g dan 8 g tepung cangkang keong mas, tetapi berbeda nyata dengan kontrol. Aplikasi dosis 6 g tepung kulit kepiting per tanaman dan 6 g tepung cangkang keong mas per tanaman tidak berbeda terhadap jumlah G. rostochiensis betina pada akar jika dibandingkan dengan nematisida karbofuran dosis 2 g per tanaman. Jika dilihat dari persentase penekanan tepung kulit udang dosis 6 g dan 8 g memiliki penekanan lebih baik yaitu 78,57 % dan 71,43 % bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Perbedaan hasil tersebut diduga karena kandungan kitin pada tepung kulit udang lebih besar jika dibandingkan dengan tepung kulit kepiting dan tepung cangkang keong mas. Menurut Knorr (1978) dalam Abdurachman dkk. (1997) bahwa kulit udang mengandung kitin sebanyak 60,88 77,00 %, sedangkan kulit kepiting memiliki kandungan kitin yang cukup tinggi sebesar 72,10 %, tetapi besarnya kandungan tersebut juga masih tergantung kepada spesies dan habitat, sedangkan kandungan kitin pada cangkang keong mas belum diketahui secara pasti. Selain itu tingkat kekerasan struktur kulit udang diduga berpengaruh terhadap persentase penekanan serangan nematoda. Diduga struktur kulit udang tidak terlalu keras dibandingkan dengan kulit kepiting dan cangkang keong mas, sehingga kitin yang dihasilkan mudah larut dan mudah diserap oleh akar tanaman. Struktur kulit kepiting lebih keras dibandingkan dengan struktur kulit udang, sehingga kitin yang dihasilkan sulit larut dan tidak dapat menghambat serangan penyakit. Bell et al. (1998) melaporkan bahwa pemberian kitin pada tanaman dapat meningkatkan penyerapan air dan unsur hara pada jaringan xilem dan mengaktifkan kitinase tanaman. 14

2. Jumlah Larva II G. rostochiensis dalam 100 ml tanah Rata-rata jumlah larva II G. rostochiensis dalam 100 ml tanah dan persentase penekannya tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Larva II Globodera rosochiensis dalam 100 ml Tanah Perlakuan Jumlah larva II G. rostochiensis dalam 100 ml tanah (ekor) Penekanan (%) 6 g tepung kulit udang 112,50 a 22,81 8 g tepung kulit udang 126,25 a 13,38 6 g tepung kulit kepiting 102,25 a 29,85 8 g tepung kulit kepiting 113,50 a 22,13 6 g tepung cangkang keong mas 96,75 a 33,62 8 g tepung cangkang keong mas 99,00 a 32,08 Karbofuran 2 g 30,50 b 79,07 Kontrol (tanpa kitin) 145,75 a - Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 % Berdasarkan Tabel 3 ternyata jumlah larva II G. rostochiensis dalam 100 ml tanah paling rendah terdapat pada aplikasi karbofuran yaitu 30,50 ekor yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan jumlah larva II terbanyak terdapat pada kontrol yaitu 145,75 ekor. Rendahnya jumlah larva II pada aplikasi karbofuran dosis 2 g per tanaman, diduga karena sebagian besar larva II masih terdapat pada jaringan akar. Pada saat pengamatan terakhir, ubi pada perlakuan karbofuran masih menunjukkan adanya aktivitas munculnya tunas-tunas baru yang mengakibatkan masih tersedianya persediaan makanan bagi nematoda. Hal ini sesuai dengan pendapat Mai (1977) dalam Hadisoeganda (1985), bahwa gejala serangan G. rostochiensis mulai muncul jika persediaan makanan dalam ubi sudah habis. Pada Tabel 3. bahwa aplikasi tepung kulit udang dosis 6 g dan 8g tidak berbeda terhadap jumlah larva II G. rostochiensis jika dibandingkan dengan aplikasi tepung kulit 15

kepiting dosis 6 g dan 8 g, dan aplikasi tepung cangkang keong mas dosis 6 g dan 8 g maupun kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi tepung berkitin diduga mempengaruhi pergerakan nematoda ke arah akar serta mengakibatkan adanya peningkatan ketahanan tanaman terhadap nematoda dengan adanya perubahan pada struktur jaringan akar yang akhirnya dapat mengganggu pergerakan nematoda pada saat akan melakukan penetrasi ke dalam akar. Suganda (2000) melaporkan bahwa dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah akan menyebabkan terganggunya pergerakan nematoda ke arah akar serta mempengaruhi perubahan sitokimia akar (komposisi kimia sel) yang tidak menguntungkan bagi perkembangan nematoda. 3. Jumlah sista G. rostochiensis dalam 100 ml tanah Rata-rata jumlah sista G. rostochiensis dalam 100 ml tanah dan persentase penekannya tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Sista Globodera rostochiensis dalam 100 ml Tanah Perlakuan Jumlah sista G. rostochiensis dalam 100 ml tanah (ekor) Penekanan (%) 6 g tepung kulit udang 6,25 c 60,94 8 g tepung kulit udang 6,50 bc 59,38 6 g tepung kulit kepiting 7,00 bc 56,25 8 g tepung kulit kepiting 7,25 bc 54,69 6 g tepung cangkang keong mas 9,75 abc 39,06 8 g tepung cangkang keong mas 8,00 abc 50,00 Karbofuran 2 g 12,25 ab 23,44 Kontrol (tanpa kitin) 16,00 a - Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 % 16

Pada Tabel 3 ternyata bahwa aplikasi tepung kulit udang, kulit kepiting, dan cangkang keong mas, pada dosis masing-masing 6 g dan 8 g per tanaman, serta karbofuran dosis 2 g per tanaman tidak berbeda nyata terhadap jumlah sista dalam 100 ml tanah. tetapi semuanya berbeda dengan kontrol terhadap jumlah sista. Pemberian tepung cangkang keong mas dosis 6 g dan 8 g, karbofuran tidak berbeda dengan kontrol terhadap jumlah sista dalam 100 ml tanah. Hal ini diduga karena dengan pemberian tepung kulit udang, kulit kepiting, dan cangkakng keong mas tidak menyebabkan terjadinya fitotoksik pada tanaman yang menyebabkan nematoda betina dewasa keluar dari jaringan akar dan akhirnya akan membentuk sista, walaupun sista yang terbentuk sedikit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Benhamou et al. (1992) melaporkan bahwa pemberian kitin tidak menyebabkan fitotoksik pada tanaman. Tepung kulit udang dosis 6 g dan 8 g mengakibatkan persentase penekanan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lain, yaitu sebesar 60,94 % dan 59,38 %. Perbedaan persentase penekanan diduga karena dengan pemberian tepung kulit udang, tepung kulit kepiting, dan tepung cangkang keong mas dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan nematoda G. rostochiensis. Efek pemberian kitin terhadap nematoda diperoleh dengan cara menginduksi ketahanan tanaman. Selain itu pemberian tepung kitin ke dalam tanah akan menyebabkan mikroba kitinolitik (mikroba yang dapat memanfaatkan kitin sebagai sumber nutrisinya) menjadi diuntungkan dan berkembangbiak dengan pesat. Meningkatnya mikroba kitinolitik ini pada akhirnya akan menyerang nematoda, karena nematoda sendiri 17

mengandung kitin di dalam bagian dinding tubuh terutama kulit telurnya, sehingga nematoda yang terserang akan mati (Suganda, 1998). Pemberian kitin di dalam tanah akan didekomposisi oleh mikroba kitinolitik, sehingga akan menghasilkan gas amonia yang bersifat racun bagi nematoda (Mian et al., 1982 dalam Bell et al., 2000). Aplikasi karbofuran 2 g per tanaman mampu menekan jumlah sista dalam tanah sebesar 23,44 %. Karbofuran merupakan nematisida sistemik yang jika diaplikasikan ke dalam tanah akan mengganggu perkembangan nematoda dengan cara menembus dinding tubuh nematoda dan mnghambat enzim asetilkholinesterase serta mengubah fungsi metabolik (Anonim, 1988 dalam Meilynda, 2003). 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada dosis 6 g tepung kulit udang per tanaman dapat menekan perkembangan nematoda sista kuning (Globodera rostochiensis)lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Persentase penekanan terhadap jumlah G. rostochiensis betina pada akar sebesar 78,57 %, menekan jumlah sista dalam 100 ml tanah sebesar 60,94 %. Persentase penekanan tertinggi terhadap jumlah larva II G. rostochiensis dalam 100 ml tanah terdapat pada perlakuan karbofuran dosis 2 g per tanaman sebesar 79,07 %. 5.2 Saran Tepung kulit udang dosis 6 g per tanaman dapat dipertimbangkan untuk pengendalian nematoda sista kuning (G. rostochiensis). pada tanaman kentang. 19