2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN PPKN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Emas Di lingkungan Kemendikbud, pendidikan karakter menjadi fokus

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan data dan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Taniredja (Fira, 2013: 5)

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 1. hlm Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran,

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sangat diperlukan sehingga tujuan pembelajaran akan dicapai sesuai harapan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran tidak hanya sekedar menekankan kepada pengertian atau konsep-konsep, tetapi lebih menekankan pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan penerapan konsep dalam kehidupan nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Syaifurahman dan Ujiati (2013, hlm. 60) mengemukakan bahwa pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran yang baik adalah pempelajaran yang melibatkan pengalaman siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan pengalaman memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajaran karena siswa dituntut mampu mengidentifikasi permasalahanpermasalahan atau fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya yang kemudian secara aktif dan kritis mencari solusi penyelesainnya. Mengenai hal ini Hamalik (2003, hlm. 212) mengungkapkan bahwa: pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini mengarahkan para siswa ke dalam ekplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi pemecahan masalah. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zuckerman (dalam Warsono dan Hariyanto, 2012, hlm. 4) yang mengatakan bahwa : Belajar akan diperoleh melalui pengalaman (learning from experience), melalui pembelajaran aktif (active learning), dan dengan cara melalukan interaksi dengan bahan ajar maupun dengan orang (interacting with learning materials and with people). Dari hal yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa melalui proses pembelajaran aktif.

2 Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung merupakan salah satu sekolah yang dalam proses pembelajaran telah menerapkan sistem pembelajaran yang mengfokuskan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah yang telah diterapkan oleh SMA Negeri 3 Bandung tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran tertentu, tetapi sudah diterapkan pada semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran PPKn. Pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam prosesnya, sementara guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator dapat diterapkan dengan pendekatan ilmiah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan kepada guru dan siswa di SMA Negeri 3 Bandung, diketahui bahwa pendekatan ilmiah sudah diterapkan khususnya dalam mata pelajaran PPKn dan telah memberikan dampak bagi peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa, sementara guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Pembelajaran yang dilakukan seperti adanya penayangan video yang kemudian siswa harus menganalisis video tersebut dan mengemukakan hasil analisisnya. Pembelajaran yang dilakukan tersebut menggunakan model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) yang didalamnya mencakup unsur-unsur pendekatan ilmiah yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain itu, diperoleh pula bahwa penerapan pendekatan ilmiah pada mata pelajaran PPKn ini sudah dikembangkan dan di inovasi lebih lanjut oleh guru. Hal ini terlihat dari bentuk tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa, dimana tugas ini berupa bentuk tugas mandiri. Bentuk tugas mandiri yang diberikan oleh guru mempunyai bentuk yang bermacam-macam, seperti penelitian, film, cerpen, makalah, video, dan bentuk-bentuk hasil karya siswa lain yang memberi kebebasan kepada siswa dalam memilih dan membuat hasil karyanya, yang tentunya erat kaitannya dengan materi PPKn. Disini muncul unsur mengamati, dimana siswa dituntut untuk mengamati berbagai masalah atau fenomena yang terjadi disekitanya. Ketika siswa merasa kesulitan atau kebingungan, siswa dapat melakukan konsultasi mengenai tugasnya kepada guru, disini peran guru sebagai pembimbing. Dari hal ini muncul kegiatan siswa selanjutnya yaitu menanya dan

3 mencoba menalar permasalahan yang dijadikan bahan pembelajaran. Kemudian hasil karya tersebut nantinya dituntut untuk dipublikasikan dan sekaligus akan dipersentasikan di depan guru dan siswa lain. Dari hasil ini dapat dilihat kemampuan siswa untuk mencoba dan mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pekerjaannya. Berdasarkan fakta di lapangan tersebut, pendekatan ilmiah sudah diterapkan dengan cukup baik di SMA Negeri 3 Bandung. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan pendekatan ini, diantaranya terkait kesiapan siswa untuk melakukan pembelajaran. Tidak semua siswa secara aktif dan cepat merespon tugas yang berikan oleh guru. Selain itu juga tidak semua siswa merasa senang dengan model pembalajaran aktif yang diterapkan guru. Dengan kata lain, belum sepenuhnya motivasi belajar siswa belajar siswa muncul dalam proses pembelajaran. Sehingga dalam hal ini diperlukan pemahaman yang lebih terkait penerapan pendekatan ilmiah serta inovasi- inovasi yang mampu dilakukan dalam penerapan pendekatan ini. Dengan demikian hasil yang diharapakan berupa peningkatan motivasi belajar siswa dapat dicapai secara baik. Hal ini dirasa perlu menjadi perhatian, karena pada dasarnya pendekatan ilmiah bertujuan untuk membantu mengembangkan kompetensi siswa yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif berupa pengetahuan, afektif diwujudkan dalam sikap, dan psikomotor dalam bentuk keterampilan. Saminanto (2013, hlm. 25) mengemukakan bahwa: Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific approach), ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa. Ranah keterampilan mengapit transformasi substansi atau materi ajar peserta didik tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan menggapit transformasi substansi atau materi ajar peserta didik tahu tentang apa. Pengembangan kompetensi tersebut dapat diterapkan melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa, yaitu dalam aktifitas mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan yang ada dalam pendekatan ilmiah. Hal ini sejalan dengan yang dijabarkan oleh Kemendikbud (Atsnan & Rakmita, 2013, hlm.2) bahwa proses pembelajaran scientific merupakan

4 perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah ini lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atsnan & Rakmita (2013) membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10% setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50 70%. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa banyaknya informasi yang dimiliki oleh guru dapat dipahami secara kontekstual dengan baik oleh siswa hingga tingkat pemahaman lebih dari 50 % dari informasi yang disampaikan. Dengan demikian proses pembelajaran secara tradisional, informasi yang disampaikan oleh guru cenderung sulit dan lambat diterima oleh siswa. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) lebih efektif dalam pengembangan kemampuan dan taraf berpikir siswa. Hal yang kemudian membuat peneliti merasa penelitian ini penting dilakukan adalah bahwa pendekatan ilmiah merupakan pendekatan baru dalam pembelajaran. Walaupun secara konsep pendekatan ini sudah ada sejak lama karena merupakan pengembangan dari pendekatan inkuiri, namun secara aplikatif pendekatan ini merupakan pendekatan baru. Selain itu, pendekatan ilmiah ini pun dirasa sangat penting untuk diterapkan dalam mata pelajaran PPKn, karena paradigma yang ada selama ini bahwa mata pelajaran PPKn cenderung membosankan bagi siswa. Dengan demikian, adanya penelitian ini dapat merubah paradigma tersebut, dan menjadikan pembelajaran PPKn menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Selanjutnya penelitian ini pun diharapkan mampu memberi hasil terkait penerapan pendekakatan ilmiah (scientific approach) di SMA Negeri 3 Bandung khususnya pada mata pelajaran PPKn yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan model penerapan pendekatan ini. Selain itu juga sekaligus sebagai sarana berbagi

5 pengalaman terbaik (best practices) bagi sekolah yang belum atau akan menerapkan pendekatan ilmiah dalam pembelajarannya. Berdasarkan hasil kajian yang telah dikemukakan di atas, membuat peneliti tertarik untuk lebih meneliti bagaimana implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn dihubungkan dengan motivasi belajar siswa, sehingga penelitian ini dirumuskan melalui judul penelitian yaitu IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN PPKN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif di SMA Negeri 3 Bandung). B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Belum dilakukan penelitian tentang pendekatan ilmiah (scientific approach) sebagai bagian dari Kurikulum 2013, khususnya dalam pembelajaran PPKn; 2. Perlunya pemahaman guru secara utuh mengenai pendekatan ilmiah (scientific approach) sebagai implementasi dalam Kurikulum 2013 dalam pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran PPKn; 3. Pentingnya penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) secara utuh dalam pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa; 4. Belum adanya daya dukung kreatifitas guru dalam penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) sebagai implementasi dalam Kurikulum 2013 khususnya dalam mata pelajaran PPKn sehingga mempengaruhi tingkat motivasi belajar siswa. C. Rumusan Masalah Penelitian diantaranya: Dalam penelitian ini, adapun beberapa hal yang menjadi rumusan masalah,

6 1. Bagaimana bentuk implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan motivasi belajar di SMA Negeri 3 Bandung? 2. Bagaimana peran guru dan siswa dalam penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Bandung sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? 3. Apa saja hambatan dalam pengimplementasian pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA 3 Bandung? 4. Apa upaya mengatasi hambatan dalam pengimplementasian pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan motivasi siswa belajar di SMA 3 Bandung? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya: 1. Mengetahui bentuk implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan motivasi belajar di SMA Negeri 3 Bandung. 2. Mengidentifikasi peran guru dan siswa dalam penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 3 Bandung sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Mengidentifikasi hambatan dalam pengimplementasian pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA 3 Bandung. 4. Mengidentifikasi upaya mengatasi hambatan dalam pengimplementasian pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam mata pelajaran PPKn untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA 3 Bandung. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

7 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan keilmuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) khususnya dalam konteks pendekatannya yaitu dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach), dimana sesuai dengan tujuan PPKn itu sendiri yaitu dalam proses pembelajarannya menjadikan kelas sebagai laboratorium demokrasi. Salah satu manfaat menjadikan kelas sebagai laboratorium demokrasi dalam pembelajaran PPKn yaitu dapat diketahui tingkat motivasi belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Manfaat secara praktis dapat diperoleh baik oleh penulis maupun pembaca dan juga bagi banyak pihak terlebih dalam bidang pendidikan. Manfaat dari penelitian diharapkan dapat dirasakan oleh banyak pihak, diantaranya: a. Bagi guru PPKn 1) Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) secara memadai. 2) Meningkatkan profesionalitas guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga dapat memberikan motivasi belajar pada siswa. 3) Dengan penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) secara memadai, mampu membantu meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Bagi siswa 1) Memberikan pemahaman terkait pentingnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang optimal sehingga siswa mampu melibatkan diri secara aktif dalam proses pembelajaran, atau dengan kata lain motivasi belajar siswa menjadi meningkat. 2) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan penggunaan pendekatan ilmiah yang dilakukan dalam proses pembelajaran. c. Bagi sekolah 1) Mampu mengembangkan model penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) sebagai rujukan bagi sekolah lain.

8 2) Mendukung terwujudnya pembelajaran yang bermakna sebagai upaya terwujudnya sekolah yang berkualitas. Salah satu ciri pembelajaran yang bermakna adalah tingginya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini meliputi, judul, pernyataan mengenai maksud karya ilmiah, nama dan kedudukan tim pembimbing, pernyataan tentang keaslian karya ilmiah, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran BAB I: Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, metodologi penelitian, dan stuktur organisasi skripsi. BAB II: Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau datadata yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti. BAB III: Metodologi penelitian. Pada bab ini peneliti menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. BAB IV: Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini peneliti menganalisis hasil temuan data tentang Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Aprroach) dalam mata Pelajaran PPKn untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. BAB V: Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dikaji dalam skripsi.