BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI FRAKSI ETANOL HASIL MASERASI DAUN SIRIH HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari family

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob Gram positif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. negatif Escherichia coli ATCC 25922, bakteri gram positif Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

antihelmintik, dan lain-lain (Absor, 2006). Komponen aktif yang bersifat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KERING DAUN Ocimum americanum L. SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), 12-18

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

I. PENDAHULUAN. Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong

I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri, virus dan parasit (Brooks et al, 2007). Salah satu penyakit yang

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

I. PENDAHULUAN. sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati (2009),

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki efek herbal adalah daun, biji, dan daging buahnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI. DALAM FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

1 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 1-7

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu survey yang dilakukan oleh World Heatlh. Organization (WHO) dilaporkan bahwa lebih dari 80%

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. beragam sebagai mekanisme pertahanan terhadap predator lain (Grosso et al,

DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia kedokteran, keputihan (fluor albus) adalah keluarnya

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis adalah penyakit jamur akut atau subakut yang disebabkan oleh Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006) menyatakan bahwa sedikitnya 60% isolat yang diambil dari sumber infeksi kandidiasis adalah Candida albicans. Di Indonesia sendiri jumlah wanita yang mengalami kandidiasis ini sangat besar, yaitu sebanyak 70% wanita Indonesia pernah mengalami kandidiasis paling tidak satu kali dalam hidupnya, hal ini berkaitan erat dengan kondisi cuaca lembab yang mempermudah wanita Indonesia mengalami kandidiasis (Sugiarto, 2012). Oleh karena banyaknya wanita Indonesia yang mengalami kandidiasis, maka diperlukan agen pengobatan antifungi untuk mengatasi penyakit kandidiasis tersebut. Obat-obat sintetik antifungi sebagai agen pengobatan infeksi jamur pada saat ini telah dikembangkan secara luas, baik di negara maju maupun negara berkembang seiring meningkatnya kasus kandidiasis (Gholib, 2009; Rintiswati dkk., 2004). Antibiotik memberikan dasar utama sebagai agen antimikroba (bakteri dan jamur) (Harbottle et al., 2006). Penggunaan antimikroba (antibiotik, antifungi) yang tidak rasional dapat menyebabkan mikroba patogen beradaptasi dengan lingkungannya dan menjadi resisten terhadap obat yang digunakan (Martini dan Ellof, 1998; Yustina, 2001). Kebutuhan untuk menemukan agen antifungi baru sangatlah penting dalam mengatasi resistensi tersebut. Salah satu 1

2 alternatif pengembangan obat baru adalah menggunakan bahan alam. Penggunaan tanaman obat sebagai obat tradisional dipercaya cukup efektif dan aman karena jarang menimbulkan efek samping dan harganya relatif lebih murah. Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antifungi adalah daun sirih hijau (Piper betle L.). Daun Sirih hijau telah lama diketahui memiliki khasiat sebagai antiseptik (Inayatullah, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mani dan Boominathan (2011), uji aktivitas antimikroba terhadap fungi Candida albicans dilakukan pada beberapa fraksi diantaranya fraksi air dengan zona hambat 2 mm, fraksi etanol dengan zona hambat 7,2 mm, fraksi metanol dengan zona hambat 3 mm, fraksi aseton dengan zona hambat 1 mm serta fraksi heksan dan butanol memiliki zona hambat yang sama yaitu sebesar 0,5 mm. Berdasarkan nilai zona hambat pada masing-masing fraksi tersebut, dapat dilihat bahwa fraksi etanol daun sirih hijau memiliki zona hambat yang paling besar yaitu 7,2 mm, sehingga pada penelitian ini digunakan fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) untuk uji aktivitas antifungi terhadap Candida albicans. Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi dengan menggunakan pelarut bertingkat dari yang bersifat non polar hingga bersifat polar. Pemilihan metode ekstraksi dengan menggunakan maserasi dikarenakan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana. Penggunaan metode maserasi diharapkan mampu mengekstraksi lebih banyak kandungan senyawa pada daun sirih hijau (Piper betle L.), baik senyawa yang tahan panas maupun tidak tahan terhadap

3 pemanasan. Pada proses ekstraksi dengan menggunakan maserasi digunakan pelarut dengan kepolaran yang berbeda yaitu n-heksan, kloroform dan etanol 96%. Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran secara berurutan memungkinkan pemisahan kandungan kimia berdasarkan kelarutan dan polaritasnya, sehingga memudahkan proses isolasi (Heinrich et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Singburaudom (2015), maserasi dengan menggunakan etanol 96% mampu mengekstraksi senyawa hydroxychavicol (golongan fenol) dari daun sirih hijau dan dinyatakan memiliki aktivitas sebagai antifungi terhadap Candida albicans (BCC F0179) dan kapang Trichophyton mentagrophytes (BCC F0217). Penentuan golongan senyawa kimia yang terkandung dalam daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat dilakukan dengan menggunakan metode skrining fitokimia. Skrining merupakan tahap pendahuluan dalam penelitian fitokimia. Secara umum dapat dikatakan bahwa metodenya sebagian besar merupakan pereaksi pengujian warna dengan menggunakan pereaksi warna (Kristanti dkk, 2008). Skrining fitokimia penting dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung pada daun sirih hijau (Piper betle L.) dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali. Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu daun sirih hijau (Piper betle L.) yang diperoleh dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali. Pemilihan daun sirih hijau (Piper betle L.) pada beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali dilakukan untuk meningkatkan kualitas senyawa yang terkandung dalam daun sirih hijau (Piper betle L.) yang diduga memiliki aktivitas antifungi yaitu flavonoid (0,050%) (Singburaudom, 2015; Putri dan

4 Yunahara, 2013), fenol (69,61%) (Pradhan et al., 2013; Rekha et al, 2014) dan terpenoid (3,89%) (Johnny et al., 2011; Rekha et al, 2014). Suhu yang tinggi akan mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman sirih hijau untuk memproduksi senyawa flavonoid, fenol dan terpenoid (Ariany dkk., 2013; Tuteja et al., 2012; Hui et al., 2016). Peningkatan jumlah produktivitas dari senyawa flavonoid, fenol dan terpenoid diharapkan nantinya dapat memberikan aktivitas antifungi yang lebih baik. Pengujian antifungi terhadap fungi Candida albicans dapat dilakukan dengan menggunakan metode dilusi dan difusi (Atikah, 2013). Pada penelitian ini uji aktivitas antifungi dilakukan dengan menggunakan metode difusi. Keunggulan metode difusi disk yaitu mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus (Pelczar, 1988). Metode difusi disk juga dapat menafsirkan apakah agen antimikroba yang diujikan memiliki kemampuan penghambatan yang mirip dengan kontrol positif yang digunakan. Adanya zona bening mengindikasikan bahwa terdapat hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba yang diujikan pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan uji aktivitas antifungi fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) hasil maserasi pada berbagai daerah penghasil daun sirih hijau di Bali terhadap fungi Candida albicans dengan menggunakan metode difusi disk.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diperoleh sebagai berikut : 1. Bagaimana aktivitas antifungi fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) hasil maserasi dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali terhadap fungi Candida albicans dengan menggunakan metode difusi disk? 2. Apa sajakah golongan senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) hasil maserasi dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali dengan menggunakan metode difusi disk? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui aktivitas antifungi fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) hasil maserasi dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali terhadap fungi Candida albicans dengan menggunakan metode difusi disk. 2. Untuk mengatahui golongan senyawa kimia yang terdapat dalam fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) hasil maserasi dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali dengan menggunakan metode difusi disk.

6 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antifungi fraksi etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) hasil maserasi dari beberapa daerah zona iklim panas (0-700 MDPL) di Bali yang memiliki aktivitas antifungi paling besar terhadap fungi Candida albicans