KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI SEMIKONDUKTOR TIO 2 (ZnO) SEBAGAI SENSOR LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG)

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN

KARAKTERISASI SENSOR GAS LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) DARI BAHAN SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CUO/CUO(TIO2)

KARAKTERISASI ZnO DIDOPING TIO2 UNTUK DETEKTOR LPG

Karakterisasi Sensor TiO 2 Didoping ZnO untuk Mendeteksi Gas Oksigen

DETEKTOR GAS OKSIGEN DARI BAHAN SEMIKONDUKTOR TiO2 DOPING CuO

Karakteristik Arus-Tegangan Semikonduktor Copper Oxide Didoping dengan Zinc Oxide Sebagai Sensor Gas Hidrogen

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa

Bab II Tinjauan Pustaka

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

PENGARUH DOPING INDIUM TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS DARI LAPISAN TIPIS SnO 2

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu gardugardu

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karakterisasi XRD. Pengukuran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

Oleh: Tyas Puspitaningrum, Tjipto Sujitno, dan Ariswan

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

2016 PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM TEBAL BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

Bab 1 Bahan Semikonduktor. By : M. Ramdhani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modern pada fotokonduktor ultraviolet (UV) membutuhkan material

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PHOTODETECTOR. Ref : Keiser

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2 FOTOKONDUKTIVITAS. Zudah Sima atul Kubro G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

I. PENDAHULUAN. Sudah dikenalnya penggunaan bahan materi Seng Oksida (ZnO) sebagai

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator

PENGARUH DOPING EMAS DAN PERLAKUAN ANIL PADA SENSITIVITAS LAPISAN TIPIS SnO 2 UNTUK SENSOR GAS CO

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

PENGARUH KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP SIFAT OPTOELEKTRONIK Mn 3O 4

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

Bab 1. Semi Konduktor

Pengembangan Alat Ukur Total Dissolved Solid (TDS) Berbasis Mikrokontroler Dengan Beberapa Variasi Bentuk Sensor Konduktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: elvaswer@fmipa.unand.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan doping CuO pada bahan dasar TiO 2, sebagai sensor CO 2, terhadap karakteristik I-V, sensitivitas, konduktivitas dan energi gapnya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode solid state reaction dimana kalsinasi pada suhu 800 o C selama 3 jam dam proses sintering suhu 900 o C selama 5 jam. Berdasarkan pengukuran karakteristik I-V diperoleh hasil bahwa bahan dengan doping memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap bahan murni, nilai sensitivitas tertinggi diperoleh pada sampel dengan penambahan doping 6% yaitu 2,58, sedangkan konduktivitas meningkat seiring dengan bertambahnya suhu. Dari pengukuran energi gap diperoleh hasil bahwa energi gap pada bahan murni lebih tinggi dibandingkan dengan bahan dengan doping. Kata kunci : sensor, TiO 2 (CuO), karakterisasi I-V, sensitivitas, konduktivitas, energi gap ABSTRACT This research intent on analyzing influence of CuO adding to TiO 2, as gas sensor, on its voltagecurrent characteristic, sensitivity, conductivity and gap energy. The method used in this research is solid state reaction with calcinations temperature is 800 o C for 3 hours and sintered at 900 o C for 5 hours. Based on voltage-current characteristic measurement, it is found that the doped materials have more sensitivity than pure material. The highest sensitivity (2.58) is found in the material with 6% dopant. While conductivity increases with temperature increasing. From energy gap measurement, it is found that pure material have higher energy gap than that in doped material. Keywords: sensor, TiO 2 (CuO), voltage-current characteristic, sensitivity, conductivity, gap energy I. PENDAHULUAN Udara terdiri dari berbagai macam gas dan tidak semua gas baik untuk kesehatan. Gas berbahaya ini disebut dengan gas toksin atau gas beracun. Gas CO 2 mencemari udara yang ada dilingkungan sehingga tanpa sadar akan terhirup masuk ke tubuh, kemudian secara bertahap tubuh akan merasakan dampaknya. Salah satu gas toksin tersebut adalah CO 2. Gas ini umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor. Gas CO 2 sulit untuk dideteksi secara langsung. Karena keterbatasan indra manusia untuk merasakan gas tersebut, maka diperlukan alat untuk mendeteksi keberadaan gas tersebut. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor gas semikonduktor yang dibuat dengan metoda keadaan padat. Sensor dengan bahan semikonduktor memiliki kelebihan yaitu metoda yang sederhana untuk sensor gas. Salah satunya dengan melihat perubahan konduktivitas pada bahan material semikonduktor ketika diberi gas. Sensor ini juga memiliki kelebihan yaitu biaya yang murah dan dapat diproduksi secara masal, dibandingkan dengan sensor elektrokimia dan optik yang harganya mahal. Penelitian mengenai sensor gas semikonduktor pernah dilakukan sebelumnya oleh Sayono dkk (2001) tentang penambahan Indium terhadap sensitivitas sensor ZnO dengan metoda lapisan tipis. Hasil dari penelitian menunjukan semakin banyak Indium yang ditambahkan maka nilai resistansi juga akan semakin turun. Hal ini disebabkan oleh adanya atom indium pada permukaan dapat meningkatkan kepadatan atom pada permukaan sensor gas ZnO, sehingga berpengaruh terhadap sifat kelistrikan bahan ZnO menjadi lebih konduktif. Namun terdapat kekurangan terhadap metoda ini karena stabilitias mekanikal yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada penelitian ini menggunakan metoda keadaan padat (Solid State Reaction). Penelitian tentang sensor gas juga pernah dilakukan oleh Bo Liao et. al (2000) yang menggunakan bahan CuO-BaTiO 3 yang digunakan untuk mendeteksi CO 2. Dalam penelitian ini 25

untuk mendapatkan sensitivita, waktu pulih, waktu respon, suhu operasional dan selektivitas terhadap gas-gas lainnya. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahan CuO-BaTiO 3 mempunyai waktu respond dan waktu pulih yang baik terhadap CO 2. Untuk suhu operasional bahan diperoleh nilai sensitivitas tertinggi pada suhu 2.34 pada suhu 685 o K. nilai sensitivitas yang diperoleh hampir sama dengan Ishihara et. al (1992) dengan nilai 2.98 pada suhu 729 o C. sensor ini selektif terhadap CH 4, H 2, CO dan CO 2 dengan nilai sensitivitas tertinggi diperoleh pada gas CO 2. II. 2. METODE 2.1 Pembuatan Pelet Pembuatan sensor gas semikonduktor pada penelitian ini menggunakan bahan dasar TiO 2 (Merck,99%) dan dopant CuO (Merck,99%). Kemudian bahan dicampur dengan variasi dopant 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Ukuran sampel pelet yang diuji yaitu 9 mm x 1.4 mm, dengan diameter pelet 9 mm dan lebar pelet 1.4 mm. Reaksi kimia yang terjadi pada penelitian ini : xcuo + (1-x)TiO 2 Cu x Ti (1-x) + O (2-x) Cu x Ti (1-x) + e - + O (2-x) O - ad (Cu x Ti (1-x) ) CO 2 + O - ad (Cu x Ti (1-x) ) CO 2 O + Cu x Ti (1-x) + e - dengan x : persentase dopant Bahan kemudian digerus selama 1 jam supaya homogen, kemudian dikalsinasi pada suhu 800 o C selama 3 jam. Kemudian bahan dicetak sehingga berbentuk pelet yang kemudian disintering pada suhu 900 o C selama 5 jam. 2.2 Karakterisasi Setelah proses sintering dilakukan, pelet yang telah jadi dihubungkan pada rangkaian sederhana. Pada skema rangkaian kotak pada rangkaian berfungsi untuk mengisolasi gas CO 2. Sebuah amperemeter dipasang pada rangkaian untuk mengukur arus pada sensor. Kemudian kotak dimasukan ke dalam oven agar bisa divariasikan suhunya dari 80 o C sampai dengan 193 o C. Salah satu bagian elektroda dihubungkan dengan kutub positif sedangkan yang lainnya dihubungkan dengan kutub negatif (bias maju) dan untuk bias mundur polaritasnya dibalik. Antara pelet dan catu daya dihubungkan ke amperemeter, sehingga arus dan tegangan dapat diukur. Pengukuran bias maju dan bias mundur tegangan divariasikan dari 50 V sampai dengan -50V dengan interval 5 V. Rangkaian sederhana karakterisasi sensor dapat dilihat pada Gambar1. Gambar 1 Skema rangkaian karakterisasi sensor 26

Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sensitivitas, konduktivitas dan energi gap. Sensitivitas adalah perbandingan arus pada kondisi gas CO 2 berbanding arus pada kondisi diudara, nilai sensitivitas diperoleh dari karakteristik I-V. konduktivitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk mengalirkan arus listrik (Endarko dan Yudhoyono, 2007). Nilai konduktivitas suatu bahan ditentukan dari nilai resistansi bahan dan luas penampang dibagi dengan panjang kawat. Sedangkan untuk menentukan nilai energi gas digunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan mengukur nilai panjang gelompang sampel. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Karakteristik I-V 3.1.1 TiO 2 100% + CuO 0 % Karakterisasi I-V sampel TiO 2 100% + CuO 0 % pada suhu 85 o C menunjukan perubahan arus sebelum dan sesudah dimasukan CO 2, seperti yang ditunjukan oleh Gambar 2. Gambar 2 Grafik I-V TiO 2 100% + CuO 0% pada suhu 85 o C Perubahan hasil yang terjadi tidak terlalu besar dibandingkan dengan sampel yang diberi doping.hal ini disebabkan oleh bahan TiO 2 murni (tanpa doping) terdiri dari Ti +4 dan O -2 sehingga terdapat 2 ion yang berfungsi sebagai pembawa muatan. Disamping itu terjadi reaksi antara CO 2 dengan O - yang ada pada TiO 2, sehingga I-V pada CO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan udara. 3.1.2 TiO 2 94% + CuO 6 % Karakteristik I-V TiO 2 94% + CuO 6 % pada suhu 85 o sebelum dan sesudah dimasukan gas CO 2 ditunjukan oleh Gambar 3. Gambar 3 Grafik I-V TiO 2 94% + CuO 6 % pada suhu 85 o C 27

Terjadi perubahan arus yang tertinggi antara sampel TiO 2 94% + CuO 6 % di udara dengan CO 2. Hal ini disebabkan oleh pemberian doping 6% CuO terhadap TiO 2 mengubah energi gap menjadi lebih kecil.sehingga membebaskan elektron menjadi energi gap. Disamping itu juga terjadi reaksi atom CO 2 dengan O - absorbsi yang ada pada TiO 2 (CuO). 3.2 Karakteristik Sensitivitas Dari pengukuruan sensitivitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa nilai sensitivitas bahan yang didoping lebih tinggi daripada bahan yang tidak didoping(murni). Hal ini disebabkan oleh penambahan doping pada sampel yang menyebabkan kenaikan sensitivitas akibat reaksi O - absorbsi pada permukaan sampel yang didoping bereaksi dengan CO 2, sedangkan pada bahan murni kurang reaktif terhadap CO 2. Berdasarkan karakteristik I-V dari kelima sampel yang telah diukur, maka dapat dibuat grafik perubahan sensitivitas terhadap suhu seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4 Grafik Perubahan Sensitivitas terhadap Suhu 3.3 Karakteristik Panjang Gelombang Dan Energi Gap Pada penentuan panjang gelombang dan energi gap, data diambil dari bahan murni dari sampel 1 dan bahan yang memiliki sensitivitas dan konduktivitas tertinggi pada sampel TiO 2 94% + CuO 6 %. Hubungan antara panjang gelombang dan koefisien absorbsi dari kedua sampel dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Grafik Panjang Gelombang terhadap Koefisien Absorbsi Berdasarkan grafik panjang gelombang terhadap koefisien absorbsi yang diperoleh, dapat dilihat bahwa pada sampel TiO 2 94% + CuO 6 % yang merupakan dengan doping memiliki koefisien absorbsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel TiO 2 100% + CuO 0 %. Proses absorpsi foton menyebabkan transisi elektron dari pita valensi ke pita konduksi dengan energi foton harus sama atau lebih besar dari energi gap-nya. 28

Koefisien absorbsi pada tepi sampel TiO 2 100% + CuO 0 % mempunyai nilai panjang gelombang tepi 404,95 nm, sedangkan koefisien absorbsi sampel TiO 2 94% + CuO 6 % memiliki nilai panjang gelombang tepi 401.87. Dari kedua nilai ini diperoleh energi gap pada kedua sampel. Pada sampel TiO 2 100% + CuO 0 % diperlukan energi gap 3.06 ev untuk menyerap foton dengan koefisien absorbsi 0.019, sedangkan sampel TiO 2 94% + CuO 6 % memerlukan energi gap 3.09 ev untuk menyerap foton dengankoefisien absorbsi 0.036. Berdasarkan perbedaan energi gap dan nilai koefisien absorbsi tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi memiliki energi gap yang lebih besar dibandingkan dengan sampel TiO 2 94% + CuO 6 %. IV. KESIMPULAN Nilai sensitivitas tertinggi diperoleh pada Sampel TiO 2 94% + CuO 6 % yaitu 2,58 yang diperoleh pada suhu 85 o C, sedangkan nilai terendah pada Sampel TiO 2 100% + CuO 0 % bernilai 1,1818, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan bahan doping dapat meningkatkan sensitivitas. Dengan adanya penambahan suhu nilai konduktivitas bahan juga semakin meningkat, baik diudara maupun dimasukan gas CO 2 dengan nilai konduktivitas tertinggi pada sampel TiO 2 94% + CuO 6 %. Energi gap terendah yang diperoleh pada sampel TiO 2 100% + CuO 0 % bernilai 3,06 ev dengan koefisien absorbi 0,019 dan nilai energi gap tertinggi diperoleh pada sampel yang didoping dengan nilai 3,09 dengan koefisien absorbsi 0,036. DAFTAR PUSTAKA Endarko dan Yudhoyono., 2007, Draf Modul Fisika, Departemen Pendidikan Nasional Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Jakarta. Ishihara., 1992, Capacitor types for selective gas sensing in chemical analysis, Selective Electrode Rev. 14, hal 1-31. Liao, Bo. 2001. Study on CuO-BaTiO 3 Semikonduktor Sensor, Sensor and Actuators, Volume B 80. Elsevier. hal 208-214.ISSN : 1411-1098. hal : 35-39, Jurusan Teknik Fisika, ITS. Sayono, dan Sudjidno, T, 2008, Efek Doping Indium Terhadap Sensitifitas Sensor Gas ZnO, Jurnal P3TN, Vol 3 ISSN : 1411-1349, hal 139 147, Batan. 29