BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu sarana dalam mebentuk siswa untuk berpikir secara ilmiah. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Maka berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga manusia tumbuh sebagai pribadi yang utuh, manusia tumbuh melalui belajar, karena itu sebagai pengajar kalau ia bicara tentang belajar tidak dapat melepaskan diri dari mengajar. Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari sekolah dasar dan membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran 1

2 matematika yang diungkapkan dalam Kualita Pendidikan Indonesia (2010) yaitu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan seperti perbaikan buku paket, penyempurnaan kurikulum, dengan meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun demikian, hasil belajar siswa masih rendah khususnya pada pelajaran matematika. Hal ini merupakan masalah bagi pengajar untuk memilih metode mengajar yang dapat menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa untuk berprestasi yang juga akan mendukung terhadap prestasi belajar matematika. Karena pelajaran matematika merupakan salah satu sarana dalam membentuk siswa untuk berpikir secara alamiah. Hal ini sesuai dengan fungsi

3 pembelajaran matematika yaitu untuk mengembangkan kemampuan berhitung yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menyadari pentingnya pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Dasar, maka pembelajaran matematika harus di tingkatkan sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 70. Namun sayang, untuk mencapai tujuan mulia tersebut masih ditemui banyak hambatan. Masalah pokok berkaitan dengan pendidikan yang banyak disoroti adalah rendahnya mutu pendidikan. Salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa yang rendah di sekolah /tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah. Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan hasil belajar matematika. Mutu hasil belajar matematika ditentukan oleh mutu proses belajar matematika di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan hanya dapat dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika yang bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika. Pada konteks pelajaran Matematika khususnya di Sekolah Dasar (SD) rendahnya prestasi belajar tidak hanya pada aspek kemampuan untuk mengerti matematika sebagai pengetahuan, tetapi juga aspek rendahnya minat terhadap matematika. Menurut Marthen Tapilouw (1990) pengajaran matematika disekolah dasar memiliki arti khusus, hal ini berkaitan dengan periode perkembangan siswa yaitu periode pra operasional dan operasi kongkrit. Tahap persiapan operasional siswa berfikir dan mengambil keputusan

4 berdasarkan fakta yang dapat dilihat seketika. Demikian pula pada periode operasi kongkrit, berfikir logis berdasarkan pengalaman. Dalam hal ini guru dituntut untuk mengajar matematika dengan baik, untuk mendapatkan kemampuan, keterampilan dan sikap tentang matematika itu. Dipilihnya mata pelajaran matematika pada penelitian ini disebabkan karena kondisi pembelajaran mata pelajaran ini mengalami kendala rendahnya minat belajar peserta didik dan menurunnya prestasi belajar siswa. Dalam konteks pembelajaran di sekolah dasar, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran penting. Kondisi pembelajaran matematika di kelas V SDIT Darul Falah pada Tahun Pelajaran 2013/2014 penulis mengamati bahwa kemampuan berfikir siswa yang heterogen dan proses pembelajaran di kelas V masih bersifat konvensional. Guru di kelas V SDIT Darul Falah masih menggunakan pembelajaran konvensional atau metode ceramah yang biasa digunakan. Siswa mendengarkan penjelasan guru kemudian tanya jawab dan mengerjakan soal. Dengan model pembelajaran seperti ini siswa kurang antusias dalam belajar sehingga nilai prestasi menurun, minat belajarnya kurang dan nilai rata-rata mata pelajaran peserta didik kelas V dibawah KKM. Berdasarkan kondisi di atas model pembelajaran yang efektif digunakan salah satunya adalah model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI). Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) merupakan model pendekatan pembelajaran yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka

5 mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar. Menurut Nur, pendekatan ini dikembangkan pertama kali oleh Cronbath dan Snow tahun 1999 berdasarkan asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatmen) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa. Dipilihnya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) pada mata pelajaran matematika disebabkan model pembelajaran ATI memiliki kekuatan yang positif dan sinergi yang mampu mengubah sikap dan perilaku peserta didik kearah perubahan yang kreatif dan dinamis, mendorong minat dan motivasi peserta didik pada proses pembelajaran. Berdasarkan teori tersebut dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ATI mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, sehingga materi pembelajaran dapat diberikan secara efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang beragam sehingga dapateningkatkan minat dan prestasi belajarnya. Pemahaman tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) di atas, mendorong penulis untuk menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dalam proses pembelajaran matematika agar kualitas pembelajaran dapat lebih ditingkatkan, mengingat selama ini pembelajaran di sekolah dasar, kurang begitu memperhatikan keragaman kemampuan peserta didik. Atas dasar uraian diatas, maka peneliti ingin meneliti Pengaruh Model Pembelajaran ATI Terhadap Prestasi dan Minat Belajar Matematika Pada Sub Pokok Bahasan Kubus dan Balok Siswa Kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo Tahun Ajaran 2013/2014

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diutarakan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika yaitu : 1. Tingkat kemampuan berfikir siswa dalam pembelajaran matematika yang heterogen. 2. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga masih rendahnya prestasi belajar siswa. 3. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga minat belajar matematika siswa berkurang. 4. Kurang tepatnya model atau metode pembelajaran yang digunakan guru di dalam menyampaikan materi ajar. C. Rumusan Masalah Berdasarkain latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan kubus dan balok siswa kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo tahun ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana tingkat minat belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI dibandingkan pada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan kubus dan balok siswa kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo tahun ajaran 2013/2014?

7 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan kubus dan balok siswa kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo tahun ajaran 2013/2014. 2. Untuk mengetahui tingkat minat belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI dibandingkan pada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan kubus dan balok siswa kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo tahun ajaran 2013/2014. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan kubus dan balok siswa kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo tahun ajaran 2013/2014. 2. Minat belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI lebih tertarik dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan kubus dan balok siswa kelas V SDIT Darul Falah Sukorejo tahun ajaran 2013/2014.

8 F. Manfaat Penelitian a. Bagi Sekolah 1. Merupakan informasi bagi guru-guru SDIT Darul Falah terutama mata pelajaran matematika untuk bahan pertimbangan dalam melakukan proses belajar mengajar. 2. Dapat dipakai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam merencanakan pengajaran 3. Untuk bahan pemikiran demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pelajaran matematika b. Bagi Peneliti Dalam melaksanakan penelitian ini akan menambah dan memperluas pengalaman yang berharga dalam rangka mengembangkan diri dalam bidang karya ilmiah dan proses belajar mengajar. G. Asumsi Dasar Asumsi dasar atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak penelitian yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Winarno Surakhmad ( dalam Arikunto, 2010 : 104 ). Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Penerapan model pembelajaran ATI telah dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh peneliti. 2. Alat tes yang digunakan untuk mengambil data ( nilai ) dianggap telah memenuhi persyaratan tes yang baik, karena sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan oleh guru.

9 3. Nilai yang diperoleh siswa dalam tes prestasi belajar matematika yang diadakan peneliti dianggap mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. H. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan salah pengertian terhadap judul skipsi diatas perlu dijelaskan yang dimaksud dengan : 1. Aptitude treatment interaction (ATI) adalah sebuah model pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan (treatmen) yang cocok dengan perbedaan (aptitude) kemampuan siswa. 2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru atau yang biasa digunakan guru dalam mengajar sehingga gurunya saja yang aktif dan siswanya mendengarkan penjelasan guru kemudian tanya jawab dan mengerjakan soal. 3. Minat belajar adalah gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang. 4. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar matematika yang diperoleh oleh siswa dari hasil tes yang diberikan oleh peneliti.