KAJIAN PERILAKU KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DENGAN KONSOLIDASI OEDOMETER

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN KARAKTERISTIK KONSOLIDASI TANAH GAMBUT BAGAN SIAPI-API

PERILAKU PEMAMPATAN TANAH GAMBUT BERSERAT

POTENSI BEBAN AWAL DALAM MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH GAMBUT

STUDI PEMAMPATAN KONSOLIDASI SEKUNDER TANAH GAMBUT DI KOTA PONTIANAK

PENINGKATAN NILAI KUAT TEKAN TANAH GAMBUT AKIBAT PRELOADING

I. PENDAHULUAN. beban akibat konstruksi di atasnya, maka diperlukan perencanaan yang

METODOLOGI PENELITIAN Tanah yang diuji adalah jenis tanah gambut yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur. Sampel tanah yang ditelit

KONSOLIDASI. Konsolidasi.??? 11/3/2016

MEKANIKA TANAH KEMAMPUMAMPATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

I. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat

KAJIAN PENGARUH BATAS CAIR (LL), KONSISTENSI TANAH DAN BEBAN VERTIKAL TERHADAP KECEPATAN PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH LEMPUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012

KORELASI STRAIN RATE DENGAN KADAR ORGANIK PADA TEST KONSOLIDASI METODE CONSTANT RATE OF STRAIN I Gusti Ngurah Wardana 1 dan IB.

ANALISIS PEMAMPATAN SEKUNDER PADA TANAH GAMBUT JAMBI DENGAN METODE GIBSON-LO

METODA MIKASA-WILSON DALAM ANALISIS PEMAMPATAN SEKUNDER TANAH GAMBUT DI JAMBI

I. PENDAHULUAN. yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke dalam tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsolidasi merupakan keluarnya air dari dalam pori yang menyebabkan

PERILAKU SUCTION TANAH GAMBUT YANG DISTABILISASI

Tabel 1.1 Flowchart Pengerjaan Tugas Akhir

PENENTUAN PARAMETER KONSOLIDASI SEKUNDER PADA TANAH ANORGANIK DAN ORGANIK DI KABUPATEN KUBU RAYA, PONTIANAK

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

KORELASI NILAI KUAT TEKAN DAN CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU BATU DAN SEMEN

BAB I PENDAHULUAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI

MEKANIKA TANAH SOIL SETTLEMENT/ PENURUNAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGGUNAAN METODE GIBSON & LO UNTUK PREDIKSI PEMAMPATAN TANAH GAMBUT BERSERAT YANG MENGALAMI PENURUNAN KADAR AIR

UJI KONSOLIDASI CONSTANT RATE OF STRAIN DENGAN BACK PRESSURE PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BATUNUNGGAL (BANDUNG SELATAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MUHADI, 2013

I. PENDAHULUAN. Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa

STUDI PARAMETER UJI KONSOLIDASI MENGGUNAKAN SEL ROWE DAN UJI KONSOLIDASI KONVENSIONAL TANAH DAERAH BANDUNG (012G)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH GAMBUT MUARA BATANG TORU SUMATERA UTARA SETELAH MENGALAMI PEMAMPATAN AWAL

PENGARUH BAHAN CAMPURAN ARANG TEMPURUNG TERHADAP KONSOLIDASI SEKUNDER PADA LEMPUNG EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan suatu konstruksi bangunan sering dijumpai kondisi tanah yang tidak

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

MODUL 4 (MEKANIKA TANAH II) Penurunan Konsolidasi Tanah Consolidation Settlement

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tanah gambut yang digunakan dalam pengujian ini yang berasal

STUDI PEMAMPATAN TANAH LUNAK PONTIANAK DENGAN PENGARUH GEJALA ELEKTROOSMOSIS

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Disusun oleh : RETNO SANTORO MELYANNY SITOHANG INDAH SEPTIANY DWITARETNANI DIMAZ PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Muhtar Gojali, 2013

STUDI PERBANDINGAN SAND DRAIN DAN IJUK DIBUNGKUS GONI SEBAGAI VERTIKAL DRAIN

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP PARAMETER KONSOLIDASI

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GAMBUT SEBAGAI SUBGRADE JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PERKUATAN ANYAMAN DAN GRID BAMBU

Hubungan Nilai Konsolidasi dan Nilai Kuat Tekan Bebas pada Tanah Lempung yang Disubtitusi Material Pasir. Dedy Kurniawan 1) Iswan 2) Setyanto 3)

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

BAB III LANDASAN TEORI

TEORI TERZAGHI KO K N O S N O S L O I L DA D S A I S SA S T A U T U DI D ME M N E S N I S

BAB III METODE PENELITIAN

PERILAKU TANAH GAMBUT BERSERAT YANG DISTABILISASI DENGAN CAMPURAN KAPUR DAN ABU TERBANG

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

Pengaruh Overconsolidation Ratio (OCR) dan Kadar Organik (Oc) Terhadap Koefisien Tekanan Tanah Kesamping at Rest (K o ), Tanah Gambut Berserat Halus

KASUS DILAPANGAN YANG BERKAITAN DENGAN PROSES KONSOLIDASI PENURUNAN PENURUNAN AKIBAT KONSOLIDASI PENURUNAN AKIBAT PERUBAHAN BENTUK TANAH

PERENCANAAN JALAN DI ATAS LAPISAN TANAH SANGAT LEMBEK (GAMBUT, LEMPUNG LEMBEK) DAN METODE PERBAIKANNYA. Oleh : Mila Kusuma Wardani

Pengaruh Subtitusi Pasir Pada Tanah Organik Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Geser. Rizky Dwi Putra 1) Iswan 2) Lusmeilia Afriani 2)

TINJAUAN JARAK PENGAMBILAN SAMPEL PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DARI Ds. JONO Kec. TANON Kab. SRAGEN YANG DISTABILISASI DENGAN KOLOM PASIR

PENGARUH PARAMETER MODULUS REAKSI SUBGRADE TERHADAP PENURUNAN PADA TANAH GAMBUT AKIBAT PRELOADING

PENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER 5CM PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

INFO TEKNIK Volume 9 No. 2, Desember 2008 ( )

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN KADAR AIR TERHADAP TEKANAN PENGEMBANGAN TANAH EKSPANSIF ARAH VERTIKAL


ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage

Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3)

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

Pengaruh Penambahan Semen, Abu Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro terhadap Nilai CBR, Swelling, dan Durabilitas

Pengaruh Kedalaman PVD Pada Analisis Konsolidasi Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

PERBANDINGAN PENURUNAN KONSOLIDASI. Hanny Tangkudung ABSTRAK

Analisis Konsolidasi dengan Menggunakan Metode Preloading dan Vertical Drain pada Areal Reklamasi Proyek Pengembangan Pelabuhan Belawan Tahap II

BAB 4 ANALISIS PERCOBAAN

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

PERILAKU GEOTEKNIK TANAH RESIDU TROPIK DAN VULKANIK

PERBAIKAN PENGEMBANGAN TANAH MENGGUNAKAN ZAT ADDITIVE KAPUR DENGAN PEMODELAN ALAT KONSOLIDASI

STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG

PENGARUH KEDALAMAN ELEKTRODA METODE ELEKTROKINETIK TERHADAP PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG EKSPANSIF Rizla Sheila 1, Agus Setyo Muntohar 2

Transkripsi:

KAJIAN PERILAKU KONSOLIDASI TANAH GAMBUT DENGAN KONSOLIDASI OEDOMETER Aazokhi Waruwu 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan, Jalan Gedung Arca No. 52, Telp (061) 7363771, Fax (061) 7347954, Medan, 20217, Indonesia, e-mail : sipil_itm@ymail.com 1) Korespondensi, HP : 081362098080, e-mail : azokhiw@yahoo.com ABSTRAK Tanah gambut mempunyai sifat yang kurang menguntungkan bagi konstruksi bangunan sipil, sebab mempunyai kadar air yang tinggi, kemampuan dukung rendah, dan pemampatan yang tinggi. Oleh karena itu, perilaku pemampatan tanah gambut perlu diketahui dengan uji konsolidasi Oedometer. Tanah gambut (peat soil) merupakan tanah yang mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar sehingga mempengaruhi sifat rekayasa tanah tersebut. Dengan demikian sistem klasifikasi tanah berbeda dengan tanah lempung. Kadar serat tanah yang terkandung dalam tanah gambut juga sangat mempengaruhi metode yang digunakan dalam menentukan perilaku pemampatan. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan contoh tanah gambut yang diambil dari beberapa daerah diantarnya di Bolungkut dan di Bagansiapiapi. Alat yang digunakan untuk uji konsolidasi pada tanah gambut adalah alat Konsolidasi Oedometer. Uji konsolidasi yang digunakan untuk mengetahui perilaku pemampatan tanah gambut adalah memberi beban secara bertahap, beban yang diberikan adalah 25 kpa, 50 kpa, 100 kpa, 200 kpa, 400 kpa, 800 kpa, masing-masing beban dinaikan, jika pembacaan selama 24 jam dan 48 telah selesai dilakukan. Konsolidasi dengan beban langsung selama 1 minggu dengan beban yang diberikan masing-masing 25 kpa, 50 kpa, dan 100 kpa. Konsolidasi dengan beban bertahap menunjukkan penurunan yang lebih besar pada waktu 10 menit pertama, dengan demikian pemampatan tanah gambut lebih dominan terjadi pada menit-manit awal. Hal yang sama terlihat pada hubungan angka pori dengan waktu di pengujian konsolidasi dengan beban langsung semua variasi beban yang diberikan memperlihatkan proses pemampatan primer yang cukup cepat di menit-menit awal. Pemampatan primer terjadi pada 0,7 8,5 menit pertama, pemampatan sekunder paling lama 2200 3500 menit, seterusnya dilanjutkan dengan pemampatan tersier. Pemampatan tanah gambut cukup besar setelah beban 1 kg/cm 2 dari hubungan tekanan dan angka pori didapatkan nilai indeks pemampatan (C c ) sebesar 2,875 (Gambut Bolungkut) dan nilai indeks pemampatan (C c ) sebesar 0,698 untuk Gambut Bagansiapiapi. Selain nilai indeks pemampatan (C c ) pada konsolidasi dengan beban bertahap didapatkan nilai-nilai parameter konsolidasi lainnya masing-masing nilai c v, m v, dan a v terlihat sangat berfruktuasi sejak dibebani dengan beban kecil hingga beban besar, namun demikian tetap saja penambahan tekanan yang diberikan akan semakin memperkecil nilai pemampatan. Kata kunci : gambut, konsolidasi oedometer, parameter konsolidasi. A. PENDAHULUAN Tanah gambut mempunyai sifat yang kurang menguntungkan bagi konstruksi bangunan sipil, sebab mempunyai kadar air yang tinggi, kemampuan dukung rendah, dan pemampatan yang tinggi. Oleh karena itu, perilaku pemampatan tanah gambut perlu diketahui dengan uji konsolidasi Oedometer. Tanah gambut (peat soil) merupakan tanah yang mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar sehingga mempengaruhi sifat rekayasa tanah tersebut. Dengan demikian sistem klasifikasi tanah berbeda dengan tanah lempung. Kadar serat tanah yang terkandung dalam tanah gambut juga sangat mempengaruhi metode yang digunakan dalam menentukan perilaku pemampatan. Lahan gambut di Indonesia tergolong cukup luas tersebar di beberapa daerah di antaranya wilayah Sumatra yang sebagian besar berada di pantai sebelah timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Irian Jaya. Khusus di wilayah Sumatra sebagian berada di daerah Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan contoh tanah gambut yang diambil dari beberapa daerah diantarnya di Bolungkut dan di Bagansiapiapi. Alat yang digunakan untuk uji konsolidasi pada tanah gambut adalah alat Konsolidasi Oedometer. Uji dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan. Penelitian pendahuluan yang dilakukan meliputi berat volume, berat jenis (specific gravity), kadar air, kadar abu, kadar organik, dan kadar serat. Uji konsolidasi yang digunakan untuk mengetahui perilaku pemampatan tanah gambut adalah memberi beban secara bertahap, beban yang diberikan adalah 25 kpa, 50 kpa, 100 kpa, 200 kpa, 400 kpa, 800 kpa, masing-masing beban dinaikan, jika pembacaan selama 24 jam telah selesai dilakukan, dan memberi beban secara bertahap, beban yang diberikan adalah 25 kpa, 50 kpa, 100 kpa, 200 kpa, 400 kpa, 800 kpa, masing-masing beban dinaikan, jika pembacaan selama 48 jam telah selesai 1

dilakukan. Konsolidasi dengan beban langsung selama 1 minggu dengan beban yang diberikan masing-masing 25 kpa, 50 kpa, dan 100 kpa. Karakteristik dan perilaku tanah gambut di lokasi yang satu, berbeda dengan tanah gambut di lokasi yang lain. Tanah gambut mempunyai sifat yang kurang menguntungkan bagi konstruksi bangunan sipil, sebab mempunyai kadar air yang tinggi, kemampuan dukung rendah, dan pemampatan yang tinggi. Oleh karena itu, maka untuk mengetahui perilaku pemampatan tanah gambut perlu dilakukan uji konsolidasi Oedometer. B. TINJAUAN PUSTAKA a. Tanah Gambut Gambut merupakan tanah yang pembentuk utamanya terdiri dari sisa-sisa tumbuhan. Tipe tanah yang ketiga yaitu, lempung organik, adalah suatu material transisi antara lempung dan gambut, tergantung pada jenis dan kuantitas sisa-sisa tumbuhan mungkin berperilaku seperti lempung atau gambut. Gambut (peat) berdasarkan proses terjadinya adalah campuran dari fragmen-fragmen material organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. ASTM D4427-84, mengklasifikasikan tanah gambut berdasarkan kadar abu : 1. low ash-peat, bila kadar abu 5 %, 2. medium ash-peat, bila kadar abu 5 15 %, 3. high ash-peat, bila kadar abu >15 %. Tanah gambut dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu gambut berserat (fibrous peat),gambut tak berserat (amorphous granuler peat). Untuk membedakan tanah gambut ini didasarkan atas kandungan serat. Mac Farlane dan Radforth (1965) dalam Endah dan Eding (1999), tanah gambut berserat mempunyai kandungan serat 20% sedang tanah gambut tak berserat < 20%. Jenis gambut fibrous peat yang diteliti oleh Behzad Kalantari dan Bujang B.K. Huat (2009) pada penelitian pengaruh abu sekam padi pada tanah gambut dan semen dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Jenis Gambat fibrous peat. b. Konsolidasi Konsolidasi adalah suatu proses pengurangan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Proses berkurangnya volume dalam konsolidasi dapat disebabkan karena deformasi partikel-partikel, perubahan jarak antar partikel, dan keluarnya air dan udara dari pori-pori tanah. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement) adalah perpindahan vertikal permukaan tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat pada proses konsolidasi. Konsolidasi tanah dapat dibagi menjadi konsolidasi primer dan konsolidasi sekunder, penurunan konsolidasi primer merupakan salah satu proses penurunan yang terjadi akibat keluarnya air dari makropori ke mikropori yang tergantung pada waktu, dimana proses terjadinya diakibatkan oleh adanya tekanan air pori serta keluarnya udara dalam rongga dari massa tanah, sedangkan penurunan konsolidasi sekunder secara umum dipandang sebagai penurunan yang terjadi akibat keluarnya air pori dari mikropori ke makropori dan proses terjadinya diakibatkan adanya rangkak. Penelitian yang dilakukan oleh Sing W.L. dkk (2008) menunjukan hubungan koefisien konsolidasi vertikal (c v ) dan koefisien konsolidasi sekunder (cα 1 ), tersier (cα 2 ) terhadap tekanan konsolidasi pada tanah gambut tidak terganggu dan yang distabilisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tekanan konsolidasi 12,5 2

sampai 800 kpa dengan rasio penambahan beban 2, nilai c v tanah gambut berada di antara 12,803 sampai 50,953 m 2 /tahun. Sedangkan cα 1 sebesar 0,003 sampai 0,021 dan cα 2 0,010 sampai 0,053. Sifat mudah pampat tanah gambut dapat diketahui dari hubungan antara angka pori dengan log tekanan efektif (e-log σ ). Dari kurva angka pori terhadap log tekanan efektif yang dilakukan oleh Soepandji dan Bharata (1996) terlihat bahwa gambut palembang mempunyai bentuk kurva yang mulus seperti pada tanah inorganik, sedangkan Endah dan Wardana (1998) menyatakan bahwa makin tinggi kandungan organik tanah makin besar pemampatan tanah yang bersangkutan. Sifat pemampatan tanah lempung berbeda dengan tanah gambut, maka persamaan yang diperkenalkan oleh Terzaghi (1925) dan Buisman (1936) masing-masing untuk menghitung pemampatan primer dan pemampatan sekunder tanah lempung tidak dapat diterapkan pada tanah gambut berserat karena alasan itu, maka Endah dan Eding (2000) mengusulkan persamaan untuk menghitung pemampatan lapisan tanah gambut berserat. Parameter konsolidasi yang perlu diketahui untuk memperkirakan pemampatan tanah gambut adalah koefisien pemampatan (a v ), koefisien perubahan volume (m v ), indeks pemampatan (C c ) dan koefisien konsolidasi (C v ). C. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan contoh tanah gambut yang diambil dari beberapa daerah di Bolungkut Kecamatan Merbau Labuhan Batu Utara Propinsi Sumatera Utara dan Bagansiapiapi Riau. Alat yang digunakan untuk uji konsolidasi pada tanah gambut adalah alat Konsolidasi Oedometer. Uji dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan. Penelitian pendahuluan dilakukan meliputi berat volume, gravitas khusus (specific gravity), kadar air, angka pori awal, kadar abu, kadar organik, dan kadar serat. Dari hasil uji sifat fisik diperoleh kadar air, berat jenis, kandungan organik, kadar serat, kadar abu, kemudian berdasarkan data tersebut tanah gambut diklasifikasikan. Metode uji konsolidasi yang digunakan untuk mengetahui perilaku pemampatan tanah gambut adalah sebagai berikut ini: a. memberi beban secara bertahap, beban yang diberikan adalah 25 kpa, 50 kpa, 100 kpa, 200 kpa, 400 kpa, 800 kpa, masing-masing beban dinaikan, jika pembacaan selama 24 jam dan 48 jam telah selesai dilakukan. b. memberikan beban secara langsung dengan beban sebesar 25 kpa, 50 kpa, dan 100 kpa, tetapi masingmasing sampel dibebani selama 7 hari. Jumlah contoh adalah 2 buah. Dari hasil uji konsolidasi Oedometer diperoleh grafik hubungan antara penurunan dan waktu kemudian dianalisis untuk menghitung koefisien konsolidasi (C v ) koefisien konsolidasi sekunder (C α ), kofisien perubahan volume (m v ) dan a v, koefisien konsolidasi tersier (C α2 ), hubungan angka pori dengan tekanan efektif untuk menghitung indeks pemampatan (C c ). D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konsolidasi Oedometer untuk Beban Bertahap dan Langsung. Konsolidasi dengan beban bertahap periode pembebanan 24 jam, dibebani 0.25 kg/cm², 0.50 kg/cm², 1.0 kg/cm², 2.0 kg/cm², 4.0 kg/cm², 8.0 kg/cm², 2.0 kg/cm², 0.25 kg/cm². Konsolidasi dengan beban langsung yaitu periode pembebanan selama 1 minggu, dengan beban sebesar 0.25 kg/cm 2, dan 0.50 kg/cm 2. Pada menit-menit awal pembebanan, terjadi penurunan yang besar kemudian diikuti dengan penurunan yang berubah secara linier. Hal ini menyatakan bahwa pemampatan primer tanah gambut terjadi pada menitmenit awal. Dan kemudian diikuti dengan pemampatan sekunder sebagai akibat rangkak. Gambar 2, 3, 4, menunjukkan bahwa pada tanah gambut, konsolidasi bertahap didapatkan penurunan yang lebih besar pada waktu 10 menit pertama, dengan demikian pemampatan tanah gambut lebih dominan terjadi pada menit-manit awal. Hal yang sama terlihat pada hubungan angka pori dengan waktu di pengujian konsolidasi dengan beban langsung (Gambar 5.4, sampai Gambar 5.10) semua variasi beban yang diberikan memperlihatkan proses pemampatan primer yang cukup cepat di menit-menit awal. Pemampatan primer terjadi pada 0,7 8,5 menit pertama, pemampatan sekunder paling lama 2200 3500 menit, seterusnya terjadi pemampatan tersier. 3

0 2 4 0.25 Kg/cm2 0.5 Kg/cm2 1.00 Kg/cm2 2.00 Kg/cm2 4.00 Kg/cm2 8.00 Kg/cm2 6 Penurunan (mm) 8 10 12 14 16 18 0,1 1 10 100 1000 10000 Waktu (Menit) Gambar 2. Konsolidasi dengan bertahap periode 24 jam Gambut Bolungkut. 0,000 2,000 4,000 Penurunan (mm) 6,000 8,000 10,000 12,000 25 kpa 50 kpa 100 kpa 200 kpa 400 kpa 800 kpa 14,000 0,1 1 10 100 1000 10000 Waktu (menit) Gambar 3. Konsolidasi dengan bertahap periode 24 jam Gambut Bagansiapiapi. 0,0 2,0 Penurunan (mm) 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 25 kpa 50 kpa 100 kpa 200 kpa 400 kpa 800 kpa 14,0 0,1 1 10 100 1000 10000 Waktu (menit) Gambar 4. Konsolidasi dengan bertahap periode 48 jam Gambut Bagansiapiapi. 4

5,5 Angka Pori (e) 5,0 4,5 4,0 3,5 (0,25 kg/cm²) (0,25 kg/cm²) (0,5 kg/cm²) (0,5 kg/cm²) 3,0 2,5 0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000 waktu (menit) Gambar 5. Hubungan Angka Pori dengan Waktu pada Beban Langsung Gambut Bolungkut 0 Penurunan (mm) 2 4 6 8 25 kpa 50 kpa 100 kpa 10 12 0,1 1 10 100 1000 10000 100000 Waktu (menit) Gambar 6. Hubungan Angka Pori dengan Waktu pada Beban Langsung Gambut Bagansiapiapi 5

4,800 4,600 Tek 0,25 k/cm2 Pemampatan primer 4,400 Angka Pori 4,200 4,000 Pemampatan sekunder 3,800 Pemampatan tersier 3,600 0,01 0,10 1,00 10,00 100,00 1000,00 10000,00 100000,00 0,7 menit Waktu (menit) 2200 menit Gambar 7. Pemampatan pada beban langsung 0,25 kg/cm 2 Gambut Bolungkut 1 1,5 2 Penurunan (mm) 2,5 3 3,5 4 4,5 5 Pemampatan primer Pemampatan sekunder Pemampatan tersier 5,5 0,1 1 10 100 1000 10000 100000 8 menit Waktu (menit) 1800 menit Gambar 8. Pemampatan pada beban laungsung 0,25 kg/cm 2 Gambut Bagansiapi 2. Kurva Pemampatan pada Beban Bertahap dan Parameter Konsolidasi Oedometer Setelah mendapatkan grafik hubungan penurunan terhadap waktu akibat tekanan efektif, maka untuk mengetahui perubahan angka pori terhadap tekanan perlu dibuat hubungan grafik antara angka pori terhadap tekanan (Gambar 9, 10). Pemberian beban pada tanah gambut dapat menyebabkan tanah gambut mengalami pemampatan karena adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dalam dari dalam pori tanah tersebut. Terlihat pada Gambar 9 bahwa pemampatan tanah gambut Bolungkut cukup besar setelah beban 1 kg/cm 2. dari hubungan ini didapatkan nilai indeks pemampatan (C c ) sebesar 2,875, sedangkan untuk tanag gambut Bagansiapiapi didapatkan nilai indeks pemampatan (C c ) sebesar 0,698, hal ini dapat dilihat dari hubungan tekanan konsolidasi dengan angka pori pada Gambar 10. 6

4,00 3,50 3,00 Angka Pori, e 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 0,1 1,0 10,0 T ekanan, p kg/cm 2 Gambar 9. Hubungan Angka Pori dengan Tekanan Efektif pada Beban Bertahap Gambut Bolungkut 9,1 9,05 9 Beban bertahap 24 jam Beban bertahap 48 jam 8,95 Angka Pori 8,9 8,85 8,8 8,75 8,7 8,65 8,6 0,1 1 10 Tekanan (kg/cm2) Gambar 10. Hubungan Angka Pori dengan Tekanan Efektif pada Beban Bertahap Gambut Bagansiapiapi Selain nilai indeks pemampatan (C c ) pada konsolidasi dengan beban bertahap didapatkan nilai-nilai parameter konsolidasi lainnya seperti pada Tabel 2. dan Tabel 3 masing-masing nilai cv, mv, dan av terlihat sangat berfruktuasi sejak dibebani dengan beban kecil, namun demikian tetap saja penambahan tekanan yang diberikan mempengaruhi perubahan nilai-nilai tersebut. Tabel 2. Koefisien konsolidasi tanah gambut Bolungkut Tekanan Efektif (Kg/cm²) Nilai Koefisien Konsolidasi, Cv (cm²/menit) Koefisien perubahan volume (m v ) Koefisien pemampatan (a v ) 0.25 1,6384 0,9557 5,7846 0.50 0,5143 0,2212 1,0189 1.00 0,8575 0,1523 0,6628 2.00 0,2573 0,2289 0,9203 4.00 0,1495 0,1321 0,4095 8.00 0,0880 0,0939 0,2143 7

Koefisien Konsolidasi cv x 10E-2 cm 2 /mnt 2,00 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 0,25 0,00 0,10 1,00 10,00 100,00 Tekanan Efektif (Kg/cm²) Nilai Koefisien Konsolidasi, Cv (cm²/menit) Tekanan, p kg/cm 2 Gambar 11. Nilai koefisien konsolidasi tanah gambut Bolungkut. Tabel 3. Koefisien konsolidasi tanah gambut Bagansiapiapi Koefisien pemampatan (a v ) Koefisien perubahan volume (m v ) 24 jam 48 jam 24 jam 48 jam 24 jam 48 jam 0.25 0,05315 0,00204 0,06269 0,07069 0,63856 0,72003 0.50 0,09799 0,00855 0,03646 0,04279 0,37138 0,43581 1.00 0,06084 0,00065 0,04074 0,04046 0,41496 0,41212 2.00 0,00304 0,00805 0,00986 0,00688 0,10042 0,07010 Koefisien Konsolisasi (cv) 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 24 jam 48 jam 0,1 1 10 Tekanan (kg/cm 2 ) Gambar 12. Nilai koefisien konsolidasi tanah gambut Bagansiapiapi 0,08 0,07 0,06 24 jam 48 jam 0,05 mv 0,04 0,03 0,02 0,01 0 0,1 1 10 Tekanan (kg/cm 2 ) Gambar 13. Nilai koefisien perubahan volume tanah gambut Bagansiapiapi 8

0,8 0,7 0,6 24 jam 48 jam 0,5 av 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,1 1 10 Tekanan (kg/cm 2 ) Gambar 14. Nilai koefisien pemampatan tanah gambut Bagansiapiapi. E. KESIMPULAN Dari studi penelitian serta analisa yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan antara lain : 1. Konsolidasi dengan beban bertahap menunjukkan penurunan yang lebih besar pada waktu 10 menit pertama, dengan demikian pemampatan tanah gambut lebih dominan terjadi pada menit-manit awal. Hal yang sama terlihat pada hubungan angka pori dengan waktu di pengujian konsolidasi dengan beban langsung semua variasi beban yang diberikan memperlihatkan proses pemampatan primer yang cukup cepat di menit-menit awal. Pemampatan primer terjadi pada 0,7 8,5 menit pertama, pemampatan sekunder paling lama 2200 3500 menit, seterusnya dilanjutkan dengan pemampatan tersier. 2. Pemampatan tanah gambut cukup besar setelah beban 1 kg/cm 2 dari hubungan tekanan dan angka pori didapatkan nilai indeks pemampatan (C c ) sebesar 2,875 (Gambut Bolungkut) dan nilai indeks pemampatan (C c ) sebesar 0,698 untuk Gambut Bagansiapiapi. Selain nilai indeks pemampatan (C c ) pada konsolidasi dengan beban bertahap didapatkan nilai-nilai parameter konsolidasi lainnya masing-masing nilai c v, m v, dan a v terlihat sangat berfruktuasi sejak dibebani dengan beban kecil hingga beban besar, namun demikian tetap saja penambahan tekanan yang diberikan akan semakin memperkecil nilai pemampatan. DAFTAR PUSTAKA Behzad Kalantari dan Bujang B.K. Huat, 2009, Effect of Fly Ash on the Strength Values of Air Cured Stabilized Tropical Peat with Cement, EJGE. Dhowian, A. W., dan Edil, T. B., 1980, Consolidation Behavior of Peats, Geotechnical Testing Journal, Vol. 3. No. 3, pp. 105-140. Endah, N., 1997, Perbedaan Perilaku Teknis Tanah Lempung dan Tanah Gambut, Jurnal Geoteknik, HATTI, Jakarta. Endah, N., dan Eding, I.I., 1999, Aplikasi Model Gibson dan Lo Untuk Tanah Gambut Berserat di Indonesia, Jurnal Teknik Sipil, ITB, Vol. 6, No. 1, Januari 1999, Bandung. Endah, N., dan Eding, I.I., 2000, Pengaruh Rasio Penambahan Beban Terhadap Perilaku Pemampatan Tanah Gambut Berserat Asal Riau dan Usulan Metode Hardin Untuk Prakiraan Pemampatannya, Majalah IPTEK, Vol. II, No. 2, ITS, Surabaya. Endah, N., dan Wardana, G.N., 1998, Korelasi Kecepatan Regangan dan Kandungan Bahan Organik pada Uji Konsolidasi dengan Metode Constant Rate of Strain, Media Teknik, No. 4, Tahun XX, Edisi November 1998, hal. 41-49, UGM, Yogyakarta. Farni, I., 1996, Studi Eksperimen Pemampatan dan Kekuatan Tanah Gambut Jambi Setelah Mengalami Pemampatan Awal, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, ITB, Bandung. 9

Munawir, A., 1993, Studi Analisis dan Eksperimentasi Pemampatan Gambut Palembang Menggunakan Sel Rowe, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, ITB, Bandung. Rahayu, T., 2000, Analisis Pemampatan Sekunder pada Tanah Gambut Jambi dengan Metode Gibson Lo dan Mikasa Wilson, Tesis, Jurusan Teknik Sipil, ITB, Bandung. Sing W.L., 2008, Engineering Behaviour of Stabilized Peat Soil, European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.21 No.4 (2008), pp.581-591. Soepandji, B., Bharata, R., 1996, Perilaku Tanah Gambut Dalam Proses Konsolidasi Monodimensi dan Analisa Parameter Triaksial Lintasan Tekanan, Jurnal Geoteknik, HATTI, Jakarta. Waruwu A, 2002, Uji Konsolidasi Pada Tanah Gambut Lampung, Tesis, Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 10