BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

Cara dan Proses Pembuatan Demplot dan Diskusi Lapangan

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian nasional. Peranan yang diberikan sektor pertanian diantaranya:

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi syarat kuantitas, kualitas dan syarat keberlanjutan sehingga memiliki daya saing dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau (Direktorat Serealia, 2003). Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian negara. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Hasil sensus pertanian tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 237 juta penduduk Indonesia, sekitar 45,3 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat diharapkan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi, baik sebagai penyedia atau sumber bahan baku industri maupun sektor andalan Indonesia selain minyak dan gas bumi (Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, 2010). Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional di sektor pertanian adalah pada tanaman pangan dan hortikultura. Komoditas tanaman pangan dan hortikultura terdiri dari tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias serta tanaman obat yang dapat meningkatkan kesejahteraan, taraf hidup, serta kemampuan petani dalam sistem agribisnis dengan memanfaatkan keunggulan komparatif berupa iklim, kesesuaian dan kualitas lahan, ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar, baik di dalam maupun di luar negeri (Anonim, 1994).

2 Dalam konsep pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian negara. Hal ini ditujukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian, sektor pertanian sebagai bagian dari perekonomian nasional memiliki peranan penting, karena sektor ini mampu menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya secara efisien serta merupakan sumber pendapatan mayoritas masyarakat Indonesia (Soekartawi, 2003). Teori-teori pembangunan sepakat bahwa semakin berkembang suatu Negara, maka makin kecil kontribusi sektor pertanian atau sektor tradisional dalam Produk Domestic Bruto (PDB). Makin besarnya kontribusi sektor pertanian atau sektor tradisional suatu Negara tidak berarti makin terbelakangnya Negara tersebut dipandang di mata dunia. Adanya suatu tranformasi menuju pembangunan yang berbasis agribisnis dan agroindustri akan mampu memberikan kontribusi yang lebih terhadap perekonomian Negara. Namun pembangunan pertanian selama ini berorientasi kepada usahatani (on farm agribusiness) dengan sasaran utama peningkatan produksi dan kurang mengacu pada system agribisnis, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik terhadap perekonomian nasional maupun terhadap petani sebagai pelaku usaha terbesar sektor ini (Soekartawi, 1993). Kegiatan ekonomi yang berbasis pada tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman palawija merupakan kegiatan yanng sangat penting di Indonesia. Dengan kedudukannya sebagai bahan pokok, produk tanaman pangan,

3 hortikultura dan palawija menjadi faktor utama dalam menentukan biaya hidup di Indonesia (Saragih, 2001). Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber pendapatan bagi mayoritas penduduk Indonesia. Oleh karena itu pemerintah melalui program pembangunan nasional akan melakukan pengembangan agribisnis yang bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian termasuk perkebunan dan kehutanan yang mampu bersaing serta meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat pertanian khususnya bagi petani untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (Dinas Pertanian Sumatera Barat, 2004). Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2003). Saat ini telah banyak berkembang tanaman palawija yang sebelumnya hanya ditanam sebagai sampingan bagi petani. Bagi kebanyakan orang jagung hanya dikenal sebagai bahan makanan pengganti beras atau pakan burung. Padahal, komoditas ini bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi lebih tinggi (Purwono dan Hartono, 2005). Pentingnya analisa usahatani dilakukan adalah megingat umumnya petani tidak mempunyai catatan usahatani sedangkan informasi tentang keragaman suatu usahatani yang dilihat dari berbagai aspek. Hal ini sangat penting karena tiap tipe

4 usahatani pada tiap skala usaha dan tiap lokasi berbeda satu sama lainnya karena adanya perbedaan karakteristik yang dimiliki usahatani yang bersangkutan (Soekartawi, 1995). Salah satu jenis jagung yang mempunyai prospek bisnis yang baik dan menguntungkan adalah jagung manis. Jagung manis biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata Sturt)termasuk dalam tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang baru dikembangkan masyarakat di Indonesia. Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di pasaran, karena selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa produksi yang relatif lebih cepat. Buah tanaman jagung manis ini digemari untuk sayur, lauk-pauk, kue, jagung bakar ataupun dikonsumsi langsung dalam bentuk buah rebusan, serta dapat di olah dalam bentuk produk kalengan, susu jagung dan lain-lain (Purwono dan Hartono, 2005). Menurut Febrianti (2009), bahwa ada perbedaan antara jagung manis dan jagung biasa. Walaupun secara fisik maupun morfologi, jagung manis dan jagung biasa sulit dibedakan. Tapi perbedaan umumnya pada warna bunga jantan yaitu bunga jantan jagung manis berwarna putih, sedangkan pada jagung biasa kuning kecokelatan. Rambut jagung manis berwarna putih, sedangkan pada jagung biasa berwarna merah. Jagung manis mengandung lebih banyak gula dalam endspermnya dari pada jagung biasa dan pada proses pematangan kadar gula yang tinggi menyebabkan biji keriput. Keadaan keriput inilah yang membedakannya dengan biji jagung biasa. Perbedaannya yang lain adalah jagung manis lebih gejah

5 dan memiliki tongkol lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Tongkol umumnya sudah siap dipanen ketika tanaman berumur antara 60-70 hari. Jagung manis mempunyai nilai gizi yang berbeda dengan jagung biasa. Menurut Rukmana (2005), pada mulanya jagung manis terbatas pada kalangan tertentu, terutama masyarakat di kota-kota besar. Dewasa ini jagung manis juga di gemari di berbagai negara di dunia. Perkembangan selanjutnya, nilai ekonomi jagung manis di pandang cukup tinggi dan berprospek cukup cerah karena selain di perdagangkan di pasar domestik (dalam negeri) juga luar negeri. Di Indonesia, jagung manis (Sweet Corn) sudah lama dikenal masyarakat sebagai tambahan sayuran dan memiliki gizi yang tinggi. Jagung manis merupakan salah satu komoditas pertanian yang disukai oleh masyarakat karena rasanya yang enak, mengandung karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah. Jagung manis mengandung kadar gula yang relatif tinggi, biasanya dipanen muda untuk direbus atau dibakar. Bagi para petani komoditas ini merupakan harapan, karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Jagung manis biasanya dijual di supermarket atau restauran dengan harga lebih mahal dari pada jagung biasa (cit Febrianti, 2009). Salah satu jenis jagung yang mempunyai prospek bisnis yang baik dan menguntungkan adalah jagung manis. Jagung manis yang biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata sturt) termasuk dalam tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang baru dikembangkan masyarakat di Indonesia. Jagung manis semakin popular dan banyak di konsumsi karena memiliki rasa manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa produksi yang relatif lebih cepat. Buah tanaman jagung manis ini digemari untuk sayur, lauk pauk, kue, jagung bakar

6 ataupun dikonsumsi langsung dalam bentuk buah rebusan, serta dapat diolah dalam bentuk produk kalengan, susu jagung dan lain-lain (Purwono dan Hartono, 2005) Dalam pemasaran jagung yang berlaku di masyarakat saat ini, sudah ada yang dilakukan dengan sistem kontrak beli, artinya produsen dan pembeli sudah melakukan perjanjian jual beli sebelum jagung ditanam. Sistem ini lebih menguntungkan kedua belah pihak sebab terdapat kepastian produksi dan harga (Purwono dan Hartono, 2005). Salah satunya dapat dilakukan dengan kemitraan. Secara konseptual, strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan besar dengan prinsip saling membutuhkan diantara kedua belah pihak dalam menjalankan usaha. Kemitraan dapat juga disebut sebagai perikatan, di dalam kemitraan terdapat hubungan kerja sama antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar atau menengah. (Jafar, 2000). Penelitian tentang analisa usahatani jagung manis ini perlu dilakukan karena analisa usahatani menggambarkan apakah usahatani yang dilakukan memberi manfaat atau tidak, dengan cara membandingkan biaya dan penerimaan dari suatu proses produksi. Selain itu, juga perlu diketahui apa alasan petani masih menanam jagung manis ini. Karena di kota padang jagung manis ini bukan komoditi unggulan. B. Perumusan Masalah Sumatera Barat merupakan salah satu penghasil jagung di Indonesia. Mencakup areal seluas 20.673 Ha pertanaman jagung dengan sentral produksi meliputi daerah Padang, Lima Puluh Kota, Tanah Datar, Pasaman, Pesisir Selatan dan daerah lainnya. Total produksi 48.230 ton dan terbuka peluang untuk verifikasi pengembangan produk untuk produksi minyak jagung, tepung maizena,

7 industri pakan ternak, industri makanan, ethanol, dan lain-lain (Dirjen Holtikultura, 2000). Sedangkan hasil jagung manis di Indonesia per hektarnya masi rendah rata-rata 2,89 ton per hektar (Rahmansyah, 1994). Menurut badan pusat stastistik (2012), selama kurun waktu 4 tahun terakhir 2009-2012 produksi jagung manis Sumatera Barat cenderung tidak stabil atau mengalami penurunan dari 351,83 ton per tahun, 341,795 ton per tahun, 354,262 ton per tahun dan 327,086 ton per tahun. Direktoral jendral perdagangan dalam negeri (2012) menyatakan untuk memenuhi kebutuhan jagung di penuhi oleh impor sebesar 2,5 juta ton pada tahun 2012 dan dirasakan kurang memadai. Berdasarkan informasi survey dari pasar, toke jagung dan petani yang tersebar di kota padang saat survey pendahuluan, ditemukan bahwa demand akan jagung manis di daerah Kota Padang ini sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena di Kota Padang ini merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang terkenal sebagai daerah pariwisata, diantaranya pantai, laut, Jembatan Siti Nurbaya dan Batu Malin Kundang. Kondisi ini merupakan peluang sangat besar bagi petani jagung manis hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya penjual jagung rebus di tempat-tempat pariwisata tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung manis, sebagai makanan atau pun cemilan di tempat-tempat pariwisata tersebut. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Berdasarkan wawancara dengan petani yang tersebar di Kota Padang di dapatkan informasi bahwa sebagian besar petani lebih memilih menanam padi atau tanaman yang lain ketimbang jagung manis, hal ini di karenakan jagung

8 manis bukan komoditi unggulan Kota Padang. Perbedaan proses produksi yang paling mendasar jagung manis ini adalah waktu panen. Tabel 1. Produksi Jagung Manis di Kota Padang Tahun Produksi (ton) 2013 20 2012 36 2010 7 2009 16 2008 15 Sumber : BPS 2014 Sumatera Barat Dari survei pendahuluan dan wawancara dengan beberapa petani yang tersebar di kota padang, dapat dilihat bahwa permasalahan yang dihadapi oleh petani jagung manis di kota padang diantaranya : (1) kurangnya bimbingan teknis dari dinas pertanian setempat dalam akses estetika kelembagaan di tingkat petani dan kelompok tani, (2) tidak ada nya informasi yang menjelaskan posisi komoditi unggulan jagung manis terhadap sektor wisata di Kota Padang dan (3) asumsi petani bahwa revenue yang diterima petani lebih besar berasal dari sektor produski padi sawah dari sektor produksi jagung. Untuk menunjang tercapainya tujuan pembangunan pertanian yaitu meningkatkan pendapatan keluarga petani, maka selain dari peningkatan produksi tentu juga diperlukan tata cara budidaya jagung manis yang baik, menyempurnakan rantai pemasaran, mencari peluang untuk meningkatkan produktifitas budidaya dan margin pemasaran yang diterima petani dalam rantai pemasaran dan memformulasikan upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani. Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, penekanan tidak cukup hanya terbatas pada faktor agronomi saja, tetapi faktor ekonomisnya juga akan

9 sangat menentukan keberhasilan usaha meningkatkan produksi. Tingginya produksi fisik suatu usahatani tidak menjamin dapat memberikan pendapatan yang tinggi pula. Peningkatan produksi baru bermanfaat bagi petani dalam meningkatkan pendapatan, bila produksi tersebut dapat dipasarkan dengan baik dan memperoleh harga jual yang layak (Soekartawi, 2003). Dengan adanya permasalahan ini, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Usahatani Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) di Kota Padang. C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi karakteristik dan alasan petani pada usahatani jagung manis di Kota Padang 2. Menganalisis pendapatan dan keuntungan petani dalam melakukan usahatani jagung manis di Kota Padang 3. Menganalisis peran pemerintah dalam usaha tani jagung manis di Kota Padang. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi bagi petani untuk mengembangkan usahatani jagung manis. 2. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan untuk pengembangan usahatani yang efisien sehingga keuntungan maksimal dapat tercapai.