Filariasis Limfatik pada Anak anak. Monica Puspa Sari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prevalensi pre_treatment

Proses Penularan Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

BAB I PENDAHULUAN.

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DETEKSI ANTIBODI SPESIFIK FILARIA IgG4 DENGAN PAN LF PADA ANAK SEKOLAH DASAR UNTUK EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM ELIMINASI FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

MDA dan CMA sebagai Strategi Eliminasi Filariasis. MDA and CMA as Elimination of Filariasis Strategy

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA. Biyan Maulana*, Heri Wibowo**

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

5. Manifestasi Klinis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

DIAGNOSIS FILARIASIS LIMFATIK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

PREVALENSI MIKROFILARIA SETELAH PENGOBATAN MASAL 4 TAHUN DI WILAYAH KAMPUNG SAWAH, KECAMATAN CIPUTAT, TANGERANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

Filariasis : Pencegahan Terkait Faktor Risiko. Filariasis : Prevention Related to Risk Factor

KEEFEKTIFAN MODEL PENDAMPINGAN DALAM MENINGKATKAN CAKUPAN OBAT PADA PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. 1

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

BAB 4 HASIL PENELITIAN

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis Pada Masyarakat di Indonesia. Santoso*, Aprioza Yenni*, Rika Mayasari*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta

URIC ACID RELATIONSHIP WITH BLOOD SUGAR PATIENTS TYPE 2 DIABETES MELLITUS THE EXPERIENCE OF OBESITY

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

KONSEP DASAR KONSEP MEDIS DEFINISI

BUKU PEDOMAN PENGOBATAN MASAL FILARIASIS BAGI BIDAN DESA DAN TENAGA PEMBANTU ELIMINASI

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

LYMPHATIC FILARIASIS (LF) ELIMINATION USED A COMMUNITY DIRECTED APPROACH.

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Oleh : Muhammad Gilang Rijalul Ahdy NIM.

ANALISIS PRAKTIK PENCEGAHAN FILARIASIS DAN MF-RATE DI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

Filariasis Limfatik di Kelurahan Pabean Kota Pekalongan

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI EKONOMI PEMBERIAN OBAT FILARIASIS DI KOTA BEKASI TAHUN 2010 TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa medis. disebut filariasis limfatik atau elephantiasis adalah

Tujuan 1. Melakukan diagnosis dan diagnosis banding filariasis beserta komplikasinya

ANALISIS SPASIAL ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PEKALONGAN

DINAMIKA FILARIASIS DI INDONESIA

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN PADUKUHAN KRATON KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Filariasis (penyakit kaki gajah) ialah penyakit menular menahun yang

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Parasit nematoda berbentuk benang yang ditransmisikan melalui vektor artropoda.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

Transkripsi:

Tinjauan Pustaka Filariasis Limfatik pada Anak anak Monica Puspa Sari Dosen Bagian Parasitologi FK UKRIDA Alamat Korespondensi : Jl Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 E-mail: monica_sari74@yahoo.co.id Abstrak Filariasis limfatik diakui telah menyebar luas dan merupakan penyakit serius pada orang dewasa. Sedangkan pada anak anak, filariasis limfatik hanya terjadi secara sporadis. Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang menyerang jaringan limfatik manusia pada negara tropis yang menyebabkan limfedema pada anggota badan, hidrokel, dan serangan acute dermatolimphangioadenitis (ADLA). Perkembangan diagnosis sekarang dapat membantu mengenal atau mengetahui bahwa infeksi filariasis limfatik sering didapat pada masa anak anak. Deteksi antigen dan antibodi, Doppler ultrasonografi dan limfoskintigrafi dapat membantu memahami kelainan subklinis filariasis limfatik pada anak anak. Kata kunci :Filariasis limfatik, anak anak, kelainan subklinik Abstract Lymphatic filariasis has recognized spread widely and is a serious disease in adults. Whereas in children, lymphatic filariasis occurs only sporadically. Lymphatic filariasis is an infectious disease that attacks the human lymphatic tissue in tropical countries causing lymphedema in the limbs, hydrocele, acute attack of dermatolimphangioadenitis. The development of diagnostic now can help to know and find out that lymphatic filariasis infection often acquired in childhood. Antigen and antibody detection, doppler ultrasonography and lymphoscintigraphy can help understand subclinical pathology of lymphatic filariasis in children. Keywords: Lymphatic filariasis, children, subclinical pathology. 34 J. Kedokt Meditek Vol. 20 No. 54, Sept-Des 2014

Pendahuluan Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang menyerang jaringan limfatik manusia dan penularannya melalui berbagai jenis nyamuk. 1,2 Ada tiga spesies penyebab filariasis limfatik yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. 3,4 Ketiga spesies ini terdapat di Indonesia. Lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi. 2 Penyakit ini bersifat kronis dan bila tidak mendapatkan pengobatan maka akan menimbulkan cacat fisik permanen, sehingga penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya akan tergantung pada orang lain dan menjadi beban keluarga, masyarakat serta negara. 1-4 Bahkan secara signifikan menghalangi perkembangan sosial ekonomi negara negara di Asia, Afrika, Pasifik Barat dan Amerika. 5,6 Di Indonesia telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus penular filariasis yaitu Anopheles, Aedes, Armigeres, Culex, dan Mansonia. Nyamuk Anopheles, Aedes, dan Armigeres diidentifikasi sebagai vektor W. bancrofti tipe pedesaan. Nyamuk Culex diidentifikasi sebagai vektor W. bancrofti tipe perkotaan.spesies Mansonia merupakan vektor B. malayi tipe subperiodik nokturna. Sementara Anopheles barbirostris merupakan vektor B.timori. 7,8 Secara umum stadium awal dari filariasis limfatik adalah berupa limfangitis dan limfadenitis, stadium selanjutnya ditandai oleh udem pada ekstremitas dan elefantiasis. 9 Secara global, sebanyak 1-3 miliar orang mempunyai risiko tertular penyakit ini, dan sekitar 120 juta orang diperkirakan telah terinfeksi oleh penyakit ini. Di perkirakan 44 juta individu mengalami elephantiasis, limfedema,dan kelainan genital akibat filariasis. 1,3 Negara Endemis Gambar 1. Gambaran Endemisitas Filariasis 1 Siklus Hidup Filaria Gambar 2. Siklus Hidup Filaria 11 Ketika mikrofilaria dalam darah perifer penderita filariasis terhisap oleh nyamuk, maka mikrofilaria tersebut di dalam lambung nyamuk akan segera melepaskan selubungnya dan menembus dinding lambung nyamuk agar tidak tercerna oleh nyamuk. Selanjutnya, mikrofilaria tersebut bergerak menuju otot toraks nyamuk dan akhirnya berturut-turut berubah menjadi larva stadium I, II, dan III. Kemudian larva tersebut meninggalkan otot toraks dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Ketika nyamuk tersebut menghisap darah manusia, larva stadium III yang berada dalam kelenjar liur akan keluar dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan nyamuk. Pada saat nyamuk menarik J. Kedokt Meditek Vol. 20 No. 54, Sept-Des 2014 35

probosisnya, larva III akan masuk secara aktif melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak melalui vena dan menuju sistem limfe untuk kemudian bersarang dalam pembuluh atau kelenjar limfe setempat.larva stadium III Brugia malayi dan Brugia timori akan menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu kurang lebih 3,5 bulan, sedangkan larva stadium III Wuchereria bancrofti memerlukan waktu yang lebih lama untuk menjadi cacing dewasa, yaitu sekitar 9-12 bulan. Pada tahap berikutnya, terjadi pembentukan mikrofilaria dalam tubuh cacing betina dewasa yang telah difertilisasi oleh cacing jantan.diperkirakan cacing betina dapat mengeluarkan mikrofilaria sekitar 5 sampai 8 tahun. Sebagian mikrofilaria akan masuk ke peredaran darah dan bertahan selama 1 sampai 2 tahun. Siklus hidup tersebut di atas terulang kembali ketika mikrofilaria dalam darah manusia terhisap lagi oleh nyamuk. 11 Gambar 3. Mikrofilaria Wuchereria bancrofi 12 Filariasis Limfatik pada Anak anak Berdasarkan sejumlah penelitian epidemiologi berbasis masyarakat dan laporan kasus tentang filariasis limfatik pada anak anak dengan klinis seperti limfedema/elefantiasis dan hidrokel, maka filariasis limfatik juga merupakan penyakit pada anak anak tetapi riwayat penyakit dan data yang dilaporkan masih terbatas dan tidak terdokumentasi dengan baik. Keterbatasan ini dapat dihubungkan dengan riwayat alami penyakit itu sendiri dan manifestasi awal dari penyakit ini yang tidak menunjukkan gejala, dan selanjutnya berkembang dengan lambat sehingga disebut Asimptomatik microfilaremia. Pasien tidak akan menunjukkan gejala klinis meskipun ditemukan mikrofilaria didalam darahnya dengan pemeriksaan darah pada malam hari. Dengan pemeriksaan ultrasonografi dan limfoskintigrafi tampak pelebaran jaringan limfatik. Akan tetapi saat ini diketahui bahwa pemeriksaan rutin sediaan darah tebal tidak sensitif bila dibandingkan dengan pemeriksaan immunochromatographi card test (ICT card test) yang mendeteksi antigen filaria pada penderita Filariasis Bankrofti. Hal ini terutama terjadi apabila kepadatan mikrofilaria rendah atau cacing betina yang tidak memproduksi mikrofilaria pada stadium awal penyakit. Oleh karena itu di masa lalu penyakit ini banyak tidak terdeteksi pada anak anak, dan banyak peneliti yang tidak mengikutsertakan anak di bawah 10 tahun. 14,15 A Gambar 4 A. Mikrofilaria Brugia malayi 13 B Gambar 4 B. Mikrofilaria Brugia timori 13 Kejadian Filariasis Limfatik pada Anak anak Berdasarkan sejumlah penelitian epidemiologi serta laporan kasus filariasis limfatik yang lalu dan berdasarkan pemeriksaan antigen filaria dan ultrasonografi pada jaringan limfatik anak-anak saat ini maka Filariasis limfatik merupakan penyakit yang sangat penting pada anak anak.meskipun prevalensi penderita filariasis limfatik berdasarkan mikrofilaria positif banyak ditemukan pada usia produktif namun manifestasi klinis pembesaran kelenjar limfe sudah tampak pada masa anak anak. 36 J. Kedokt Meditek Vol. 20 No. 54, Sept-Des 2014

Gambar 5A. Perbandingan Prevalensi Mikrofilaria pada Kelompok Usia <10 tahun dan > 10 tahun. 15 Gambar 5B.Perbandingan Prevalensi Mikrofilaria pada Kelompok Usia<5 tahun dan > 5 tahun. 15 Berdasarkan kedua gambar diatas maka terdapat hubungan yang konstan antara prevalensi mikrofilaria pada anak anak dan dewasa. Tingkat prevalensi mikrofilaria pada anak dengan usia 10 tahundan > 15 tahun terbukti 20%. Deteksi Antigen Deteksi Mikrofilaria Gambar 6A. Perbedaan prevalensi filariasis limfatik berdasarkan deteksi antigen dan deteksi mikrofilaria. 1 Gambar 6B. Presentasi infeksi filariasis limfatik yang salah jika deteksi mikrofilaria sebagai diagnostik. 15 Walaupun pemeriksaan darah tebal yang digambarkan diatas dapat mendeteksi mikrofilaria pada anak anak yang terinfeksi filariasis limfatik,namun 1/3 dari semua infeksi tidak menunjukkan hasil yang maksimal (terdapat kesalahan deteksi). Selain deteksi antigen, hasil pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dan limfoskintigrafi (LSG) pada anak anak yang tinggal didaerah endemis filariasis limfatik menunjukkan adanya pelebaran sistem limfatik, yang ditandai dengan kehadiran cacing dewasa meskipun anak tersebut tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik. 9 Oleh karena itu pemeriksaan antigen filaria dan ultrasonografi dari sistem limfatik pada anak anak penting untuk mengetahui filariasis limfatik yang didapat pada masa anak anak. Gambaran Kklinis Penyakit Filariasis Limfatik pada Masa Anak anak Salah satu presentasi klinis yang diketahui dari filariasis limfatik pada kelompok anak kecil adalah pembesaran kelenjar limfe tidak spesifik, atau berupa pembengkakan jaringan lunak didaerah inguinal, ketiak, atau leher. Dari pemeriksaan biopsi dan histopatologi terhadap pembengkakan tersebut, tampak adanya cacing dewasa filaria yang mati atau sisa cacing dewasa filaria yang mati. 17 Beberapa studi yang telah dilakukan didaerah endemik terhadap filariasis limfatik telah mencatat adanya limfedema pada anggota badan anak anak, terutama anak anak yang berusia lebih tua. Berat ringannya limfedema tergantung dari berat ringannya penyakit.limfedema umumnya dinilai dalam empat grade yaitu : Grade I berupa pitting oedema yang bersifat reversible; Grade II berupa pitting oedema J. Kedokt Meditek Vol. 20 No. 54, Sept-Des 2014 37

maupun non-pitting oedema, tidak reversibel dan tidak ada perubahan kulit; Grade III berupa non-pitting oedema, tidak reversibel dan disertai dengan penebalan kulit; Grade IV berupa non-pitting oedema, tidak reversibel, penebalan kulit disertai dengan kutil dan merupakan awal dari elephantiasis. 18 Hidrokel dari kantung skrotum juga ditemukan pada anak laki laki usia pubertas atau lebih dewasa. Serangan acute dermatolimphangioadenitis (ADLA) juga dicatat pada anak anak, baik dengan atau tanpa limfedema. 19 ADLA merupakan adenolimfangitis sekunder yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur yang secara klinis menyerupai selulitis atau erisipelas yang ditandai dengan adanya plak kutan atau subkutan, yang disertai dengan limfangitis dengan gambaran retikular dan adenitis regional. ADLA dipertimbangkan sebagai faktor risiko utama berkembangnya limfedema kronis dan elefantiasis pada filariasis limfatik.daerah yang terkena biasanya di kaki atau skrotum yang ditandai dengan nyeri didaerah yang terkena dengan onset akut, demam, menggigil, sakit kepala, pembengkakan disertai kemerahan, hangat dan lunak dari anggota badan yang terkena, disertai dengan gejala konstitusional seperti muntah. 4 Kiluria dan Tropical pulmonary eosinofil (TPE) jarang dilaporkan pada anak anak. 15 Penatalaksanaan Obat antifilaria : Diethylcarbamazepin (DEC), ivermektin, dan albendazol merupakan obat anti parasit yang sering digunakan untuk filariasis. Diethylcarbamazepin :Merupakan obat pilihan untuk infeksi W.bancrofti dan B. malayi. DEC sangat menurunkan jumlah mikrofilaria dalam darah setelah dosis tunggal 6mg/kg yang diberikan selama 1 tahun. Dosis efektif dari DEC adalah 6 mg/kg bb diberikan sebagai dosis tunggal pada infeksi filaria aktif, obat dapat diulang 6 bulan sekali atau setahun sekali. Studi terbaru menunjukkan bahwadec tidak memiliki peran, baik dalam pengobatan atau pencegahan serangan ADLA. 20 Ivermectin :Merupakan antibiotika semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit. Diberikan sebagai dosis tunggal 200 400 µg/kgbb, dapat sebagai obat tunggal setiap 6 bulan sekali. Albendazol : Diketahui dengan baik bahwa Albendazol dapat melawan cacing dewasa filaria ketika diberikan sebagai dosis tunggal 400 mg 2 kali sehari selama dua minggu. 21 Albendazol tidak mempunyai efek langsung terhadap mikrofilaria dan tidak segera menurunkan jumlah mikrofilaria, tetapi jika diberikan sebagai dosis tunggal 400 mg selama setahun dan dikombinasikan dengan DEC atau ivermectin, dapat menurunkan jumlah mikrofilaria. Pengobatan dan Pencegahan Serangan ADLA Anak anak yang menderita limfedema cenderung akan menderita serangan ADLA, istirahat dan obat simptomatik seperti parasetamol dapat digunakan untuk kasus yang ringan. Terdapat beberapa faktor pencetus lokal seperti luka dan bakteri atau infeksi jamur, sebaiknya diobati dengan antibiotika topikal atau salep anti-jamur, Serangan ADLA sedang dan berat sebaiknya diobati dengan pemberian antibiotika oral atau parenteral tergantung kondisi pasien. Banyak studi terbaru menunjukkan bahwa perawatan secara lokal dari anggota badan yang terkena, maka serangan ADLA dapat dicegah. Program Foot Care termasuk area yang terkena khususnya jempol kaki dicuci dengan sabun dan air dua kali sehari, atau paling sedikit satu kali sehari sebelum tidur dan membersihkannya dengan kain bersih, membersihkan dan menggunting kuku dapat mencegah infeksi oleh bakteri atau jamur merupakan tindakan yang sangat penting. 22 Kesimpulan Pemeriksaan darah pada malam hari dengan mikroskop untuk mendeteksi mikrofilaria pada filariasis limfatik pada anak anak kurang sensitif.terdapat pemeriksaan yang lebih sensitif dan spesifik yaitu pemeriksaan sirkulasi antigen filaria yang beredar dalam darah, dapat membantu mendeteksi mikrofilaria dalam darah. 38 J. Kedokt Meditek Vol. 20 No. 54, Sept-Des 2014

Daftar Pustaka 1. Taylor MJ, Hoerauf A, Bockarie M. Lymphatic filariasis and onchocerciasis. Lancet. 2010; 376:1175 85. 2. Weil GJ, Ramzy RM. Diagnostic tools for filariasis elimination programs. Trends in Parasitology. 2007; 23: 78-82. 3. Ottesen EA, Duke BOL, Karam M, Behbehani K. Strategies and tools for control/elimination of Lymphatic Filariasis. Bulletin of the World Health Organization. 1997; 75 : 491 503. 4. Fox LM, Wilson SF, Addiss DG, Charles JL, Lammie PJ. Clinical Correlates of Filariasis infection in Haitian children: an association with interdigital lesions. Am J Trop Med Hyg. 2005; 73(4) : 759 765. 5. World Health Organization (WHO). Working to overcome the global impact of neglected tropical disease. 2010b. 6. World Health Organization (WHO). Global programme to eliminate lymphatic filariasis. Weekly Epidemiological Record. 2010a; 85:365-372. 7. Bockarie MJ, Molyneux DH. The end of lymphatic filariasis. British Medical Journal. 2010; 338. 8. Bockarie MJ, Pedersen EM, White GB, Michael E. Role of vector control in the global program to eliminate lymphatic filariasis. Annual Review of Entomology. 2009; 54 : 469 87. 9. Harinath BC, Reddy MVR, Bhunia B, Bhandari YP, Mehta VK, Chaturvedi P, et al. Filaria associated clinical manifestations in children in an endemic area and morbidity control by immunomonitoring and optimal DEC therapy: sevagram experience. Indian Journal of Clinical Biochemistry. 2000; 15 : 118 26. 10. www. Infectionlandscapes.org 11. www.cdc.gov/parasites/lf.html 12. http://www.stanford.edu/class/humbio103/ parasites 2006/Lymphatic Filariasis /introduction.htm 13. http://www.phsource.us/ph/para/chapte r 10.htm 14. Rk Shenoy 15. Witt C, Ottesen EA. Lymphatic filariasis: an infection of childhood. Tropical medicine and International health. 2001; 6: 582-606 16. Supali T, Wibowo H, Ruckert P, Fischer K, Purnomo I, Djuardi Y, Fischer P. High prevalence of Brugia timori infection in Highland of Alor Island, Indonesis. Am J Trop Med Hyg. 2002; 66 (5) : 560 565 17. Jungmann P, Figueredo SJ, Dreyer G. Bancroftian lymphadenopathy : a histopathologic study of fifty-eight cases from Northeast Brazil. AMJ Trop Med Hyg. 1991; 45(3) : 325-31. 18. Shenoy RK. Clinical and pathological aspect of filarial lymphedema and its management.korean J Parasitilogy. 2008; 46(3) : 119 125. 19. Fox LM, Furness BW, Haser JK, Brissau JM, Charles JL, Wilson SF, Addiss DG, Lammie PJ, Beach MJ, et al. Ultrasonographic examination of Haitian children with lymphatic filariasis: a longitudinal assessment in the context of antifilarial drug treatment. Am J Trop Med Hyg. 2005; 72(5) : 642 648. 20. Shenoy RK, Suma TK,Rajan K, Kumaraswami V. Prevention of Acute Adenolymphangitis in Brugian Filariasis:Comparison of the efficacy of ivermectin and diethylcarbamazine, each combined with local treatment of the affected limb. Ann Trop Med Parasitol 1998; 92: 587-94 21. Jayakody RL, De Silva CSS, Weerasinghe WMT. Treatment of Bancroftian Filariasis with albendazole: evaluation of efficacy and adverse reactions. Trop Bio Med. 1993;10:19-24 Shenoy RK, Kumaraswami V, Suma TK, Rajan K, Radhakuttyamma G. A double blindplacebo controlled study of the efficacy of oral penicillin, diethylcarbamazine or local treatment of the affected limb in preventing acute adenolymphangitis in lymphedema caused by Brugian filariasis. Ann Trop Med Parasitol. 1999;93:367-77 J. Kedokt Meditek Vol. 20 No. 54, Sept-Des 2014 39