BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia sendiri (Mulyanto, 2007). bahan organik karena faktor terbawa arus (Widi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalamnya banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi (Kordi, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

H - H + Merupakan molekul dipolar, artinya 1 molekul memiliki 2 muatan yang berbeda yakni muatan + dan

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

bentos (Anwar, dkk., 1980).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

PLANKTONOLOGI. Ir. I Wayan Restu, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perairan Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: hulu, tengah dan hilir sungai (Asdak, 2007). Hulu sungai dicirikan dengan badan sungai yang dangkal, sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat, air mengalir melalui bagian-bagian tebing curam dan berbatu batuan dengan goncangan arus yang cukup kuat hingga sedang, daya erosi besar, kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram, mengandung O2 terlarut yang sangat tinggi sehingga airnya jernih dan tidak terjadi pengendapan (Brotowidjoyo dkk.,1995). Bagian tengah sungai merupakan daerah transisi dari hulu dan hilir sungai yang berada di bagian sungai yang landai (Asdak, 2007). Bagian hilir sungai umumnya lebih lebar dan landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat dan populasi jenis ikan didalamnya banyak tetapi kurang bervariasi (Jangkaru, 1995). Berdasarkan kecepatan arusnya klasifikasi habitat air tawar dibagi menjadi dua tipe, yaitu : habitat air tawar yang tergenang atau habitat lentik (lenis = tenang), seperti danau, kolam dan rawa; serta habitat air tawar yang mengalir (lotus = tercuci), seperti mata air dan sungai. 5

6 Selanjutnya berdasarkan kecepatan arusnya, aliran air (sungai) dibagi menjadi dua zona utama yaitu : 1. Zona air deras : daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi yang menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh benthos yang beradaptasi khusus atau organisme ferinitik yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat, serta ikan yang kuat berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai. 2. Zona air tenang : bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap didasar, sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk benthos tetapi cocok untuk nekton dan plankton. Zona ini banyak dijumpai pada hilir sungai (Odum, 1996). 2.2. Identifikasi Ikan Identifikasi merupakan kegiatan mencocokan ciri-ciri individu dengan suatu kunci identifikasi (Subardja dkk., 1989). Identifikasi atau determinasi sangat penting bagi setiap pengelolaan lingkungan hidup karena dengan memahami identifikasi atau determinasi organisme dalam suatu lingkungan akan memudahkan dalam pengambilan keputusan pengelolaan selanjutnya. Ikan merupakan hewan vertebrata yang tergolong ke dalam Filum Chordata, Kelas Pisces, yang terdiri dari 4 (empat) sub kelas, yaitu sub kelas Elasmobranchii, Chondrostei, Dipnoi, dan Teleostei, masing-masing dengan beberapa ordo, famili, dan genus (Saanin, 1984).

7 Ikan di alam bebas dalam pencarian makanannya dibagi menjadi tiga zona, yaitu ikan zona dasar (demersal), ikan zona badan air dan ikan zona permukaan (pelagis). Ikan yang mencari makan di daerah demersal dicirikan dengan mulut yang berada dibawah kepala sedangkan ikan-ikan yang hidup pada zona badan air serta pelagis dicirikan dengan bentuk mulut yang tepat pada ujung terminal atau di batas terminal mulut (Kottelat dkk., 1993). Beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi gelembung renang atau gelembung udara. Otak ikan terbagi menjadi regio-regio yang dibungkus dalam kranium (tulang kepala) dan berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang menulang. Bagian kepala ikan terdiri atas sepasang mata, mulut yang disokong oleh rahang, telinga yang hanya terdiri dari telinga dalam dan berupa saluran-saluran semisirkular sebagai organ keseimbangan (Brotowidjoyo dkk., 1995). Sifat sifat, tanda-tanda dan bentuk bagian-bagian ikan yang harus diperhatikan untuk identifikasi menurut Saanin (1984) adalah : 1. Rumus sirip, yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlahnya jari-jari sirip dan bentuk sirip; 2. Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi badan tertentu; 3. Bentuk garis rusuk dan jumlah sirip yang membentuk garis rusuk; 4. Jumlah sisik dan gigi pada garis pertengahan sisi atau garis sisi; 5. Bentuk sisi dan gigi beserta susunan tempatnya; dan 6. Tulang-tulang insang

8 2.3. Kemelimpahan dan keanekaragaman spesies ikan sungai Kemelimpahan adalah kepadatan relatif suatu organisme di suatu tempat tertentu. Kemelimpahan suatu lokasi dapat dihitung dengan jumlah individu spesies ke-i dibagi dengan jumlah total individu semua spesies (Odum, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya populasi dan kemelimpahan ikan dalam suatu perairan antara lain oleh faktor fisika dan kimia airnya. Beberapa faktor fisika yang penting bagi kehidupan ikan antara lain : suhu sungai, kuat arus, kedalaman sungai, pemanfaatan sungai, dan lokasi sungai (Subardja dkk., 1989). Sedangkan faktor kimianya antara lain : ph, DO, Alkalinitas, dan lain-lain (Djuanda, 1981; Effendie, 1997). Anwar (2008) menyatakan bahwa setidaknya ada dua alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup, yaitu : 1. Kesesuaian dengan kondisi tubuhnya untuk perkembangbiakan dan pemijahan 2. Sumber makanan yang banyak Tiap jenis ikan mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam hal tingkah laku, pertumbuhan, kebutuhan makan, berpijah dan berkembang. Namun secara umum hanya pada perairan yang subur dan dapat menyediakan nutrisi serta kondisi lingkungan yang memadai akan terdapat populasi ikan yang berbeda. Sungai-sungai yang mempunyai dasar lumpur dan pasir serta sedikit bebatuan cenderung mempunyai sedikit jenis ikan yang hidup dibandingkan yang berbatu-batu (Kottelat dkk., 1993).

9 Intensitas dan frekuensi interaksi ikan dengan lingkungan berpengaruh terhadap distribusi dan kemelimpahan ikan di suatu kawasan. Namun perlu diingat bahwa distribusi dan kelimpahan ikan disungai tidak dalam keseimbangan yang stabil, antara lain disebabkan karena ikan-ikan yang hidup merupakan organisme yang hidup dalam lingkungan bebas mempunyai kemampuan yang bebas pula (free will) dan antara faktor lingkungan itu sendiri juga berinteraksi sesuai dengan kondisinnya (Brotowidjoyo dkk., 1995). Keanekaragaman adalah hubungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas (Kottelat dkk., 1993). Keanekaragaman biota merupakan bukti yang digunakan untuk melihat ada tidaknya tekanan terhadap lingkungan yang diakibatkan eksplorasi (Odum, 1996). Beberapa penelitian tentang keanekaragaman spesies ikan sungai yang ada di wilayah Indonesia telah dilakukan oleh Hamidah (2004) di Sungai Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan. Informasi yang diperoleh dari masyarakat yang tinggal di kawasan Sungai Enim menunjukan bahwa hasil tangkapan ikan di sungai tersebut telah mengalami penurunan sejak sepuluh tahun terakhir, penurunan tersebut baik dalam jumlah hasil tangkapan maupun variasi spesies hasil tangkapan. Penurunan hasil tangkapan di Sungai Enim diduga disebabkan oleh bebrapa faktor antara lain : (1) terjadinya pencemaran air, (2) adanya penangkapan ikan secara berlebihan, (3) terjadinya kerusakan habitat, dan (4) belum adanya upaya

10 pengelolaan dan konservasi sumberdaya perikanan secara terpadu di sungai Enim. Sampai saat ini data ilmiah mengenai spesies ikan dan aspek ekologi yang mempengaruhi keberadaannya di Sungai Enim masih kurang memadai, padahal data ilmiah merupakan salah satu komponen penting dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan umum. Hasil penelitian Hamidah (2004) tentang keanekaragaman spesies ikan di Sungai Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatra Selatan mendapatkan 20 spesies ikan yang termasuk dalam 11 famili dan empat ordo. Famili yang memiliki anggota terbanyak adalah Cyprinidae (14 spesies), diikuti Famili Cobitidae (empat spesies) dan Nemacheilidae (dua spesies). Famili lainnya yaitu Bagridae,Sisorodae,Pristolepididae,Belontiidae, Channidae, Mastacembelidae dan Tetraodontidae hanya memiliki satu spesies. Susanto (2015) dalam penelitiannya tentang Komunitas ikan di Sungai Serayu Wilayah Kabupaten Banyumas mendapatkan sejumlah 3.871 individu yang termasuk dalam 29 spesies, 20 Famili 11 Ordo. Ikan yang didapatkan dalam penelitian tersebutmerupakan anggota dari Famili : Cyprinidae, Nemacheilidae,Aplocheilidae,Zenarchopteridae,Cichilidae,Anabantidae,Mugi lidae, Bagridae, Siluridae, Clariidae, Loricariidae, Gobiidae, Channidae, Carangidae, Osphronemidae, Mastacembelidae, Synbranchidae,Syngnathidae, Anguilloidae dan Chanidae.

11 2.4. Faktor Kimia, Fisika dan Biologi Perairan Untuk dapat hidup dengan baik dan dapat berkembang biak dengan baik maka ikan harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi agar ikan dapat hidup dan berkembang biak dengan air, antara lain : oksigen terlarut, suhu, cahaya, arus, makanan, kedalaman, ph, air, dan makhluk-makhluk lain yang hidup bersama dalam lingkungannya (Djuanda, 1981 ; Subardja dkk., 1989). 2.4.1. Faktor Kimia a. DO (Disolved Oksigen) Kandungan oksigen yang terlarut adalah parameter kimia yang menunjukan banyaknya oksigen terlarut dalam air. DO dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan mutu air bagi organisme perairan. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5ppm), selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktivitas, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya (Brotowidjoyo dkk.,1995). Efek langsung yang ditimbulkan akibat perubahan konsentrasi oksigen terlarut adalah dapat berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah dapat meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh (Anwar, 2008).

12 b. Derajat Keasaman (ph) Faktor kimia perairan sungai juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan ikan.salah satu faktor kimia tersebut adalah derajat keasaman (ph) air sungai.ph menunjukan konsentrasi ion hydrogen pada perairan sungai. Konsentrasi ion hydrogen mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan, dan dapat berfungsi sebagai penunjuk baik buruknya kualitas air sebagai lingkungan hidup ikan.ph yang ideal bagi kebanyakan ikan yang hidup di perairan tawar bekisar antara 6,5-8,4 (Asdak, 2007), tetapi kebanyakan ikan mampu bertahan hidup pada ph antara 5-9 (Kottelat dkk.,1993). 2.4.2. Faktor Fisika a. Kecerahan dan kedalaman perairan Kecerahan air memberikan petunjuk tentang daya tembus atau penetrasi cahaya dalam air. Perairan yang keruh mempunyai banyak partikel-partikel halus yang melayang didalam air dan banyak partikel-partikel tersebut menempel pada thallus, sehingga dapat menghambat penyerapan makanan dan proses fotosintesis. Kedalaman perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukan kemampuan organisme untuk berinteraksi dengan cahaya, kedalaman antara organisme dengan substrat merupakan hal yang penting untuk diketahui karena berkaitan dengan kondisi substrat perairan yaitu berkarang, berlumpur atau berpasir (Anwar, 2008).

13 b. Kecepatan arus Parameter fisika yang penting dan menjadi ciri dari sungai adalah arus.arus pada sungai berubah dari deras pada bagian hulu dan menjadi lambat pada bagian hilir, perubahan ini juga diikuti dengan berubahnya perubahan spesies ikan yang menghuninya. Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kedalaman, dan substrat dasarnya (Odum,1996) c. Suhu Suhu di alam bebas selalu berubah-ubah bergantung pada kondisi alam. Selisih suhu antara siang dan malam yang aman bagi kehidupan ikan adalah tidak lebih darilima derajat Celsius (Subardja dkk., 1989). Ikan biasanya memilih suhu optimum untuk dapat hidup dengan baik, suhu yang aman bagi ikan bekisar antara 23-29ºC dengan suhu optimum 24ºC (Kottelat dkk., 1993). 2.4.3. Faktor biologi Kesuburan suatu perairan antara lain dapat dilihat dari keberadaan organisme planktonnya, karena plankton dalam suatu perairan dapat menggambarkan tingkat produktivitas perairan (Sagala, 2009). Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air.kemampuan geraknyasangat terbatas,karena organisme tersebut selalu terbawa oleh arus.

14 Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton merupakan plankton yang bersifat nabati yang bebas melayang dan hanyut serta mampu berfotosintesis, dan zooplankton merupakan plankton yang bersifat hewani dan hanya mampu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, bahan-bahan tersebut disintesiskan dan disediakan oleh biota lain (Nybakken, 1988).