PAJAK ROKOK DAERAH BAGI KESEHATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

KERJA NYATA SEHATKAN INDONESIA

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN. Disampaikan Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. MAMUJU dr. Hj. HAJRAH AS AD, M.KES

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

PELUANG DAN TANTANGAN IAKMI

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN KONSUMSI

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Strategi Penguatan Upaya Promotif dan Preventif dalam RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas

DUKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS TRI DHARMA DI POLTEKKES KEMENKES. Jakarta, 23 Maret 2017

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan

PERCEPATAN PENCAPAIAN SASARAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT 2017

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

KONSEPTUAL RPJMN BIDANG KESEHATAN TAHUN KEPALA BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN Drg. Tini Suryanti Suhandi, M.Kes

KEBIJAKAN BERWAWASAN KESEHATAN (PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT) RPJMN

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, yaitu

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA

Oleh. Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 3/15/2014 1

KERJA NYATA SEHATKAN INDONESIA

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

HASIL SIDANG KOMISI III

Pajak Rokok Daerah sebagai Opsi Pembiayaan Berkelanjutan Pengendalian Tembakau: Studi Kasus di Provinsi Lampung

BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERAN DAN KEBUTUHAN TENAGA GIZI DI SEKTOR KESEHATAN. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Bogor, 26 Januari 2017

REPUBLIK INDONESIA 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

DINAMIKA PENGELOLAAN DANA TRANSFER DAN PINJAMAN DAERAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

PERAN DPR DALAM INOVASI PROGRAM DAN ANGGARAN UNTUK UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

MORE PROTECTION LESS ANTIMICROBIAL NILA F.MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEHAT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tabel 1. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Yang Dilaporkan Menurut Tahun Sampai Dengan Tahun 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

OLEH: Ismoyowati DISAMPAIKAN PADA SIMPOSIUM DALAM MUKERNAS KE-12 IAKMI PONTIANAK-10 JULI 2012

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

DESENTRALISASI UNTUK MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN SPM BIDANG KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN (Permenkes No. 43/ 2016)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGs)

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BUKU LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENERAPAN DAN PERLUASAN KAWASAN TANPA ROKOK DI INDONESIA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

PERAN STRATEGIS DPR RI DALAM MEMBANGUN KESEHATAN BANGSA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 52 TAHUN 2013 TENTANG

Keterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

COMPENSATION OF CIGARETTE INDUSTRY TO HEALTH SECTOR IN INDONESIA Study in Bondowoso, East Java

BAB IV PENUTUP. 1. Ketentuan Hukum dan Pelaksanaan Kelas Ibu hamil di Puskesmas

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 2016

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

PAJAK ROKOK DAERAH BAGI KESEHATAN Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI disajikan pada The 4 th Indonesian Conferece on Tobacco or Health (ICTOH) 2017 Balai Kartini Jakarta, 15 Mei 2017

Masalah Kesehatan dan Penyakit Katastropik

Outline Paparan Masalah Kesehatan dan Penyakit Katastropik Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Kesehatan Penggunaan Pajak Rokok untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penggunaan DBHCHT untuk Kesehatan Peran Aliansi Pengendalian Tembakau

Bonus Demografi yang Terancam Pemberian Makanan Tambahan Pematauan Status Gizi 6.122 ton PMT untuk 696.715 Ibu Hamil KEK 7.376 ton PMT bagi 738.883 Balita 856,2 ton bagi 158.550 Anak Sekolah 4

Tahun 2015 PENINGKATAN JUMLAH PEROKOK ANAK AKAN MENJADIKAN BENCANA DEMOGRAFI Sumber : Susenas, 2015 Prevalensi Merokok di Indonesia

TRANSISI EPIDEMIOLOGI TERJADI PERUBAHAN POLA PENYAKIT TERKAIT DENGAN PERILAKU MANUSIA TAHUN 1990 SEJAK 2010-2015 Pergesaran penyebab terbesar kesakitan dan kematian : PENYAKIT MENULAR Infeksi Saluran Pernapasan Atas, Tuberkulosis, Diare PENYAKIT TIDAK MENULAR Tekanan darah tinggi, stroke, jantung, kanker, kencing manis Th. 1990 Kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll) Penya kit Menul ar 56% Cedera 7% Penyakit Tidak Menular 37% Th. 2010 Penyakit Menular 33% Penyakit Tidak Menular 58% Cedera 9% Th. 2015 Penyakit Menular 30% Cedera 13% Penyakit Tidak Menular 57% Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles (2014)

POLA PTM BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI Penyakit tidak menular terjadi pada semua golongan, baik kaya dan miskin, 2.5 2 1.5 1 % Jantung Koroner Menurut Status Ekonomi 2.1 1.6 1.4 1.3 1.2 Prevalensi PTM lebih tinggi pada penduduk miskin Penanggulangan PTM berarti membantu manjaga produktifitas penduduk miskin pengurangan kemiskinan 0.5 0 14 12 10 8 6 4 2 0 Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas % Stroke Menurut Status Ekonomi Teratas 13.1 12.6 12 11.8 11.2 Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas 7 Teratas Sumber Data Riskesdas 2013

Faktor Risiko Perilaku Penyebab Terjadinya PTM yang Harus Diperbaiki Sumber: *Riskesdas 2007 & **Riskesdas 2013 Penduduk >10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur Penduduk >10 th minum minuman beralkohol 93.5 % Penduduk kurang aktivitas fisik 26.1 % Penduduk usia >15 tahun yang merokok Perempuan usia > 10 tahun 36.3 % 4.6 %

BEBAN PENYAKIT TIDAK MENULAR Sampai dengan bulan Januari 2016 No Penyakit Penderita Kunjungan Angka Biaya Klaim (Orang) (Kali) Kontak Tot (Rp Juta) Rerata (Rp) 1 JANTUNG 905,223 2,756,216 3.0 6,934,361 2,515,899 2 STROKE 270,290 508,306 1.9 1,548,826 3,047,034 3 DIABET 202,526 306,632 1.5 1,256,664 4,098,281 4 KANKER 133,966 446,048 3.3 1,887,308 4,231,176 5 GINJAL 77,276 952,995 12.3 1,545,775 1,622,018 6 HEPATITIS 39,864 88,403 2.2 277,775 3,142,145 7 THALA 13,632 125,494 9.2 602,852 4,803,827 8 LEUKEMI 8,374 28,738 3.4 154,145 5,363,809 9 HEMOFILI 4,382 28,156 6.4 120,554 4,281,645 10 OTHER 21,013,270 72,612,388 3.5 60,063,446 827,179 TOTAL/MEAN 22,668,803 77,853,376 3.4 74,391,706 955,536 Rp 16,9 Trilyun atau 29,67% Beban Biaya JKN terserap untuk biaya penyakit katastropik

Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Kesehatan

PEMBANGUAN KESEHATAN 2015-2019: Akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu ISU PENTING: MASIH TINGGINYA AKI, AKB DAN MASALAH GIZI TRANSISI EPIDEMIOLOGI; MENINGKATNYA PENYAKIT TIDAK MENULAR DISAMPING PENYAKIT MENULAR PEMERATAAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL MENJADI TULANG PUNGGUNG UNIVERSAL HEALTH COVERAGE TAHUN 2019

ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN RPJMN I 2005-2009 RPJMN II 2010-2014 RPJMN III 2015-2019 RPJMN IV 2020-2025 Bangkes diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu yankes KURATIF- REHABILITATIF Akses masyarakat thp yankes yang berkualitas telah lebih berkembang dan meningkat Akses masyarakat terhadap yankes yang berkualitas telah mulai mantap Kes masyarakat thp yankes yang berkualitas telah menjangkau dan merata di seluruh wilayah Indonesia PROMOTIF - PREVENTIF VISI: MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN Arah pengembangan upaya kesehatan, dari kuratif bergerak ke arah promotif, preventif sesuai kondisi dan kebutuhan

PROGRAM INDONESIA SEHAT Paradigma Sehat Program Pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan Promotif - Preventif sebagai pilar utama upaya kesehatan Pemberdayaan masyarakat Penguatan Yankes Program Peningkatan Akses terutama pd FKTP Optimalisasi Sistem Rujukan Peningkatan Mutu Penerapan pendekatan continuum of care Intervensi berbasis risiko kesehatan (health risk) JKN Program Benefit Sistem pembiayaan: asuransi azas gotong royong Kendali Mutu & Kendali Biaya Sasaran : PBI & Non PBI Tanda kepesertaan KIS

PROGRAM PRIORITAS 2015-2019 Penurunan AKI & AKB (Kesehatan Ibu & Anak termasuk Imunisasi) Perbaikan Gizi (stunting) Pengendalian Penyakit Menular (ATM: HIV/AIDS, Tuberkulosis & Malaria) Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas & Kanker)

Penggunaan Pajak Rokok untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Penggunaan Pajak Rokok (Amanat UU No. 28 tahun 2009 Pjk Daerah dan Retribusi Daerah) Pasal 31 UU No. 28 Tahun 2009: Penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang Untuk kegiatan penanganan masalah kesehatan yang belum didanai dari APBN, APBD, DAK, Dana Dekon & Tugas Perbantuan, DBH CHT, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan sumber pembiayaan kesehatan lainnya di masingmasing daerah. Penggunaan penerimaan Pajak Rokok diatur dan dituangkan dalam Perda APBD 1. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain: a. pembagunan/pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, b. penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), c. kegiatan memasyarakatkan bahaya merokok, dan d. iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok. 2. Penegakan hukum sesuai dengan kewenangan Pemda yang dapat dikerjasamakan dengan pihak/instansi lain, antara lain, a. pemberantasan peredaran rokok illegal, dan b. penegakan aturan mengenai larangan merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Peraturan Menteri Keuangan nomor 102 tahun 2015 Perubahan PMK 115 tahun 2013, tentang tatacara pungutan dan penyetoran pajak rokok

PELAYANAN UNTUK ORANG SEHAT ATAU SAKIT SEHAT (70%) MENGELUH SAKIT (30%) SELFCARE (42%) YANKES (58%) MENJAGA TETAP SEHAT dan DITINGKATKAN DERAJAT KESEHATANNYA Riskesdas 2013 PARADIGMA SEHAT SELFCARE RASIONAL PEMBIAYAAN DANA PAJAK ROKOK FOKUS PADA PENCEGAHAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PUSKES MAS RUMAH SAKIT MUTU PELAYANAN FKTP LAIN 18

Landasan Hukum UU No. 36 tahun 2009, tentang Kesehatan UU No. 28 tahun 2009, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102 tahun 2015 tentang Perubahan PMK 115 tahun 2013, tentang tatacara pungutan dan penyetoran pajak rokok PMK 41 tahun 2016, penyaluran pajak rokok Peraturan Menteri Kesehatan no 40 tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Pajak Rokok Untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (proses pengundangan Kumham)

Mengapa Perlu Dana Pajak Rokok Mengurangi meningkatnya tingkat prevalensi perokok Menghindari dan mengatasi dampak negatif rokok; Masih rendahnya komponen pajak dalam harga rokok Pengen dalian dampak negatif rokok. Perlunya peningkatan kekuatan perpajakan daerah Guna meningkatkan kemampuan daerah dalam menyediakan pelayanan publik, khususnya pelayanan kesehatan. DBH CHT diberikan kpd penghasil tembakau. Konsumsi rokok dan dampak negatif rokok dialami oleh seluruh daerah. Pajak rokok sebagai pajak provinsi dapat dimanfaatkan oleh seluruh daerah. Penerapan pajak yang lebih adil kepada seluruh daerah Penerapan piggyback taxes atau tambahan atas objek pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat Inisiatif/usul DPR RI, untuk meningkatkan PAD, membatasi konsumsi rokok, dan peredaran rokok ilegal, serta melindungi masyarakat atas bahaya rokok.

Penggunaan Pajak Rokok untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Permenkes Nomor 40 tahun 2016) Tujuan : Penggunaan pajak rokok yang tepat guna, tepat sasaran, dan dapat memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal. Tujuan Khusus : Meningkatkan dukungan kebijakan Pemda dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit serta peningkatan kesehatan masyarakat. Penggunaan pajak rokok dapat meningkatkan upaya promotif dan preventif untuk menurunkan : Faktor risiko penyakit tidak menular Faktor risiko penyakit menular termasuk imunisasi Pemanfaatan Melalui pendekatan promotif dan preventif untuk meningkatkan : Promosi kesehatan Gizi Kesehatan lingkungan Kesehatan kerja dan olah raga Pengendalian konsumsi rokok dan produk tembakau lainnya Pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama

Penggunaan Pajak Rokok untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Permenkes Nomor 40 tahun 2016) Pemanfaatan Pendanaan pelayanan kesehatan masyarakat, digunakan untuk kegiatan: 1. penurunan faktor risiko penyakit tidak menular; 2. penurunan faktor risiko penyakit menular termasuk imunisasi; 3. peningkatan promosi kesehatan; 4. peningkatan kesehatan keluarga; 5. peningkatan gizi; 6. peningkatan kesehatan lingkungan; 7. peningkatan kesehatan kerja dan olah raga; 8. peningkatan pengendalian konsumsi rokok dan produk tembakau lainnya; dan 9. pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. 10. peningkatan pembangunan dan pemeliharaan gedung puskesmas paling sedikit 75% dari alokasi yang ditetapkan. Maks 25%

Strategi Pelaksanaan Kegiatan (Permenkes Nomor 40 tahun 2016) Pemberdayaan masyarakat Kemitraan Penggunaan Pajak Rokok untuk Pendanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Advokasi Peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan dan non kesehatan Pemenuhan sarana dan prasarana promotif dan preventif untuk pelayanan kesehatan masyarakat.

Distribusi Dana Regulasi Komitmen Daerah Kapasitas tenaga PERMASALAHAN PEMANFAATAN DANA PAJAK ROKOK DI DAERAH 1 2 3 4 Pusat terlambat transfer dana Pemda Provinsi dan kabupaten/ko ta tidak menginforma sikan dana rokok kepada instansi teknis terkait Belum seluruh provinsi dan kab/kota memiliki regulasi pemanfaata n pajak rokok Kesulitan menyusun regulasi Tidak mentaati regulasi pengelolaan dana pajak rokok Tidak mendistribusika n/mengalokasika n dana sesuai proporsi dan keperuntukanny a Tidak transparan Tidak mensosialisasika n pengelolaan dana pajak rokok Kurangnya pengetahua n tenaga tentang regulasi dana pajak rokok Tenaga pengelola belum memahami dana pajak rokok POTENSIAL OVERLAP PEMBIAYAAN

KENDALA PENGGUNAAN PAJAK ROKOK UNTUK KESEHATAN Dinas Kesehatan tidak mengetahui (kurang informasi) besarnya estimasi anggaran pajak rokok Pengalokasian Pajak rokok tidak sesuai peruntukkannya Belum ada punishment bagi daerah yang memanfaatkan pajak rokok tidak sesuai amanah UU 28 tahun 2009 tentang PDRD Kurangnya monev dan tidak ada feedback dari hasil monev Kurangnya pengawasan terhadap pemanfaatan pajak rokok

KATEGORI SASARAN PERMASALAHAN PAJAK ROKOK DI DAERAH TIDAK TAHU ADANYA DANA PAJAK ROKOK KURANGNYA KOORDINASI DENGAN SKPD BELUM TERSOSIALISASI PAJAK ROKOK HINGGA KE TK.PUSKESMAS TAHU NAMUN TIDAK MENDAPAT AKSES PENGGUNAKAN DANA PAJAK ROKOK PAJAK ROKOK DIANGGAP SEBAGAI PAD PROVINSI, DIANGGAP KEWENANGAN PROVINSI SECARA KESELURUHAN MENGALOKASIKAN PENGGUNAANNYA TERMASUK UNTUK KESEHATAN (10%) TIDAK ADA PELIBATAN SEKTOR KESEHATAN KURANGNYA KOORDINASI DENGAN SKPD TIDAK MAMPU MENGGUNAKAN PAJAK ROKOK UNTUK KESEHATAN SECARA OPTIMAL BELUM ADA KOORDINASI PERENCANAAN SECARA TERPADU BELUM DIATUR PRIORITAS PENGGUNAAN PAJAK ROKOK DI DAERAH PUSKESMAS BELUMD ILIBATKAN DALAM PERENCANAAN SESUAI KEBUTUHAN MASYARAKATNYA MENGGUNAKAN DANA PAJAK ROKOK UNTUK KEPENTINGAN DI LUAR KESEHATAN DAERAH KESULITAN DALAM MEMBUAT PROGRAM/KEGIATA N TERBATASNYA WAKTU IMPLEMENTASI UNTUK KEGIATAN YANG MENYERAP BESARNYA ANGGARAN. KETIDAKTRANSPARA NNYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGALOKASIAN

TINDAK LANJUT PENYEMPURNAAN PEDOMAN PAJAK ROKOK Koordinasi Lintas Sektor harus dilaksanakan dalam bentuk: Penyusunan Instrumen Monitoring Implementasi Pajak Rokok Monitoring Bersama Lintas Sektor dalam Implementasi Pajak Rokok Penyesuaian Permenkes 40 Tahun 2016 sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah Pencantuman Permenkes 40 Tahun 2016 pada Permendagri tentang Penyusunan APBD Tahun 2016 Advokasi intensi kepada Pemerintah Daerah

Peran Lintas Sektor untuk Optimalisasi Penggunaan Pajak Rokok Daerah untuk Kesehatan

PENGUATAN PEMANFAATAN DANA PAJAK ROKOK Dukungan Penguatan provider, Pendampingan, Penelitian, monitoring dan evaluasi Pendampingan, Kemintraan, dan Monitoring PERAN AKADEMISI/OR GANISASI PROFESI PERAN LSM DAN ORMAS ADVOKASI REGULASI PENGUATAN PEMANFAATAN DANA PAJAK ROKOK KAPASITAS PENGELOLA Perlu advokasi kepada pemerintah daerah dan DPRD, untuk mendorong tersusunnya regulasi bidang kesehatan dan pemanfaatan dana pajak rokok (Pergub, Perda Prov, Perbub, Perwali, Perda Kab/Kota DISTRIBUSI DANA PAJAK ROKOK KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD Pemerintah Pusat Mengupayakan transfer dana pajak rokok tepat waktu, Pemerintah Provinsi segera menetapkan alokasi dana pajak rokok Kabupaten/Kota Pemerintah Kab/kota mendistribusikan kepada unit teknis terkait Menetapkan pelaksanaan kegiatan dana pajak rokok Segera melakukan koordinasi dengan instansi teknis Pengelolaan dana secara transparan, tertib dan akuntabel Berperan aktif dalam pengelolaaan dana pajak rokok Sosialisasi dan pelatihan pengelolaan dana pajak rokok bagi daerah

PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN MEDIA MASSA Mempublikasikan informasi yang mendukung pembangunan kesehatan secara terus menerus LEMBAGA SOSIAL KEMASYARAKATAN/CSOs Advokasi untuk penyempurnaan inisiasi, kajian strategis dan pelaporan situasi pelaksanaan di lapangan/ masyarakat, pemberdayaan masyarakat DUNIA USAHA Pengembangan produk dan program yang mendukung (Berbagi informasi distribusi sumber daya, penerapan CSR sesuai dasar hukum) MITRA PEMBANGUNAN Memperkuat Inisiasi, Kolaborasi, dan Monev PEMANFAATAN PAJAK ROKOK PARLEMEN Menjalankan fungsi legislatif ORGANISASI PROFESI DAN AKADEMISI Think Tank PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH Inisiator, Fasilitator, dan Motivator Aliansi Pengendalian tembakau

S A L A M S E H A T TERIMA KASIH