PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) SESI 1-4 MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA HIV POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Kiki Susilowati.* Arif Widodo ** Abstract Data from Director General of Constructs Medical Service Health Department of Indonesia conclude that soul trouble type which at most is depression (10%). There are many of technique to reduce it is called therapy of group activity. Purpose to know group activity therapy socialization influence to level of depression in psychiatry Hospital of Surakarta (RSJD). Method Queasy experimental, pretest-posttest with control group design. Population at this research is all depression patient takes care of lodging patients divided into 2 group. Data analysis applies techniques of Independent t test. Conclusion The result of research shows (1) level of responder depression group of treatment before treatment giving of activity therapy socialization of group (pre test) mostly is weight depression (56%), while after treatment (post test) light and medium mean (31%), (2) level of responder depression group of control at pre test and post test most of is weight (69% to 63%), and (3) there is treatment giving influence of activity therapy group of socialization to level of depression in Psychiatry Hospital of Surakarta (RSJD), t-test in 3,065 with 0,005 probability. Keyword: psychopath patient, depression, TAKS. *Kiki Susilowati Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura **Arif Widodo Dosen Jurusan Keperawatan FIK UM Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura PENDAHULUAN Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, sakit fisik, masalah dalam pernikahan dan hubungan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan, atau rasisme dan diskriminasi meningkatkan resiko berkembangnya gangguan mood dan kambuhnya sebuah gangguan mood, terutama depresi mayor. Orang juga lebih cenderung untuk menjadi depresi bila mereka menanggung sendiri tanggungjawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah sekolah, kesulitan keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan, masalah interpersonal, dan masalah dengan hukum. (Nevid, 2006) Menurut Fausiah dan Julianti (2005) pasien dengan gangguan mood depresif (disebut depresi) kehilangan energi, merasa sedih, tidak berharga, dan merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, menarik diri dari orang lain, kehilangan minat, serta kesenangan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan berpikir tentang kematian serta bunuh diri. Ciri lain dari gangguan ini adalah perubahan dalam kemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif (seperti tidur, selera makan, aktivitas seksual, dan ritme biologis lainnya). Semua gangguan ini menyebabkan terjadi masalah dalam hubungan interpersonal, sosial, serta pekerjaan. Prevalensi penderita gangguan depresi mayor di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 15%, dengan perbandingan yang lebih ini diperkirakan lebih banyak terjadi pada masyarakat kelas ekonomi bawah, dan pada orang dewasa muda. Namun 15 tahun terakhir prevalensi di Amerika Serikat sedikit mengalami perubahan, antara lain Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 121

pravalensinya meningkat, dan pada saat yang sama onset usia menurun (saat ini muncul juga pada pertengahan atau akhir usia duapuluhan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI pada tahun 1995 pun menunjukkan 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita gangguan kesehatan jiwa pada level berat. Dalam kurun waktu 12 tahun terakhir ini, data tersebut dapat dipastikan meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak lainnya di seluruh daerah. Masalah internasional pun akan ikut memicu terjadinya peningkatan derita tersebut. Padahal Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 pun telah mengingatkan kita bahwa di beberapa negara hari-hari produktif yang hilang atau Dissabilitiy Adjusted Life Years (DALY s) dari seantero beban dunia oleh penyakit (Global Burden of Disease), 8,1% disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit tuberculosis (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Angka gangguan jiwa di Indonesia relatif tinggi, hal ini disebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan yang telah membuat masyarakat hidup dalam kecemasan serta bencana alam. Data dari Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, menyimpulkan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia meningkat pesat, mencapai 8% hingga 10% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2007. Jenis gangguan jiwa yang paling banyak adalah depresi (10%). Penyebab utamanya adalah kehilangan pekerjaan, harta benda, atau anggota keluarga. Jenis gangguan jiwa di urutan kedua adalah kecemasan (3-5%). (Lathifa, 2007) Maesswati (2006) berpendapat bahwa Depresi adalah gangguan jiwa yang paling lazim dijumpai di masyarakat. Prevalensinya cukup tinggi, berkisar 5-10%, perempuan dua kali lebih banyak daripada pria. Kelompok remaja dan usia lanjut lebih rentan menderita depresi. Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) di 14 negara (1990) memperlihatkan bahwa depresi merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan beban sosial nomor empat terbesar di dunia. Prediksi WHO dalam dua dekade mendatang diperkirakan lebih dari 300 juta penduduk dunia menderita depresi. Pada tahun 2020 depresi akan menempati masalah kesehatan nomor dua terbesar setelah penyakit kardiovaskuler. Dengan fakta ini, depresi harus mendapatkan perhatian serius. Kita harus bisa membedakan orang yang mengalami depresi ringan dan berat. Irmansyah (2006) menyatakan, orang dengan depresi ringan masih tetap bisa bekerja. Namun, jika orang tersebut sampai mengurung diri, tidak bisa bekerja atau sekolah, tidak bisa makan, tidak melakukan aktivitas apa-apa, bahkan timbul gejala psikotik seperti suarasuara yang menjelekkan dirinya, itu depresi berat. Gejala utama depresi adalah kehilangan minat terhadap hal-hal yang menyenangkan, itu menyebabkan penderita menarik diri dari kehidupan sosial, sedangkan terapi aktivitas kelompok sendiri bertujuan meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sehingga perlu dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi untuk meningkatkan hubungan interpersonal sehingga dapat mengurangi gejala yang muncul dan mereka bisa mendapatkan teman baru yang dapat saling mendukung, saling berbagi rasa, dan pengalaman sehingga masing-masing tidak merasa sendirian dalam menanggung derita. Gangguan depresi sendiri apabila tidak diobati maka akan mengakibatkan kesulitan pada penderitanya yang terlihat dalam pencapaikan akademik yang buruk, keterlambatan dalam perkembangan psikososial, penyalahgunaan zat adiktif, percobaan bunuh diri atau melakukan tindakan bunuh diri. (Pranowo, 2004) Berbagai macam pengobatan yang mampu mengurangi depresi, walaupun obatobatan dapat meningkatkan fungsi otak dan mungkin dapat meningkatkan fungsi neurotransmiter, namun obat-obatan anti Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 122

depresan mempunyai efek samping berupa hipotensi orto statik, tremor, mengantuk, lelah, mulut kering, takikardi, sukar kencing, kontipasi. Selain itu juga biayanya terlalu mahal. (Markam, 2006) Penanganan klien depresi selain pemberian obat dapat juga diberikan elektro convulsio theraphy (ECT), walaupun efektif untuk mengatasi depresi tetapi pemberian ECT selain biayanya mahal juga mempunyai efek samping berupa hipotensi atau hipertensi, bradikardi atau takikardi dan aritmia ringan selama atau segera setelah pemberian ECT. Efek samping lain berupa mual, muntah, sakit kepala dan nyeri kepala. (Boyd, 1998) Berdasarkan uraian diatas penanganan depresi dengan nenggunakan farmakoterapi dan ECT selain biayanya mahal juga mempunyai efek samping selain itu juga membuat klien bosan, sedangkan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sendiri bisa diterapkan bagi klien depresi selain biaya murah, menyenangkan juga mudah dilakukan. Kelebihan terapi kelompok sendiri dibanding terapi individu ialah anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan hubungan interpersonal. (Nietzel, 1998) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi banyak disebabkan karena faktor kehilangan yaitu melalui kematian atau perceraian. Kondisi depresi dengan faktor kehilangan seringkali mengurung diri atau menarik diri dari lingkungan bahkan mereka juga sering kali melakukan penolakan. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta angka penderita depresi 98 pasien atau 8% dari seluruh pasien gangguan jiwa (selama tahun 2008). (RM RSJD Surakarta, 2009). Berdasarkan informasi dari salah satu dokter di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta ternyata jarang ditemukan pasien depresi murni, yang ada adalah pasien skizo afektif tipe depresif. Dari informasi tersebut untuk mempermudah penelitian ini maka yang diambil sebagai responden adalah semua pasien gangguan jiwa yang memiliki tipe depresif. Berdasarkan informasi dari salah satu perawat bangsal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta bahwa penanganan pasien depresi dapat dilakukan dengan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Berdasarkan observasi peneliti di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pemberian TAKS tidak dilakukan secara rutin dan tidak mencapai target sampai semua sessi tercapai karena TAKS ini lebih sering dilakukan mahasiswa praktikan. Selain itu juga telah banyak model terapi yang lain antara lain terapi musik, olahraga, gerak jalan, serta spiritual yang telah dijadikan sebagai terapi rutin. Selain itu dalam terapi rutin ini klien tidak diklasifikasikan berdasarkan diagnosa tetapi semua klien dalam keadaan stabil bisa diikutkan dalam terapi tersebut. Oleh karena itu untuk menurunkan tingkat depresi maka penulis tertarik menggunakan TAKS agar pasien depresi tidak menarik diri dan mau berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat terjalin hubungan interpersonal yang lebih baik. Maka penting untuk diteliti tentang pengaruh TAKS terhadap penurunan tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap penurunan tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. METODELOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian quasy experiment design. Dengan rancangan pretest and posttest with control group, sebab dalam penelitian ini pengambilan sampel secara nonrandom dan memakai kelompok kontrol. Penelitian quasy eksperiment design adalah penelitian dengan menggunakan perlakuan pada satu kelompok dan diberi kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampel tidak acak. Kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali pra-test, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (pasca-test). (Nursalam (2003), Sugiyono (2006) dan Notoatmojo (2002)) Populasi dari penelitian ini adalah pasien depresi yang berada di Rumah Sakit Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 123

Jiwa Daerah Surakarta sejumlah 98 pasien (selama tahun 2008). Sampel yang diambil adalah responden dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 reponden sebagai kelompok eksperimen dan 16 responden lagi sebagai kelompok kontrol. Penarikan sampel ini akan dilakukan selama 1 bulan pada tanggal 20 Mei 20 Juni 2009 secara bertahap sampai jumlah sampel terpenuhi Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa pedoman TAKS untuk menilai pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Dengan memberi angka 1 (satu) apabila ada perilaku yang dimaksud dan 0 (nol) bila tidak terjadi perilaku tersebut, kemudian menjumlahnya secara keseluruhan. Analisa data pada penelitian ini adalah bivariat. Dengan tehnik statistik yaitu independent t test nilai signifikansi 0,05. H 0 diterima jika p-value > 0,05 H 0 ditolak jika p-value < 0,05 (Sugiyono, 2006). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariate Deskripsi pre test Depresi Responden Tabel 1. Pre test depresi Perlakuan Kontrol No Depresi Fre Fre % % k k 1 Minimal 1 6 0 0 2 Ringan 2 13 1 6 3 Sedang 4 25 4 25 4 Berat 9 56 11 69 10 10 Jumlah 16 16 0 0 Pre test tingkat depresi responden pada kelompok perlakuan rata-rata adalah depresi berat yaitu sebanyak 9 responden (56%), selanjutnya depresi sedang sebanyak 4 responden (25%), depresi ringan sebanyak 2 responden (13%) dan minimal sebanyak 1 responden (6%). Sedangkan kelompok kontrol rata-rata mengalami depresi berat yaitu sebanyak 11 responden (69%), selanjutnya depresi sedang sebanyak 4 responden (25%), depresi ringan sebanyak 1 responden (6%). Deskripsi post test Depresi Responden Tabel 2. Post test depresi Perlakuan Kontrol No Depresi Fre Fre % % k k 1 Minimal 4 25 0 0 2 Ringan 4 25 3 19 3 Sedang 5 31 3 19 4 Berat 3 19 10 63 10 10 Jumlah 16 16 0 0 Post test tingkat depresi responden pada kelompok perlakuan rata-rata adalah depresi sedang yaitu sebanyak 5 responden (31%), selanjutnya depresi ringan dan minimal sebanyak 4 responden (25%), dan depresi berat sebanyak 3 responden (19%). Sedangkan kelompok kontrol rata-rata mengalami depresi berat yaitu sebanyak 10 responden (63%), selanjutnya depresi ringan dan sedang masingmasing sebanyak 3 responden (19%). Analisis Bivariat Uji Matching Uji matching untuk mengetahui apakah sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok memiliki tingkat depresi yang sama. Pengujian matching dilakukan terhadap data pretest kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pengujian dilakukan menggunakan teknik uji t-test. Kriteria uji adalah menerima H 0 jika p-value lebih besar dari 0,05 (pv> 0,05) dan menolak H 0 jika p-value lebih kecil atau sama dengan dari 0,05 (p-v < 0,05). Tabel 3. Hasil Uji Matching Variabel Mean t hitung p-v Perlakuan 24,75 0,829 0,414 Kontrol 27,31 Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 124

Hasil uji t-test diperoleh nilai t hitung 0,829 dengan nilai probabilitas (p-value) 0,414. Karena nilai p-value lebih besar dari 0,05 (0,414 > 0,05) maka H 0 diterima sehingga disimpulkan pada saat pre test tidak terdapat perbedaan tingkat depresi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol atau tingkat depresi kedua kelompok penelitian pada awal penelitian adalah sama. Uji Normalitas Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Variabel Z hitung p-v Keputusan Pre test Post test 0,507 0,443 0,960 0,990 Normal Normal Hasil uji Kolmogorov-smirnov nampak bahwa kedua data penelitian memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, dengan demikian disimpulkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan pengujian hipotesis menggunakan uji t-test dapat dilaksanakan. Uji Homogenitas Salah satu prasyarat dilakukannya uji t adalah data harus bersifat homogen. Pengujian homogenitas data dilakukan antara data pre test dan post test dari dua kelompok penelitian. Pengujian homogenitas menggunakan uji Levene test. Suatu data dinyatakan homogen jika nilai probabilitasnya (p-value) lebih besar dari 0,05. Selengkapnya rangkuman uji homogenitas ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Variabel Levene p-v Keputusan Pre test Post test 3,844 0,001 0,059 0,994 Homogen Homogen Uji t-test Uji matching untuk mengetahui apakah sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok memiliki tingkat depresi yang sama. Pengujian matching dilakukan terhadap data pretest kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pengujian dilakukan menggunakan teknik uji t-test. Kriteria uji adalah menerima H 0 jika p-value lebih besar dari 0,05 (pv> 0,05) dan menolak H 0 jika p-value lebih kecil atau sama dengan dari 0,05 (p-v < 0,05). 1. Uji Paired Sample t-test Uji Paired sample t-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pre test dan post test tingkat depresi pada masing-masing kelompok penelitian. Hasil uji paired sample t-test pada kedua kelompok penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Uji Paired sample t-test No Kelompok t hitung p-v 1 2 Perlakuan Kontrol 7,209 2,482 0,001 0,025 a. Hasil uji paired t-test depresi kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung 7,209 dengan p-value 0,001. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan tingkat depresi pre test dan post test pada kelompok perlakuan. b. Hasil uji paired t-test pengetahuan kelompok kontrol diperoleh nilai t hitung 2,482 dengan p-value 0,025. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan tingkat depresi pre test dan post test pada kelompok kontrol. 2. Uji Independent-test Tabel 7. Hasil Uji Independent t-test Variabel Ratarata t hitung p-v Post test perlakuan dan kontrol 15,81 24,74 3,065 0,005 Hasil uji t-test diperoleh nilai t hitung 3,065 dengan nilai probabilitas (p-value) 0,005. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05) maka H 0 ditolak sehingga terdapat perbedaan tingkat depresi post test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka disimpulkan bahwa pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi berpengaruh Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 125

terhadap tingkat depresi perawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Pembahasan Distribusi responden menurut umur menunjukkan bahwa pada kedua kelompok rata-rata berumur antara 21 30 tahun yaitu 9 responden (56%) pada kelompok eksperimen dan 7 responden (44%) pada kelompok kontrol. Selanjutnya distribusi responden menurut pendidikan terlihat bahwa rata-rata responden berpendidikan SLTA, yaitu pada kelompok eksperimen sebanyak 7 responden (44%), dan kelompok kontrol sebanyak 8 responden (50%). Distribusi responden menurut status perkawinan menunjukkan bahwa pada kedua kelompok sebagian besar responden berstatus tidak menikah yaitu masing-masing 75%. Selanjutnya distribusi responden menurut jenis kelamin pada kelompok eksperimen sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (88%) sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar perempuan (75%). Anonim (2008) mengemukakan bahwa gangguan depresi adalah gangguan dengan kemungkinan diderita seumur hidup adalah kira-kira 15%, kemungkinan tertinggi terdapat pada wanita yang mencapai 25%. Angka kejadian gangguan depresi berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan primer yang mendekati 10% dan pada pasien medis rawat inap adalah 15%. Penelitian Yulia, dkk (2003) tentang karakteristik klien yang di rawat di ruang model praktek keperawatan profesional jiwa RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini menemukan bahwa kelompok terbesar klien di ruang rawat inap model praktek keperawatan profesional jiwa RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah kelompok usia dewasa berusia antara 20 55 tahun. Menurut pengamatan terlepas dari budaya dan negara, terdapat angka kejadian gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Pada umumnya usia awal mula untuk gangguan bipolar terentang dari usia anak-anak hingga 50 tahun. Rata-rata usia awal mula untuk depresi berat adalah berkisar antara 40 tahun. Dari hal hubungan interpersonal, awal mula gangguan bipolar (depresi) terjadi pada pasangan yang memiliki hubungan yang erat, ataupun pasangan yang sudah bercerai atau hidup sendiri karena ditinggalkan oleh pasangannya. Deskripsi data tingkat depresi responden pada awal penelitian (pre test) nampak bahwa pada kedua kelompok penelitian (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) sebagian besar responden mengalami depresi berat. Pada kelompok eksperimen rata-rata mengalami depresi berat yaitu 9 responden (56%) dan pada kelompok kontrol 11 responden (68%). Selanjutnya setelah pemberian perlakuan TAKS pada kelompok perlakuan tingkat depresi responden turun menjadi rata-rata sedang (31%) dan ringan (25%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar tetap mengalami depresi berat (63%). Depresi merupakan massa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan dan Sadock, 1998). Depresi dapat pula diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan kelesuan. Kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Yosep, 2007). Situasi mental yang tidak stabil, merupakan salah satu penyebab mudahnya seseorang terkena psikosomatis, yaitu rentannya kondisi tubuh terhadap berbagai penyakit karena faktor psikis (kejiwaan). Untuk itu perlu koping stress yaitu cara mengatasi stres yang sederhana dan mudah dilakukan dengan Solution Focus Group Therapy (terapi diskusi kelompok). Jika sekelompok orang yang sedang mempunyai masalah mau menceritakan pengalamannya, dan mencurahkan emosinya kepada orang lain, maka akan tercipta perasaan empati satu sama lain. Dari sini kekuatan untuk dapat bertahan menghadapi segala kesulitan hidup dapat Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 126

diperoleh. Ini penting guna memunculkan kembali rasa kebersamaan, khususnya untuk penduduk di kota-kota besar yang telah pudar akibat tumbuh suburnya semangat individualitas penyebab masing-masing individu memikirkan kepentingannya sendiri (Anonim, 2008). Terapi kelompok adalah modal luar untuk penanganan depresi. Keuntungan dari terapi ini adalah anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mengemukakan perasaan dan mengurangi perasaan-perasaan tentang pengasingan serta perasaan putus asa (Varcorolis, dkk, 2006). TAKS adalah suatu upaya memfasilitaskan kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. TAKS secara umum bertujuan meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok secara bertahap. Sedangkan tujuan khusunya meliputi klien mampu memperkenalkan diri. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok, klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok, klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan, klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain, klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok, dan klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian TAKS terhadap tingkat depresi pada Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Pengujian adanya pengaruh pemberian perlakuan TAKS terhadap depresi menggunakan uji t-test. Hasil uji t-test diperoleh t hitung 3,065 dengan nilai probabilitas (p-value) 0,005. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05) maka H 0 ditolak sehingga terdapat perbedaan tingkat depresi post test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka disimpulkan bahwa pemberian TAKS berpengaruh terhadap tingkat depresi perawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Hasil penelitian tersebut ternyata mendukung beberapa hasil penelitian terdahulu. Penelitian Luluk (2008) dengan judul Pengaruh Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Pasien Menarik Diri di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan perilaku menarik diri klien, dari skor rata-rata perilaku menarik diri klien sebelum dilakukan TAKS sebesar 6,83 menjadi skor rata-rata 5,43 setelah dilakukan pemberian TAKS. Penelitian lain dilakukan oleh Keliat, dkk (2000) yang berjudul Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Pada Klien Menarik Diri Di Rumah Sakit Jiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan standar kemampuan yang diharapkan yaitu 75%, maka kemampuan kelompok intervensi melebihi standar sedang kelompok non intervensi kurang dari standar tersebut. Perbandingan kenaikan kemampuan komunikasi antara kelompok intervensi TAKS dan non TAKS berbeda bermakna dengan p = 0,0001. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat depresi responden kelompok perlakuan sebelum pemberian perlakuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (pre test ) sebagian besar adalah depresi berat, sedangkan sesudah perlakuan (post test) rata-rata sedang dan ringan. 2. Tingkat depresi responden kelompok kontrol sebagian adalah depresi pada pre test dan post test sebagian besar adalah berat. 3. Terdapat pengaruh pemberian perlakuan TAKS terhadap tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Saran 1. Bagi Perawat Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi berpenga ruh terhadap penurunan tingkat depresi pasien Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Dengan demikian pemberian TAKS merupakan salah satu pilihan metode yang dapat diterapkan oleh Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 127

perawat untuk mengurangi tingkat depresi responden. 2. Bagi Rumah Sakit Manajemen rumah sakit hendaknya senantiasa mening katkan kemampuan perawatnya, khususnya dalam pemberian terapi kepada pasien. Salah satu langkah yang dapat ditempuh antara dengan memberikan diklat, pelatihan, seminar, dan lain sebagainya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya menindaklanjuti hasil penelitian yang ada kearah penelitian yang lebih luas, yaitu dengan menambah faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat depresi misalnya faktor penge tahuan, pendidikan, dukungan lingkungan dan lain sebagainya. Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 128

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Depresi. http://www.klikdokter.com/illness/detail/50. Diakses tanggal 18 Sep.2008. 15.37 WIB Anonim. 2008. Terapi Kelompok untuk Mengatasi Stes. http://www.jiwakelompok9.wordpress.com/2008/05/26/terapi-kelompok-untuk-mengatasistres/. Diakses tanggal 27 Juni.2009. 07.54 WIB Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Boyd, M. and Nihard. 1998. Psychiatric Nursing Contemporary Practice. Raven Public Fausiah, F. dan Julianti, W. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press Jumiyatun. 2008. Perbedaan Perilaku antara Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik pada Pasien Depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi. UMS Surakarta. Tidak dipublikasikan Kaplan dan Sadock. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika Keliat, B.A., dkk. 2000. Pengaruh Model Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap Kemampuan komunikasi Verbal dan Non verbal pada Klien Menarik Diri di Rumah Sakit Jiwa. http://pusdiknakes.or.id/fikui/?show=detailnews&kode=35&tbl=pustaka. Diakses tanggal 18 Sep.2008. 15.40 WIB Keliat, B.A. 2003. Karakteristik Klien yang Dirawat di Ruang Model Praktek Keperawatan Profesional Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. http://www.research.ui.ac.id/file/kes.2003.pdf. Diakses tanggal 18 Sep.2008. 15.41 WIB Keliat, B.A. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Latifa, A. 2007. 94 persen Masyarakat Indonesia Depresi. http://www.sinarharapa..co.id/berita/0710/23/opi01.html. Diakses tanggal 18 Sep.2008. 15.36 WIB Markam, S.S. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press Messwati, E.D. 2006. Depresi. http://elokdyah.multiply.com/journal/item/75. Diakses tanggal 17 Sep.2008. 14.40 WIB Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: UGM Maslim, R. 2003. Rujukan Ringkas PPDGJ-III Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya Nevid, J.S. dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jilid I. Edisi 5. Jakarta: Erlangga Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 129

Nietzel, M.T., Bernstein, D.A. Milich, R. 1998. Introduction to Clinical Psychology. 5 th ed. London: Prentice-Hall International Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta Nugraheni, A. 2005. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada Usia Lanjut di Wirosaban, Rw XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Skripsi. UGM Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pranowo, H. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Purnomo, L. 2009. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap Perubahan Perilaku Pasien Menarik Diri Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi. STIKES Surakarta. Tidak dipublikasikan Rusjini. 2007. Pengaruh Konseling dan Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Perubahan Psikososial pada Wanita Dewasa Pasca Gempa di Desa Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta. Skripsi. UGM Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Stuart and Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Varcarolis, E.M., dkk. 2006. Foundations of Philadelphia: Saunders Elsevier Psychiatric Mental Health a Clinical Approach. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok. (Kiki Susilowati dan Arif Widodo) 130