TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TATA CARA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. langsung kelapangan. Data yang diperoleh berupa data fisik, kimia, biologi,

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

II. TINJAUAN PUSTAKA. air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, curah hujan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Survei tanah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah disuatu daerah,

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

TINJAUAN PUSTAKA. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Survai Tanah. lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH ENTISOL DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica)

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. ketinggian 15 m.dpl. Wilayah Desa Petangkuran berupa lahan kering dengan luas

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACE VAR ITALICA)

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum C untuk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

TINJAUAN PUSTAKA. dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Tata Cara Penelitian. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2017 hingga Juli 2017 di Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

Pemetaan Tanah.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklafikasikan, dan memetakan tanah dengan metodemetode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu yang ditunjang oleh informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007). Tujuan survei adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan dari masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan lahan tertentu. Sifat dari masing-masing satuan peta tanah secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedangkan uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Survei dan pemetaan tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenisjenis tanah dan menentukan potensinya untuk bermacam-macam penggunaannya. Potensi tanah ditentukan dengan melakukan interpretasi kemampuan ( kesesuaian) lahan dari masing-masing satuan peta tanah berdasar atas sifat-sifat tanah yang dimiliki dan keadaan lingkungannya. Satuan peta tanah merupakan satuan wilayah yang mempunyai jenis tanah dan faktor lingkungan yang sama (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi: 1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu. 2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu. 3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan. 5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak mengkonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah. (Hakim, dkk, 1986). Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah suatu proses untuk menilai kesesuaian komoditas pertanian pada tingkat manejemen tertentu di suatu wilayah pengembangan. Oleh karenanya diperlukan data kualitas dan karakteristik lahan dalam bentuk tabular dan spasial (peta). Data sumber daya lahan menakup kualitas dan karakteristik lahan, meliputi data iklim, tanah, dan topografi. Data sumber daya lahan yang diperlukan untuk evaluasi lahan harus rinci dan akurat, minimal tersedia pada tingkat semi detail skala 1:50.000. Namun peta ideal adalah tingkat detail skala 1:10.000, karena langsung dapat diaplikasikan di lapag oleh petani (Djaenudin, 2008).

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macammacam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survei atau penelitian bentuk bentang alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi, dan aspek-aspek lahan yang lain agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam-macam penggunaan lahan yang dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya. Tergantung pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2009). Tujuan evaluasi lahan (land evaluation and land assessment) adalah menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat dilakukan dengan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah (Hardjowigeno, 2003). Menurut Djaenudin, dkk (2003) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut: 1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei. 2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyratan-persyratan yang diperlukan. 3. Memandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan

lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama. 4. Hasil dari empat butit tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi lahan. Kelas kesesuaian lahan pada prinsipnya ditetapkan dengan mencocokkan (matching) antara data kualitas / karakteristik lahan dari setiap satuan peta dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas yang dievaluasi. Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh kualitas dan atau karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas yang paling sulit dan atau tidak dapat diatasi atau diperbaiki (Djaenudin, 2008). Menurut Ritung, dkk (2007) kelas kesesuaian lahan digolongkan atas kelaskelas kesesuaian, yaitu sebagai berikut: Kelas S1 (sangat sesuai), lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 (cukup sesuai), lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembats ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 (sesuai marginal), lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhada produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal

tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (investasi) pemerintah atau pihak swasta. Kelas N (tidak sesuai), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau suli diatasi. Kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan (Djaenudin, dkk, 2003). Karakterisitik Lahan Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, ph, H 2 O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (Djaenudin, dkk, 2003). 1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam 0 C.

2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam mm. 3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm. 4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %. 5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah. 6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm. 7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm. 8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi. 9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat. 10.Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH 4 OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah. 11. Reaksi tanah : nilai ph tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan. 12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %. 13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, dinyatakan dalam ds/m. 14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm. 16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %. 17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun. 18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun. 19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah. 20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah. Sifat Fisik Tanah Tekstur tanah Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fisik liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian luasnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Foth, 1994). Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah: Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.

Agak halus (ah): lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu. Sedang (s): lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu. Agak kasar (ak): lempung berpasir. Kasar (k): pasir, pasir berlempung. Sangat halus (sh): liat. (Djaenudin, dkk, 2003). Drainase tanah Drainase tanah menunjukkan kescepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1994). Kelas drainase tanah yang dibedakan dalam tujuh kelas, yaitu: Cepat, tanah yang mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menaha air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah yang berwarna tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium sera warna gley (reduksi). Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi, ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warba gley (reduksi). Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau naungan serta warna gley reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan sera warna gley (reduksi) pada lapisan > 50 cm. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau naungan serta warna gley (reduksi) pada lapisan > 25 cm. Terhambat, tanah mempunyai kondukstivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat dketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gey (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan. (Djaenudin, dkk, 2003). Kedalaman tanah Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnnya akar-akar tersebut dapa menembus tanah dan dapat menembus tanah dan bia tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 2003). Kedalam tanah dibedakan menjadi sebagai berikut: Sangat dangkal: < 20 cm Dangkal: 20-50 cm Sedang: 5-75 cm Dalam: > 75 cm (Djaenudin, dkk, 2003).

Bahaya banjir Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Djaenudin, dkk (2003) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut: f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak. f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir. f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir. Bahan kasar Bahan kasar adalah persentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi: sedikit : < 15 % sedang : 15-35 % banyak : 35-60 % sangat banyak : > 60 % (Djaenudin, dkk, 2003) Bahaya erosi Tingkat bahaya erosi dapat diprediksikan berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara memperlihatkan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksikan tingkat nahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan

adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut adalah sebagai berikut: Sangat ringan (sr): < 0,15 Ringan (r): 0,15-0,9 Sedang (s): 0,9-1,8 Berat (b): 1,8-4,8) Sangat berat (sb): > 4,8 (Djaenudin, dkk, 2003). Sifat Kimia Tanah ph tanah ph tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan ph atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007). Kelas kemasaman tanah (ph) tanah, sebagai berikut: Sangat masam: < 4,5 Masam: 4,5-5,5 Agak masam: 5,6-6,5 Netral: 6,6-7,5 Agak alkalis: 7,6-8,5

Alkalis: > 8,5 (Djaenudin, dkk, 2003). Kapasitas Tukar Kation (KTK) Fraksi koloid membawa muatan positif maupun negatif. Walaupun demikian, muatan negatif jauh lebih besar ukurannya dan lebih penting bagi pertumbuhan tanaman pada kebanyakan tanah. Kapasitas pertukaran kation (cation exchange capacity = CEC) merupakan ekspresi jumlah tapak penyerapan kation per satuan bobot tanah. Kapasitas ini didefinisikan sebagi jumlah keseluruhan kation terserap yang dipertukarkan, yang dinyatakan miliekuivalen per 100 gram tanah kering oven (Damanik, dkk, 2011). Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan ukuran kemampuan suatu koloid unutuk mengadsorbsi dan mempertukarkan kation. KTK ini dapat diefenisikan pula sebagai ukuran kuantitas kation, yang segera dapat dipertukarkan dan yang menetralkan muatan negatif tanah. Jadi penetapan KTK merupakan pengukran jumlah total muatan negatif per unit berat bahan (Foth, 1994). Kelas Kapasitas Kation (KTK) tanah (me/100 gr), sebagai berikut: Sangat rendah: <5 Rendah: 5-16 Sedang: 17-24 Tinggi: 25-40 Sangat tinggi: >40 (Mukhlis, 2007)

Kejenuhan basa Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-katio basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. julah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan bearnya nilai kapasitas tukar kation (Mukhlis, dkk, 2011). Kation-kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Di samping itu, basa-basa ummnya mudah tercuci sehingga dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Damanik, dkk, 2011). Kelas Kejenuhan Basa (KB) tanah (%), sebagai berikut: Sangat rendah: <20 Rendah: 20-35 Sedang: 36-50 Tinggi: 51-70 Sangat tinggi: >70 (Mukhlis, 2007) C-organik tanah Komponen organik tanah adalah residu tumbuhan dan hewan di dalam tanah pada berbagai tingkat dekomposisi. Komponen organik tanah dibedakan atar organisme hidup (biomassa) dan organisme yang telah mati. Organisme yang mati diklasikfikasikan atas bahan non humik dan humik. Bahan non humik merupakan senyawa yang dibebaskan proses dekomposisi tanaman, seperti karbohidrat, asam amino, lemak, asam nukleat, lignin, dan asam-asam yang

berberat molekul rendah. Sedangkan bahan humik adalah bentukan alami, biogenik, senyawa heterogen, tak terhumifikasi, bahannya tak teridentifikasi dan berberat molekul cukup tinggi, amorfus sebagian aromatik (Mukhlis, dkk, 2011). Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3-5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N, P, S, dan unsur mikro lainnya, meningkatkan KTK, sumber energi bagi mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 2003). Kelas C-Organik tanah (%), sebagai berikut: Sangat rendah: <1,00 Rendah: 1,00-2,00 Sedang: 2,01-3,00 Tinggi: 3,01-5,00 Sangat tinggi: >5,00 (Mukhlis, 2007) Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32 0 C, dan kelembaban nisbi 50-70% (AAK, 2004).

Yang paling baik, untuk budidaya bawang merah adalah daerah yang beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Perlu diingat, pada tempat-tempat yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Wibowo, 2007). Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni pada ketinggian antara 0 900 m di atas permukaan air laut. Tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam di daerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m di atas permukaan laut. Bawang merah yang ditanam di ketinggian 800 900 m di atas permukaan laut hasilnya kurang baik. Selain umur panennya lebih panjang, umbi yang dihasilkan pun kecil-kecil. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Samadi dan Cahyono, 2005). Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase / aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (ph tanah : 5,6-6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Rahayu dan Berlian, 1999). Adapun data karakteristik kesesuaian lahan untuk tanaman bawang merah ( Allium ascalonicum L.) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Karakteristik Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan S1 S2 S3 N Temperatur (tc) Temp.rata-rata(0C) 20-25 25-30 18-20 Ketersediaan air (wa) Curah hujan tahunan rata-rata (mm) Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur 350-600 600-800 300-350 Baik, agak terhambat Agak cepat, sedang 30-35 15-18 800-1600 230-500 Terhambat >35 <15 >1600 <250 Sangat terhambat, cepat Halus, agak - Agak kasar Kasar halus, sedang Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55 Kedalaman tanah (cm) >50 30-50 20-30 <20 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) >16 < 16 - - Kejenuhan basa (%) >35 20-35 <20 - ph H2O 6,0-7,8 5,8-6,0 <5,8-7,8-8,0 >8,0 - C-organik >1,2 0,8-1,2 <0,8 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) <2 2-3 3-5 >5 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) <20 20-35 35-50 >50 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) <8 8-16 16-30 >30 Bahaya erosi sangat rendah Bahaya banjir (fh) rendah-sedang berat Sangat berat Genangan F0 - - >F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 >40 Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 >25

Kondisi Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Muara merupakan kecamatan yang terkecil di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu seluas 79,75 km 2 atau 2,10 % dari luas lahan Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Muara memiliki letak geografis yaitu 02º15-02º22 LU dan 98º49-98º58 BT. Berdasarkan informasi terakhir kecamatan Muara memiliki total luas lahan panen bawang merah sebesar 56 ha dengan produksi 366,80 ton dengan rata-rata produksi 65,50 Kw/ha (BPS, 2011). Adapun peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara